Yayasan Darussalam Selokerto (YDS) dan Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan Workshop bertema “Menjadi Guru di Era Artificial Intellegence (AI) & Produksi Media Pembelajaran dan Promosi Sekolah Berbasis AI”. 

Workshop dilaksanakan pada Sabtu (08/11) di Restoran The Harjo’s Pancasari Yogyakarta yang dihadiri oleh pembina, pengawas, pengurus YDS, guru, tenaga kependidikan RA dan SDIT Darussalam Selokerto, serta beberapa mahasiswi Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UII. Kegiatan tersebut merupakan salah satu aktivitas dari rangkaian program pengabdian masyarakat Prodi Ilmu Komunikasi UII di RA dan SDIT Darussalam Selokerto.

Pemateri kegiatan ini adalah Prof. Dr Subhan Afifi, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UII  dan Budi Yuwono, S.Sos, M.Sn.  selaku Dosen STSRD Visi Yogyakarta dan Praktisi Desain Komunikasi Visual.

AI Tidak Menggantikan Profesi Guru

Prof. Subhan Afifi menyampaikan dalam materinya, teknologi AI memberikan tantangan terhadap eksistensi profesi guru, dan juga profesi-profesi lainnya di masa depan. Prof. Subhan mengutip pernyataan Bill Gates yang memprediksi bahwa dalam 10 tahun mendatang, guru-guru akan tergantikan oleh AI. Bahkan saat ini sudah mulai muncul sekolah tanpa guru.

“Tentu agendanya adalah bagaimana para guru merespon tantangan ini,” ujar Prof. Subhan. “AI atau teknologi itu hanya tools saja. Kita meyakini bahwa guru tidak tergantikan oleh AI, tapi bagaimana para guru memanfaatkan AI untuk mendukung tugas mulianya. Tugas guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi mendidik keyakinan, karakter dan akhlak mulia dengan sentuhan personal dan manusiawi. Kemampuan itu yang tidak dimiliki AI,” tambahnya.

Selain pemaparan dari Prof. Subhan, pemateri berikutnya, Budi Yuwono menambahkan, kepintaran sebenarnya dimiliki oleh manusia, bukan AI. “AI  sebenarnya “bodoh”, karena AI hanya menerima data dan mengikuti instruksi atau prompt manusia untuk memproduksi sebuah karya, seperti video dan gambar,” jelas Budi Yuwono.

Budi Yuwono memberikan stategi produksi video pembelajaran dan promosi sekolah berbasis AI.  Kuncinya adalah membuat prompt atau instruksi untuk produksi video dengan teknologi AI harus secara detail untuk mendapatkan hasil optimal yang diharapkan. “Prompt dituliskan dengan menyertakan jenis visual, subjek, detail subjek, background setting, mood atau suasana, bahkan hingga ke teknik kamera. Di sinilah letak kreativitas manusia dalam mengupayakan pekerjaan dengan menggunakan teknologi AI,” ujar Budi Yuwono.

Manfaat-Mudharat AI

Prof. Subhan menyampaikan bahwa para guru dan tenaga kependidikan bisa mengoptimalkan teknologi AI dengan berbagai manfaat dan kelebihannya untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah. “Manfaatnya sangat banyak, misal membatu guru dalam hal efisiensi waktu, personalisasi pembelajaran, inovasi media dan metode, analisis data pembelajaran, pengembangan profesional hingga menjadi pendamping/asisten guru dalam mengembangkan kualitas pembelajaran,” tambahnya.

Meski demikian, selain memberikan manfaat, AI memiliki potensi dampak buruk (mudharat) yang harus diwaspadai, seperti plagiarisme, berkurangnya kreativitas dan kemandirian, hilangnya nilai-nilai kemanusiaan, terancamnya privasi dan keamanan, bahkan terganggunya kesehatan mental pengguna yang menggunakannya secara berlebihan dan tidak terkontrol.

