Strategi Mengatur Keuangan di Bulan Ramadan

Meski tengah berpuasa Ramadan, terkadang kita tidak menyadari justru pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi meningkat. Fenomena ini kerap terjadi manakala kita tergiur membeli aneka makanan untuk berbuka maupun sahur melebihi dari yang kita butuhkan. Untuk itu, bagaimana strategi yang tepat mengatur keuangan di bulan Ramadan?. Pertanyaan tersebut dikupas dengan cermat oleh Dr. H. Nur Kholis, S.Ag. S.E.I., M.Sh.Ec dalam Kajian Online Penyejuk Iman (KOPI) Ramadhan pada Senin (03/05). Acara itu digelar oleh Direktorat Pendidikan & Pembinaan Agama Islam (DPPAI).

Dalam kajiannya, Nur Kholis menjelaskan cara mengelola keuangan yang baik saat ini adalah dengan selalu menyisihkan pendapatan menjadi tabungan investasi. Hal tersebut bertujuan ketika saat terjadi bencana, maka dana yang diinvestasikan akan mampu menunjang kebutuhan kebutuhan kita.

“Dengan memiliki cadangan dalam bentuk tabungan investasi, sehingga jika ada apapun di kemudian hari itu tidak mengalami kesulitan. Kita punya waktu bernapas untuk melakukan tindakan, jika ada masalah atau musibah. Tapi kalau tidak punya dana, justru jadi permasalahan,” ungkapnya.

Tenaga pengajar di Program Studi Ekonomi Islam FIAI UII ini juga berbagi tips, bentuk lain dalam mengatur keuangan adalah dengan cara mendahulukan keperluan yang sangat penting, seperti halnya makan makanan yang bergizi dan menjaga pola hidup sehat.

“Dalam menata tata kelola konsumsi selalu membuat skala prioritas yang memperhatikan kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan dan keinginan sangat berbeda. Contohnya ketika mau berbuka puasa lihat piringmu, apakah tersedia nutrisi yang dibutuhkan. Dengan sepuluh ribu saja sebenarnya sudah terpenuhi, tapi kita kadang malah tidak melakukan itu, kita inginnya makan di tempat mewah. Sehingga kebutuhan kita yang terpenuhi akhirnya menjadi seratus ribu,” pesannya.

Di samping itu, jadilah insan yang moderat secara finansial. Artinya tidak terlalu boros dan tidak terlalu pelit kepada orang-orang sekitar, seperti tetangga, saudara maupun keluarga. Hal tersebut dimaksudkan supaya pengelolaan dana dapat dikelola dengan baik dan hubungan keluarga tetap harmonis.

“Ketika keinginan dikelola dengan baik insyaallah pendapatan setiap orang akan muncul, di situlah keberkahan akan muncul. Tidak akan miskin orang yang di tengah-tengah, jadi ya tidak pelit, tidak pelit pada keluarga, tidak pelit pada tetangga, tapi juga tidak berlebihan nah di situlah tengah-tengah,” pungkasnya. (AMG/ESP)