Geothermal Jadi Andalan Energi Terbarukan

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Seksi Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (IATMI SM UII) mengadakan Online Company Visit Star Energy Geothermal (Wayang Windu) dengan mengusung tema “What’s On Star Energy Geothermal (Wayang Windu), Limited: The Largest Geothermal Energy Producer In Indonesia And The Leader In Renewable Energy” pada Sabtu (23/4).

Hadi Ismoyo selaku Sekretaris Jenderal IATMI Pusat menyampaikan bahwa judul yang dibawakan dalam acara ini sangat elegan. Sebab ada dua masalah penting yang berhubungan dengan transisi energi dari fosil ke renewable energy, yaitu geothermal dan gas. Menurutnya geothermal adalah salah satu pilar energi baru dan kebetulan the largest produsen geothermal di Indonesia adalah Star Energy. 

Ia juga menambahkan geothermal adalah salah satu energi yang didambakan dengan cadangan sumberdaya 30.000 Megawatt (MW) di seluruh Indonesia. Tentunya punya potensi untuk menggantikan energi fosil. Hanya saja memang banyak kendala-kendala di lapangan dari mulai kendala teknis maupun non teknis. 

“Kendala teknis misalnya adalah masalah-masalah regulasi, di mana harapan pengembang belum selaras dengan penggunanya, dalam hal ini PLN. Kemudian, masalah non teknis inilah yang perlu peran dari mahasiswa. Banyak ketidaknyamanan dari daerah terutama orang yang mempunyai lahan-lahan di daerah sangat tidak nyaman dengan adanya eksploitasi geothermal. Kadang-kadang mereka mengatakan bahwa oh ini daerah-daerah yang rawan ini daerah-daerah mistis ga boleh di bor dan sebagainya,” ujarnya. 

Untuk itu diperlukan sosialisasi secara kontinyu supaya semakin berkembang. Dicanangkan geothermal dapat menjadi bauran energi dan andalan di tahun 2025. “Memang ada istilahnya tenaga surya dan sebagainya, tapi itu membutuhkan investment cost yang luar biasa. Bukan berarti saya tidak setuju dengan PLTS dan wind turbine tapi harus combine dan saat ini yang di depan mata kita adalah geothermal,” tambahnya.

Head of Power Plant Operation Wayang Windu, Ismail Hidayat menyampaikan materinya mengenai sustainable energy transition and climate mitigation for future better life. Ia mengatakan bahwa geothermal bisa digunakan secara langsung maupun tidak langsung dengan kapasitas yang sama besarnya. Pada saat ini, kapasitas geothermal Indonesia yang menjadi listrik sebesar 2.276 MW. 

“Inilah kelistrikan Jawa Madura Bali, kalau kita lihat di sini batubara masih mendominasi lebih dari 70%, Gas 8,5%, LNG 6,8%, Panas Bumi sekitar 4,5%,” lanjutnya. Selama sepuluh tahun lalu kapasitas panas bumi tidak bergerak dari sekitar 1.200 MW. Namun pada enam tahun belakangan kapasitasnya naik dengan sangat cepat menuju 2.200 MW terutama di luar Jawa. 

Ia melanjutkan bahwa Star Energy Geothermal memiliki tiga lapangan yang sudah beroperasi, yaitu Wayang Windu, Darajat, dan Salak. Kemudian, ada beberapa lapangan yang masih berada pada tahap eksplorasi. Star Energy ini berada pada level tertinggi dalam pemanfaatan energi geothermal sebesar 875 MW di Indonesia. Sedangkan di dunia berada pada urutan ketiga.

Daerah yang memiliki pemandian air panas sangat potensial untuk dibangun geothermal, dengan syarat tidak terletak pada daerah gunung berapi aktif. “Geothermal itu dibangun pada lokasi gunung berapi yang sudah tidak aktif,” pungkasnya. Kemudian, terdapat peraturan bahwa keuntungan yang berasal dari geothermal ini akan diberikan sebagian kepada pemerintah daerah. (MD/ESP)