“Untuk itu diperlukan peningkatan literasi digital di kalangan para guru untuk memanfaatkan AI dengan bijak dan menegakkan etika, sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, agar terhindar dari dampak buruk AI” pungkas Prof Subhan. (EAR/AHR/RS)

Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia menggelar seminar internasional bertajuk “Maqashid Shari’a: Bridging Turats And Comtemporary Issues”. Seminar yang dilaksanakan di Auditorium Gedung K.H.A Wahid Hasyim Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI), Kampus Terpadu UII pada Jumat (07/10) ini merupakan bentuk ikhtiar dan upaya ijtihad akademik dalam menjembatani tradisi Islam klasik (turats) dan modernitas yang didalamnya banyak isu kontemporer seperti gender, HAM, demokrasi, hingga pluralisme.

Seminar ini menghadirkan Prof. Jasser Auda, Presiden Maqasid Institute Global sebagai narasumber dan dimoderatori oleh Supriyanto Abdi, Ph.D selaku dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) FIAI UII dan dihadiri oleh para dosen, mahasiswa baik jenjang sarjana, magister dan doktoral pada Progeam Studi Hukum Islam serta para akademisi lainnya yang menaruh perhatian terhadap isu hukum Islam dan kontemporer.

Dekan FIAI UII, Dr. Drs. Asmuni, M.A. saat diwawancarai menjelaskan mengenai seminar ini bahwa masalah yang berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Maka dari itu, seminar ini diselenggarakan sebagai upaya untuk menjawab tantangan-tantangan yang hadir tersebut dimana harapannya semua bisa berjalan beriringan dan harmonis.

“Kalau kita menghubungkan antara turats dan masalah kekinian, pertanyaannya itu adalah jawabannya itu apa? Jawabannya adalah maqashid syariah atau tujuan syariah yang ruang lingkupnya secara klasik ialah perlindungan terhadap agama-agama, tapi jangan diartikan hanya agama Islam, tetapi melindungi semua agama. Melindungi jiwa tapi bukan hanya jiwa muslim, tapi semua jiwa umat manusia, melindungi harta, hingga melindungi keturunan,” ungkapnya.

Sejalan dengan hal ini, Prof. Jasser Auda hadir dalam seminar ini  untuk menjawab kegelisahan akademik tersebut. Teori maqasid syariah yang dikembangkan oleh Prof. Jasser Auda diharapkan mampu menjadi jembatan untuk mengeksplorasi dan menemukan hukum yang sejalan dengan perkembangan zaman dengan tetap mempertahankan akar tradisional yang tertanam dalam semangat teks-teks wahyu.

Lebih lanjut, hubungan antara hukum Islam dan isu-isu kontemporer merupakan topik yang menarik—mengingat prinsip epistemologis hukum Islam adalah manusia menemukan hukum, bukan manusia membuat hukum karena wahyu menjadi sumber utama hukum Islam ditemukan. Meskipun demikian, teori maqashid syariah telah banyak dibahas oleh para ulama klasik, abad pertengahan, dan modern.

Teori maqasid syariah pada prinsipnya menitikberatkan pada lima kebutuhan dasar (dharuriyyah al-khamsah) yang disebut sebagai tujuan utama hukum Islam, yaitu menjaga agama (hifdz al-din), menjaga jiwa (hifdz al-nafs), menjaga akal (hifdz al-aql), menjaga keturunan (hifdz al-nasl), dan menjaga harta (hifdz al-mal). Kelima hal ini merupakan kebutuhan dasar yang jika tidak terpenuhi akan membahayakan kehidupan manusia.

Teori maqasid syariah yang dikembangkan oleh Prof. Jasser Auda mengusulkan enam fitur kunci untuk teori maqasid syariah modernnya meliputi sifat kognitif, keutuhan, keterbukaan, hierarki yang saling terkait, multidimensi, dan tujuan. Keenam fitur ini berkontribusi pada pemahaman maqasid yang lebih komprehensif dan sistematis. (MA/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) dipercaya menjadi tuan rumah dalam ajang Campus League 2025 Regional Yogyakarta, yang pada edisi kali ini menghadirkan cabang olahraga futsal sebagai ajang utama kompetisi olahraga antar kampus yang bergengsi. Campus Leagues sendiri adalah sebuah organisasi independen yang fokus mengembangkan potensi mahasiswa melalui kecakapan dan kompetisi olahraga.

