,

Rapat Kerja 2018, Rektor UII Ajak Peserta Berani Berimajinasi

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. mengajak segenap pimpinan di lingkungan UII Periode 2018-2022 untuk berani berimajinasi ke depan. Hal tersebut disampaikan saat membuka Rapat Kerja UII Tahun 2018 dengan tema Digitalisasi Universitas, Menguatkan Nilai, Menjulangkan Inovasi, Melebatkan Manfaat di Hotel Royal Ambarrukmo, pada Sabtu (22/9).

Menilik pemikiran Benedict Anderson dalam bukunya berjudul Imagined Communities, UII yang kita bayangkan ke depan bisa diterjemahkan dalam bahasa yang sama. “Kalau perlu dalam tulisan sehingga semua orang bisa mengakses, semua orang bisa mengkritisi dan mengembangkan,” tutur Fathul Wahid.

Fathul Wahid menambahkan, yang perlu dilakukan adalah berimajinasi dengan menfokuskan pada tiga hari esok. Pertama masa kini yang terekstensi adalah apa yang kita lakukan hari ini bisa jadi sudah mencangkok masa depan, yang pada saatnya nanti ada manifestasi yang lebih jelas lagi.

Berikutnya yang ke dua adalah masa depan yang kita kenang. Kita membayangkan UII ke depan seperti apa. Sebagai contoh mengembangkan diri seperti meningkatkan jabatan akademik untuk mengembangkan ilmu. “Meningkatkan jabatan akademik dengan tujuan yang lain menjadi hal yang matrealistik. Terjebak pada faham matrealisme bukan intelektualisme,” tuturnya.

Selanjutnya yang terakhir seperti disampaikan Fathul Wahid, masa depan yang tidak terbayangkan. “Visi kita (UII) masuk pada kategori ini. Dimana belum ada konseptualisasi yang utuh,” imbuh Fathul Wahid.

Menurut Fathul Wahid, perusaahan yang berumur panjang karena fokus untuk selalu merawat jati dirinya. “Mari kita rawat jatidiri UII ke depan dengan tetap melihat ke depan tetapi juga berakar kuat pada nilai-nilai UII yang sudah dicetuskan, dicanangkan, dikembangkan oleh para pendiri UII pada masa lalu,” ungkapnya.

Fathul Wahid dalam sambutannya juga mengutarakan tradisi yang ingin dikembangkannya. Membiasakan menuliskan ide, bertanggung jawab dengan ide yang secara konseptual kita kembangkan agak lebih detail dan bisa dipertanggung jawabkan.

“Semua sambutan (naskah) saya sekarang terekam dalam Pojok Rektor UII. Semuanya bisa mengkritisi, semua bisa menilai, bisa menghujat juga beradu argumen,” jelasnya.

Dikatakan Fathul Wahid, tradisi yang perlu dikembangkan karena selama ini kita seringkali terjebak pada ‘clekopan akademik’. Tanpa berani mengkoseptualisasinya secara utuh, hal ini cukup menantang dan menjadikan ide bisa dikritisi.

Sementara disampaikan Ketua Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, Drs. Suwarsono Muhammad, M.A., ke depan UII harus menjadi universitas hebat, tidak hanya besar. UII perlu mengarah ke entrepreneur university, mengembangkan mazhab keilmuan yang khas dengan karakter yang kuat. UII juga harus mencetak para ‘selebriti akademik’ dengan reputasi yang kuat.