,

Tantangan Kemajuan Teknologi bagi Generasi Milenial

Memasuki hari ke-3 bulan Ramadan, kegiatan Safari Iman Ramadan 1440 H (SAFIR 1440 H) yang diselenggarakan oleh Takmir Masjid Ulil Albab menghadirkan pakar Hukum Internasional Prof. Jawahir Thontowi S.H., Ph.D. Pemateri yang juga merupakan Dosen Fakultas Hukum UII menyampaikan materi tentang How Millenials See the World trough Digital Technology.

Jawahir Thontowi menuturkan, karakter milenial yang memiliki keseriusan dalam menggunakan komunikasi, bisa jadi akan menyebabkan tersedotnya waktu oleh komunikasi yang tidak bermanfaat. Selain itu juga dapat memunculkan sifat milenial yang individual, pasalnya segala sesuatu dapat dikerjakan dengan cepat.

“Konten dari disrupsi yang belajar dari internet tergolong cepat, tetapi tidak memiliki keteladanan. Akibat yang ditimbulkan, generasi milenial kurang bertanggung jawab,” paparnya.

Menurut Jawahir Thontowi, perlunya mengkaji Al-Quran dalam penggunaan digital. Seperti dalam Qs Ali-Imran ayat 190 yang menjelaskan tentang ulul albab. Konsep ulul albab ini harus dibawa ke dalam kehidupan.

“Sebagai insan ulul albab yang memiliki kemampuan spiritual, di bawah kepemimpinan insan ulul albab disrupsi tidak akan terjadi. Hal mendasar yang menjadi ciri ulul albab adalah memiliki tanggung jawab,” jelasnya.

Lebih lanjut Jawahir Thontowi menegaskan, sesungguhnya kemampuan komunikasi lintas batas telah Allah ajarkan kepada manusia. Melalui kemampuan Nabi Sulaiman yang dapat berkomunikasi tanpa batas dan bahkan dengan makhluk lainnya.

Qs An-Naml 20 telah menerangkan tentang burung hud-hud. Bisa jadi burung hud-hud saat ini adalah drone melalui pengembangan teknologi. Mengingat kemampuan burung hud-hud yang dapat menyampaikan informasi.

“Jika digambarkan dalam fungsi drone, kemampuan untuk melakukan potret situasi permukaan bumi dan dijadikan sebagai sumber komunikasi saat ini,” ungkap Jawahir Thontowi.

Pada kegiatan SAFIR 1440 H kali ini juga dihadiri Fatma Al-Ghussein, seorang tamu dari Palestina yang merupakan Direktur Eksekutif NCCR (The National Center for Community Rehabilitation). Ia menuturkan konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina telah menyisakan kesedihan mendalam.

Fatma mengaku tergerak untuk membantu para korban yang mengalami disabilitas fisik, pemulihan kesehatan dan meningkatkan mental para korban. Dalam penuturannya, Ia juga menayangkan peristiwa pengeboman di Palestina yang terjadi beberapa hari lalu.

Menurut Jawahir Thontowi, peyerangan oleh Israel terhadap Palestina bagi kaum milenial adalah fenomena yang tidak mengenakkan akibat terjadinya disrupsi. “Hal ini terjadi akibat adanya loncatan ilmu pengetahuan dan teknologi, komunikasi yang tiada batas menembus dimensi,” tuturnya. (NR/RS)