Sempurnakan Ramadan dengan Baca Al Quran

Bulan Ramadan 1443 H tinggal menghitung hari. Satu-satunya bulan yang disebut dalam Al Quran. Bulan istimewa dimana pahala dilipat gandakan dan mudahnya pengampunan dari Allah Swt. Terdapat puasa yang merupakan ibadah yang paling mudah diterima. “Puasa dan sholat ibarat jilbab dan baju,” kata Ustadz Wijayanto dalam Al Fath Festival 1443 H pada Sabtu (26/3).

Memakai baju tanpa jilbab tentu kurang sempurna sama seperti puasa tanpa sholat. Definisi puasa adalah menahan lapar dan minum dari fajar sampai matahari tenggelam. Tapi, jangan sampai yang didapatkan dari ibadah puasa hanyalah hal tersebut. “Luruskan niat,” pesan Ustadz Wijayanto.

Niat puasa Ramadan adalah tunggal tidak bisa dibarengi dengan niat-niat yang lain. Itulah yang membedakannya dari puasa yang lain. Buatlah niat yang yakin, bukan karena ingin berat badannya turun, apalagi menghemat pengeluaran sehari-hari. Terlihat sepele namun itu adalah aqidah agama yang harus ditaati. “Puasa Ramadan adalah kewajiban atas landas keimanan,” ujar Ustadz Wijayanto.

Setelah niat diperbaiki maka hal lain yang harus disiapkan menurut Ustadz Wijayanto adalah kesiapan fisik. Makanan yang bergizi serta olahraga harus dimulai sejak hari ini. “Allah Swt lebih suka orang yang kuat daripada lemah,” tandasnya.

Kesehatan tak hanya fisik, namun juga rohani/mental. Lapangkanlah hati kita untuk menerima ajaran Islam maka hidayah akan datang. Ciri-ciri diri yang dirahmati menurut Ustadz Wijayanto ialah menyenangi kebaikan. Memandang Bulan Ramadan bukan sebagai beban karena kewajiban puasanya, melainkan sebagai bulan rahmat karena pahala serta ampunannya. “Rahmat datang karena kebiasaan,” tuturnya.

Tentunya pemahaman mengenai Ramadan hanya diketahui oleh mereka yang mencari ilmu. Ilmu merupakan jalan menuju amal, seperti cahaya yang mengarahkan manusia. “Ibadah tak sesuai dengan ilmu tak akan diterima,” jelasnya.

Ustadz Wijayanto memberi contoh misalnya seseorang begitu rajin sholat Dhuhur jam 07.00 pagi setiap hari tanpa absen. Apakah ibadah tersebut diterima? Tentu tidak.
Tahapan lebih tinggi menurut Ustadz Wijayanto adalah kemampuan seseorang memaknai Bulan Ramadan. Mengisi dengan ibadah, Al-Quran, kesabaran, taubat, dan hijrah. Poin penting yang dibahas adalah mengenai Al Quran yaitu dengan membaca Al Quran.

Ustadz Wijayanto menyinggung orang-orang yang sibuk mengkhatamkan Al Quran, tentu itu merupakan yang yang paling baik namun belum sempurna. Cobalah memahami Al Quran, dan jika bisa menghafalkan. Itupun kurang sempurna tanpa mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain. “Sebaik-baiknya kamu adalah hari ini belajar dan besok mengajarkannya,” paparnya.

Saat kita dekat dengan Al Quran maka dia akan menjadi rahmat. Orang yang senantiasa ingat dengan Al Quran maka jiwanya akan hidup. Dia juga akan menerangi rumah-rumah yang di dalamnya dipakai untuk membaca Al-Quran. “Al-Quran menjadi penyembuh dan sumber kebahagiaan,” tutup Ustadz Wijayanto. (UAH/RS)