Ajaran Rasulullah Akan Kesederhanaan Pola Makan

Takmir Masjid Ulil Albab dan Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar tablik akbar online dengan tema “Kesederhanaan Pola Makan Rasulullah”. Kajian yang dihadiri ratusan jamaah ini diselenggarakan pada Senin (26/10).

“Semakin sederhana pola makan kita semakin sederhana pula penyakit yang didapat, dan semakin komplek makanan yang dimakan maka semakin sulit tubuh mengolahnya. Ini yang dapat mendatangkan penyakit karena sebenarnya penyakit di tubuh mayoritas bersumber dari makanan,” kata Ustadz dr. Zaidul Akbar dalam kajiannya.

Ustadz Zaidul menyatakan Rasulullah dan para sahabatnya tidak pernah makan sampai keadaan kenyang sekali. Mereka makan bukanlah untuk kenyang melainkan hanya sebagai stamina agar tetap kuat melakukan aktivitas sehari-hari. Jika Rasulullah diberikan makanan maka ia akan memakan 1/3 nya terlebih dahulu, sedangkan sisanya akan dimakan beberapa jam setelahnya. “Sehingga makan tidak membuat tubuh kita berat. Namun kuat untuk beraktivitas,” ujarnya.

Menurut Ustadz Zaidul kekenyangan dapat mempengaruhi keimaan seseorang. Kekenyangan dapat menyebabkan ngantuk, lelah, dan malas bergerak untuk ibadah. Kekenyangan hanyalah sebagai tanda hanya menuruti hawa nafsu. Ustadz Zaidul menyebut beberapa adab yang diajarkan Rasulullah ketika makan, yakni mengambil makanan terdekat, duduk saat makan, mengucapkan bismillah, tidak meniup makanan, dan makan tidak sambil bersandar. “Ini penting sebelum membahas makanan itu sendiri,” katanya.

Ustadz Zaidul mengaku sedih sering melihat orang makan dan minum sambil berjalan, pakai tangan kiri, dan ngobrol. Padahal hal tersebut tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah. Untuk itu sangat penting memperbaiki adab makan, sebab apapun makanannya jika dimakan tanpa adab maka akan berimbas pada diri sendiri. “Rasulullah pernah melihat sahabatnya yang mengambil makanan jauh darinya. Lalu ia langsung menabok pundaknya dan mengingatkan,” contohnya.

Lebih lanjut, Ustadz Zaidul menjelaskan makna kesederhanaan dalam makanan. Menurutnya kesederhanaan tersebut adalah hanya mengonsumsi makanan yang berasal dari Allah tanpa pengolahan yang rumit namun dapat memberikan banyak manfaat. Misalnya kurma yang dipanen langsung dikonsumsi. Nampaknya kurma itu sederhana tapi di dalamnya mengandung banyak hal yang bermanfaat bagi tubuh, seperti enzim, vitamin, zat besi, protein, serat, dan lainnya.

Meski demikian, menurut Ustadz Zaidul di zaman sekarang banyak orang mengonsumsi makanan yang tidak diperlukan oleh tubuh. Misalnya mengonsumsi makanan hasil olahan berbagai macam bahan dan makanan luar negeri yang tidak sesuai adat Indonesia. Banyak makanan yang berserakan namun sejatinya tidak dibutuhkan tubuh, sehingga makanan tersebut dapat mendatangkan penyakit bagi tubuh.

“Derajat makanan adalah untuk kebutuhan atau mencukupi tenaga. Makan haruslah dengan adab. Maka makanan yang banyak kalori, jarang puasa, tidak olahraga, itulah yang memberikan penyakit,” tegas Ustadz Zaidul di hadapan para jamaah.

Untuk memperbaiki tubuh sesuai sunah Rasulullah sebut Ustadz Zaidul adalah menerapkan pola makan yang sederhana yakni makan makanan yang ada di lingkungan sekitar. “Makanan yang sederhana memiliki kandungan yang luar biasa. Misal tempe, tempe akan lebih bermanfaat ketika tidak digoreng. Tempe dipotong kecil-kecil dimakan dengan kurma atau madu. Ini kayaknya sederhana tapi tempe dapat mencegah kanker, menguatkan imun, dan lain-lain,” contohnya. (SF/RS)