Progres Mondial

Karakter mondial atau internasional sudah disematkan kepada Universitas Islam Indonesia (UII) sejak berdirinya. Simak saja, misalnya, naskah kesanggupan para pelajar (ikrar mahasiswa) Sekolah Tinggi Islam (STI), nama awal UII, berikut:

Kesanggupan Para Pelajar 

Kami pelajar-pelajar Sekolah Tinggi Islam di Jakarta, mengikrarkan janji dan membulatkan niat akan mencurahkan segenap tenaga kami dalam menuntut ilmu-ilmu yang diajarkan pada Sekolah Tinggi ini serta menjunjung tinggi akan akhlak dan budi pekerti Islam, agar kami dengan pertolongan Allah Subhanahu wa ta’ala menjadi muslim Indonesia yang utama dan anggota yang berguna bagi masyarakat Indonesia, sejajar dengan lain-lain bangsa di Asia Timur Raya, serta dapat menunaikan kewajiban kami sebagai pemimpin Islam Indonesia pada masa yang akan datang sesuai dengan amanat yang dipesankan oleh P.Y.M. Gunseiken dan Tuan Rektor kami.

Terasa sekali di dalamnya ada semangat mondial yang tercermin dalam frasa “sejajar dengan lain-lain bangsa di Asia Timur Raya”. Pesan serupa disampaikan oleh Bung Karno ketika pembukaan STI. Saat itu, Bung Karno yang mewakili Jong Java mengharapkan “hendaknya Sekolah Tinggi Islam ini menjadi pusat, sumber pengetahuan, keislaman dari seluruh Asia, seperti juga dahulu Nalanda (Sriwijaya) pernah menjadi pusatnya ilmu pengetahuan tentang agama Budha”.

Ketika STI dibuka, bangsa Indonesia masih dalam suasana yang serba terbatas. Tetapi, pemikiran para pendiri telah melampaui zamannya.

 

Merawat semangat

Ikhtiar mondialisasi terus dilakukan. Terbukti, misalnya, pada 1950an, ketika masih seumur jagung, UII telah menjalin kerja sama dengan beberapa universitas kelas dunia, seperti Columbia University (Amerika Serikat), McGill University (Kanada), Punjab University (Pakistan), King Fuad I University yang berubah nama menjadi Cairo University (Mesir), dan Farouk I University yang berganti julukan menjadi Alexandria University (Mesir).

Semangat menjadikan UII sebagai universitas berkelas internasional juga tercermin dalam rumusan visi bagian akhir “setingkat universitas yang berkualitas di negara-negara maju.” Ini adalah ikhtiar mempertahankan karakter penting UII.

Beragam prestasi kolektif telah didokumentasikan. Pembukaan program internasional di UII pada pertengahan 1990an merupakan langkah yang perlu diapresiasi, ketika belum ada perguruan tinggi di Indonesia yang memikirkannya. Bahkan, saat itu, beberapa perguruan tinggi negeri melakukan studi tiru ke UII.

 

Mobilitas internasional

Saat ini, UII sudah menjalankan 15 program internasional, dengan bahasa Inggris atau Arab sebagai pengantar. Selain sebagai ikhtiar menarik mahasiswa internasional, program ini juga menjadi pilihan mahasiswa domestik yang ingin mendapatkan atmosfer internasional.

Upaya ini juga dilengkapi dengan menarik mahasiswa internasional untuk melakukan studi di UII. Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangannya cukup menggembirakan, baik dari sisi cacah mahasiswa internasional maupun cakupan negara.

Pada 2023 ini, sebanyak 135 mahasiswa internasional menempuh program bergelar di UII, baik untuk tingkat sarjana, magister, maupun doktor. Mereka berasal dari 24 negara, baik dari benua Asia (Thailand, Singapura, Pakistan, Turkmenistan, Palestina, Suriah, Afghanistan, Yaman, Jordan, dan Irak), Afrika (Maroko, Mesir, Sudan, Uganda, Libya, Liberia, Nigeria, Somalia, Niger, Gambia, dan Aljazair), maupun Eropa (Prancis, Jerman, dan Inggris).

Mahasiswa internasional peserta program non-gelar jauh lebih baik. Pada 2023, misalnya, peserta mendekati 500 orang, baik yang mengikuti program jangka pendek maupun transfer kredit. Bahkan, pada 2022, cacah peserta melebihi 1.500 orang.

Selain itu, UII juga mengirim mahasiswanya mengikuti mobilitas internasional, baik dengan mengikuti program jangka pendek, transfer kredit, maupun gelar ganda. Program ini termasuk yang melalui pendanaan universitas mitra, mandiri, maupun melalui skema Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA).

 

Kolaborasi internasional

Sejak beberapa tahun terakhir, UII terlibat dalam beberapa konsorsium internasional yang mengerjakan program-program spesifik berdasarkan kesepakatan anggota. Sejak 2016, UII sudah terlibat dalam sembilan konsorsium.

Konsorsium ini melibatkan universitas atau lembaga di Eropa dan juga Asia, termasuk Indonesia. Secara umum, ada dua macam program yang diusung: peningkatan kapasitas dan mobilitas. Program ini melibatkan mahasiswa dan dosen.

Program tersebut didanai oleh Uni Eropa melalui skema Erasmus+ maupun Marie Skłodowska-Curie Actions (MSCA). Pembentukan konsorsium ini membantu UII melebarkan sayap mondialnya. Ini adalah indikasi progres yang perlu ditingkatkan.

Selain kolaborasi institusional, penting juga untuk menyebut jaringan personal para dosen UII dalam melakukan beberapa kegiatan bersama, terutama riset dan publikasi. Kolaborasi personal merupakan bagian penting untuk mondialitas sebuah universitas. Karenanya, sivitas kampus perlu meningkatkan kapasitas diri menjadi warga global.

Tentu, perlu dicatat bahwa memberi perhatian kepada mondialisasi, tidak berarti melupakan penguatan kolaborasi nasional. Keduanya ibarat sayap yang saling melengkapi, untuk menjadikan UII dapat terbang tinggi.

Tulisan sudah tayang di UIINews edisi Desember 2023.