Freehand Drawing Masih Dibutuhkan dalam Perancangan Arsitektur

Program Studi Arsitektur Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan workshop Design Studio 2 pada Jumat (18/3) melalui platform Zoom dan disiarkan langsung di channel YouTube Program Studi (prodi) Arsitektur. Tema yang diusung pada workshop tersebut adalah Creating Manual Design Drawings.

Workshop menghadirkan pembicara Ir. Hanif Budiman, M.T., Ph.D. Dalam pemaparannya, dosen Arsitektur UII ini menjelaskan dua topik yakni pengenalan dan praktek dari desain menggambar.

Hanif Budiman menjelaskan, bahwa drawing dalam peradaban manusia sejak awal sudah dijadikan sebagai alat komunikasi, dilihat dari gua-gua dengan masyarakat-masyarakat kuno menunjukkan satu ekspresi image. Menggambarkan ada manusia untuk melihat eksistensi serta gagasan mereka.

Dengan menggambar secara manual, menurut Hanif Budiman dapat membantu mengembangkan keutuhan berpikir dan kreasi yang orisinil.

“Menggambar secara manual, akan melatih kita untuk mendapatkan representasi hasil yang baik. Dan dipercaya bahwa melalui satu penelitian, freehand drawing masih sangat dibutuhkan dalam setiap tahap proses perancangan dari awal hingga akhir dan terus berulang-ulang,” ujar Hanif Budiman.

Ia menambahkan, proses berpikir akan tidak terbatas, karena hal ini mencakup beberapa hal yakni memahami situasi, menemukan masalah, menganalisa, menggali dan mengolah ide, mengembangkan gagasan hingga merepresentasikan (hasil berpikir).

Hanif Budiman memberikan contoh, seorang arsitek dan urban designer (Allan Jacobs, The Great Street Drawing), yang melakukan aktivitas-aktivitas sangat utuh. Aktivitas ini mulai dari observasi, memahami, menganalisa,mengembangkan rancangan hingga merepresentasikan suatu gagasan.

Dalam satu ruang jalan yang utuh, hidup diperkaya dengan elemen-elemen yang sangat variatif. Ada aktivitas yang ramai, pelaku yang beragam, suasana bangunan dan ruang dengan furniture yang kaya. Gambar rancangan (arsitektur) bukanlah sekadar gambar teknis (bangunan/mesin) yang matematis dan juga bukan lukisan seni murni yang abstrak.

Selain itu, Hanif Budiman juga menegaskan bahwa cara berpikir dan berkreasi manusia pada dasarnya berbeda-beda, jadi sketsa atau hasil gambar tiap orang akan memiliki ekspresi dan karakter yang berbeda.

Lebih lanjut dikatakan Hanif Budiman perlu bakat untuk bisa menggambarkan rancangan arsitektur, membandingkan dengan gambar yang profesional, menggambar untuk mendapatkan pujian orang lain, serta mempertahankan acuan. “Gambar sketsa yang bagus adalah gambar yang realistis,” tandasnya

Proses awal, menghidupkan bagaimana kultur dan potensi alami, dan garis-garis menjadi sangat organik. “Kalau kita akan sekadar mengamati adanya hubungan antara isu-isu umum dari permasalahan rancangan maka bentuknya ke diagram-diagram, garis-garis dan seterusnya,” ucap Hanif Budiman..

Hanif Budiman menjelaskan, representasi rancangan diperlukan sebagai visualisasi utuh (2D dan 3D) suatu rancangan. Terdiri dari sistem gambar 2D Ortografik terdiri dari denah, tampak dan potongan dan site plan. Gambar 3D terdiri dari gambar paralel isometri/axonometric dan perspektif. Masing-masing sistem memiliki kelebihan yang saling melengkapi.

Di akhir sesi pemaparannya, Hanif Budiman memaparkan lebih lanjut terkait proses pengembangan yang komprehensif pada suatu rancangan dan skala beserta simbol arah mata angin.

Menurutnya tidak ada yang sia-sia dalam setiap garis manual dalam proses menggambar rancangan. Manual design drawing sangat berpeluang menghasilkan gagasan yang ekspresif mempresentasikan kekuatan rancangan, tidak sekedar gagasan yang stereotype.

“Mudah-mudahan kita lebih bisa bergairah untuk terus melakukan sketsa suka-suka dimanapun dan kapanpun,” tutup Hanif. (LMF/RS)