Kunci Fire Protection pada Bangunan

Guna memberikan wawasan akan pentingnya fire protection dalam bangunan, Program Studi (prodi) Arsitektur Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan kuliah umum (public lecture) dengan tema “Breadth Building Performance Evaluation and Simulation” pada Selasa (15/3) melalui platform Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung di channel YouTube prodi Arsitektur UII.

Prof. Dyah Hendrawati, M.Sc., GP. selaku pembicara pada kuliah umum tersebut, menyampaikan evaluasi dan tools apa saja yang bisa dilakukan terkait fire protection. Ia menjelaskan, fire safety dibagi menjadi dua yaitu aktif dan pasif. Aktif, misalnya APAR. Sedangkan pasif, yang erat kaitannya dengan desain yang lekat dengan bangunan yang dibangun di awal. Jadi, meliputi material, bagaimana peletakan tanah darurat, bagaimana peletakan pintu darurat evakuasi darurat dan seterusnya.

“Strategi pasif dimulai dari material, material harus terproteksi dari api, sehingga ketika pakai baja, baja tidak cepat panas dan seterusnya,” ungkap Dyah.

Perlu diperhatikan bagaimana kinerja penghalang udara, asap atau pengendalian asap di dalam gedung. Hal ini sangat penting karena mengingat orang meninggal ketika kebakaran, bukan karena terbakar, tapi karena menghirup asap yang timbul karena adanya kebakaran. Kemudian yang tidak kalah penting adalah, bagaimana ventilasi udara ketika terjadi kebakaran.

Dalam pemaparannya Prof. Dyah menyampaikan, ada 6 strategi pasif untuk fire protection pasif. Meliputi konstruksi yang tahan api, pintu keluar, koridor (bagaimana rute atau jalan untuk keluar bangunan), kompartement, evakuasi darurat, dan pengendalian asap.

Di Indonesia ada SNI terkait kebakaran, salah satunya adalah SNI 03-1736-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Gedung. “Selain itu, masih ada peraturan-peraturan lain yang harus diperhatikan ketika kita mendesain bangunan yang diharapkan aman terhadap bencana kebakaran,” tutur Prof. Dyah.

Prof. Dyah menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam enam strategi yang sudah dipaparkan. Misalnya, dalam konstruksi tahan api, prinsipnya adalah bagaimana material itu bisa tahan minimal dua jam ketika terjadi kebakaran. Jadi ketika kebakaran sangat penting, tidak hanya kuat, tapi juga tahan bencana. “Bagaimana ada lapisan-lapisan yang tahan api,” imbuh Dyah

Ketika ada bangunan yang terkena kebakaran, biasanya terhubung tangga darurat dan lift darurat. Lift darurat di sini, jika terkena kebakaran tidak mati. Karena baiknya kalau kebakaran terjadi, sistem elektrika dimatikan untuk mencegah terjadinya penyebaran api.

“Pengendalian asap, sangat erat ketika membuat sebuah bangunan. Harus ada tempat-tempat yang mengeluarkan asap. Agar ketika kebakaran asap tidak terkumpul di ruangan tersebut,” tandas Prof. Dyah.

Lebih lanjut dijelaskan Prof. Dyah, setelah melakukan simulasi menggunakan tangga darurat saja, didapatkan hasil yang tidak memenuhi standar SFPE teknik total waktu evakuasi seluruh pengguna bangunan sebanyak 445,8 detik. Pada detik ke 336, sebanyak 1161 orang telah terevakuasi, sedangkan 75 orang masih berada di dalam bangunan.

Di akhir pemaparannya, Prof. Dyah menegaskan bahwa ketika akan melihat kinerja fire protection secara keseluruhan, baiknya menggunakan worksheet, karena bisa mengecek secara keseluruhan terkait kinerja fire protection. Selain itu, bisa juga dilihat dengan jalur asap melalui CFD.

“Harapannya adalah sebagai pemicu semuanya, bahwa fire protection sangat penting untuk bangunan, bagaimana kita mendesain, mendesain harus aman terhadap bencana, salah satunya adalah kebakaran. Dan ini sebagai pemantau bagaimana bisa melihat evalusi bangunan yang sudah ada dengan metode yang ada. Serta sebagai pemicu teman-teman untuk lebih memahami fire protection untuk bangunan,” tutup Prof. Dyah. (LMF/RS)