UII Pererat Silaturrahim Dengan Pemilik Kos, Tokoh Agama dan Masyarakat

Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPAI) menyelenggarakan kegiatan silaturrahim bersama pemilik kos, tokoh agama dan tokoh masyarakat yang berada di sekitar UII. Kegiatan yang bertajuk “Membangun Sinergitas Dakwah antar UII, Pemilik Kos dan Tokoh Masyarakat” ini bertujuan sebagai wadah untuk mempererat silaturrahmi serta forum komunikasi dan kerjasama dengan masyarakat sekitar.

Kegiatan yang diselenggarakan di Ruang Audiovisual Gedung Moh. Hatta Kampus terpadu UII pada Ahad (30/9) ini turut dihadiri oleh Rektor UII, Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D., Wakil Rektor I UII, Dr. Imam Djati Widodo M.Eng., Sc, Wakil Rektor II UII, Dr. Zainal Arifin SE., M.Si, Wakil Rektor III, Dr. Drs. Rohidin, M.Ag., Wakil Rektor IV UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch, Ph.D, serta Direktur DPPAI, Dr. Aunur Rohim Faqih, SH., M.Hum.

Dalam dialog yang berlangsung, Fathul Wahid selaku rektor UII menyampaikan perlunya ada sikap ta’awun antara universitas dan masyarakat sekitar, khususnya pemilik kost dan kontrakan di sekitar UII untuk membangun lingkungan yang baik bagi mahasiswa. Menurutnya, peran lingkungan sangat penting dalam menciptakan calon pemimpin bangsa dan cendekiawan didikan UII.

“Sikap tolong menolong ini dalam bahasa arab disebut Ta’awun, saling membantu dalam kebaikan dan takwa. Saya ingin menyamakan persepsi itu, jadi kami ingin mencetak pemimpin bangsa dan cendekiawan, sementara Bapak Ibu membantu kami. Oleh karenanya peran Ibu-Bapak selaku pemilik kost sangat besar,” tutur Fathul.

Selain itu Fathul juga berharap, lingkungan kos dapat mendukung apa yang selama ini dicita-citakan oleh UII. “Apakah mahasiswa itu konsisten dengan keislamannya, konsisten dengan kewarganegaraannya, peduli dengan masalah sosial? Kami berharap apa yang diusahakan kampus menuju ke sana, di lingkungan kos juga bisa diarahkan ke sana sehingga terjadi kerjasama antara UII dengan pemilik kos-kosan,” ujarnya.

Selanjutnya, Fathul menyadari bahwa dalam mendidik mahasiswa di era ini tidak bisa disamakan dengan cara mendidikan di masa lalu, sehingga harus ada penyesuaian dan negosiasi terhadap nilai-nilai yang ada saat ini. Sejalan dengan hal ini, Fathul mengutip pepatah Sayyidina Ali R.A, “Janganlah kamu mendidik anak-anakmu sebagaimana orang tuamu mendidik kamu karena mereka berada pada zaman yang bukan zamanmu. Jadi karena ukurannya berbeda, maka harus ditemukan ukuran pasnya” tutupnya.