Kompetisi ini diselenggarakan di Gedung Olahraga (GOR) Ki Bagoes Hadikoesoemo, Kampus Terpadu UII selama tujuh hari mulai tanggal 6 hingga 12 November. Sebanyak 16 kontingen dari perguruan tinggi  di wilayah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur turut ambil bagian dalam ajang ini.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan, dan Alumni UII, Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada selutuh tim Campus League 2025 atas inisiatif luar biasa yang telah mereka hadirkan untuk dunia pendidikan tinggi Indonesia. Dr. Rohidin menuturkan Campus League bukanlah organisasi olahraga biasa, tetapi sebuah gerakan transformatif yang dapat membentuk generasi mahasiswa Indonesia yang unggul dan berkarakter.

“Dengan mengusung pendekatan holistik yang diterapkan melalui tiga pilar utama: Academics, Athleticism, dan Affinity. Ketiga pilar ini mencerminkan pemahaman yang mendalam bahwa pembentukan karakter mahasiswa yang tidak dapat dilakukan secara parsial, melainkan harus komprehensif dan seimbang,” ungkapnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Dr. Rohidin mengungkapkan bahwa olahraga, khususnya futsal, bukan sekadar aktivitas fisik atau pertandingan memperebutkan piala. Ia adalah medium untuk menempa karakter, membangun budaya disiplin, sportivitas, serta kepercayaan diri. Nilai-nilai yang tumbuh dari lapangan olahraga pada dasarnya adalah nilai-nilai kehidupan itu sendiri.

“Di sinilah kita belajar tentang kerja sama, solidaritas, kemampuan mengambil keputusan cepat, tangguh menghadapi tekanan, dan siap menerima kemenangan maupun kekalahan dengan hati yang lapang,” terangnya.

Lebih lanjut, Audri Sianturi selaku Chief of Brand Communications Campus League mengucapkan terima kasih kepada UII atas partisipasi dan dukungan dalam penyelengaraan Campus League ini. Saat diwawancarai, Audri juga memberikan apresiasi kepada delegasi dari mahasiswa UII yang turut meramaikan kompetisi ini.

“Kedepan kami berharap kita punya visi misi yang sama selaras untuk menciptakan Indonesia yang digdaya dalam olahraga, tidak hanya dalam futsal tetapi olahraga lain juga,” harapnya.

Dengan adanya Campus League 2025 ini, diharapkan tercipta semangat baru bagi mahasiswa untuk terus berkembang, tidak hanya dalam bidang akademik tetapi juga dalam sportivitas dan kepemimpinan. Ajang ini menjadi bukti nyata kolaborasi antarperguruan tinggi dalam mencetak generasi muda yang unggul, berdaya saing, dan berkarakter.

Sebagai tuan rumah, UII berkomitmen untuk terus mendukung berbagai kegiatan positif yang dapat memperkuat ekosistem pembinaan mahasiswa, baik dalam bidang olahraga maupun pengembangan diri secara menyeluruh. (AHR/RS)

Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan kegiatan Info Session bertajuk “Kesempatan Studi dan Hibah Penelitian di Eropa”, pada Rabu (5/11). Kegiatan ini bertujuan memberikan informasi seluas-luasnya kepada sivitas akademika dan masyarakat umum mengenai peluang melanjutkan studi serta memperoleh pendanaan penelitian bergengsi di berbagai universitas di Eropa.

Kegiatan yang berlangsung di Gedung Kuliah Umum Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII ini dibuka secara resmi oleh Rektor UII, Fathul Wahid. Dalam sambutannya, Fathul menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat internasionalisasi pendidikan tinggi Indonesia.

“Melalui forum ini, kita tidak hanya memperluas akses studi dan penelitian di Eropa, tetapi juga memperkuat jejaring global bagi individu maupun institusi. Inilah salah satu wujud nyata komitmen UII untuk terus membuka ruang kolaborasi internasional,” ujarnya.

Sesi pertama menghadirkan Tatas Brotosudarmo, Ph.D., perwakilan Euraxess Worldwide untuk ASEAN, yang memaparkan peluang pendanaan doktoral melalui program Marie Skłodowska-Curie Actions (MSCA). Dalam paparannya, Tatas menjelaskan secara detail mengenai skema pendanaan, kriteria pendaftaran, serta tips membangun jejaring penelitian internasional. Euraxess sendiri merupakan platform besar di Eropa yang berfungsi memperluas akses informasi pendanaan penelitian dan membuka koneksi antarpeneliti lintas negara.

Pada sesi kedua, kegiatan dilanjutkan dengan dua sesi paralel. Sesi pertama membahas pendanaan riset melalui program Horizon Europe, yang kembali disampaikan oleh Tatas Brotosudarmo, Ph.D. Sesi ini menarik perhatian banyak peneliti muda dari UII dan luar kampus karena menawarkan peluang hibah dengan nilai pendanaan yang signifikan dan kompetitif.

Sesi paralel kedua mengangkat tema peluang studi lanjut di Eropa, menghadirkan pembicara dari berbagai lembaga dan universitas, antara lain Romero Sinaga (Kepala Uni Italia untuk Indonesia), Piero Pillon (Divisi Kerja Sama Internasional, Sienna University, Italia), serta Diyan Yunanto Setyaji (Perwakilan alumni Erasmus Mundus untuk Yogyakarta). Para narasumber berbagi pengalaman serta panduan praktis dalam mengakses beasiswa S2 dan S3, termasuk Erasmus Mundus dan berbagai program di Italia.

Kegiatan ini berlangsung selama 2,5 jam dan diikuti dengan antusias oleh dosen, mahasiswa, dan peneliti baik dari UII maupun dari berbagai institusi lain di Yogyakarta seperti Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V (LLDikti V), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas PGRI, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY), Akademi Perikanan Yogyakarta, Universitas Islam Mulia Yogyakarta, Universitas Janabadra,  dan Amikom Yogyakarta. Di akhir acara, dilakukan penyerahan cinderamata oleh Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, kepada para narasumber sebagai bentuk apresiasi atas kontribusinya dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman internasional.

Melalui kegiatan ini, diharapkan semakin banyak akademisi Indonesia yang terdorong untuk mengejar studi lanjut dan berpartisipasi dalam riset internasional di Eropa, serta berkontribusi memperkuat reputasi akademik Indonesia di kancah global. (DS/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menjadi tuan rumah kegiatan Statistika Ria dan Festival Sains Data (Satria Data) Tahun 2025 pada Selasa-Rabu (4-5/11) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII. Satria Data merupakan sebuah ajang kompetisi prestisius nasional di bidang statistik dan sains data yang bertujuan menumbuhkan literasi data, kemampuan analitis, dan budaya riset di kalangan mahasiswa Indonesia.

Tahun ini, sebanyak 24 tim terbaik dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia berhasil lolos ke babak final setelah melewati proses seleksi ketat dari ratusan peserta pada tahap sebelumnya. Perguruan tinggi yang berpartisipasi dalam babak final tersebut antara lain Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Hasanuddin, (Unhas) Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Universitas Telkom.

Ke-24 tim tersebut terbagi dalam empat kategori kompetisi, yaitu National Statistics Competition (NSC), Statistics Essay Competition (SEC), Statistics Infographics Competition (SIC), dan Big Data Challenge (BDC), dengan masing-masing kategori diikuti oleh enam tim. Setiap kategori mendorong mahasiswa untuk menunjukkan kompetensi analisis data, kemampuan berpikir kritis, kreativitas penyajian, serta penerapan teknologi big data secara praktis.

Pembukaan Satria Data 2025 dihadiri langsung oleh Sukino, S.Pd., M.A.P. selaku Ketua Tim Kemahasiswaan Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendiktisaintek RI). Ia menyampaikan rasa terimakasih kepada UII karena sudah bersedia kembali menjadi tuan rumah pada ajang Satria Data. Selain itu ia berharap ajang ini dapat memerluas jejaring peserta kompetisi.

Lebih lanjut, Rektor UII, Fathul Wahid menyampaikan bahwa penguasaan data kini menjadi keterampilan strategis yang sangat dibutuhkan di berbagai bidang. Namun, penguasaan teknis saja tidak cukupetika dalam mengolah, menyebarkan, dan memanfaatkan data menjadi aspek utama yang harus dijunjung tinggi.

“Etika data mengajarkan keseimbangan antara transparansi dan perlindungan privasi, antara inovasi dan keamanan, antara kepentingan publik dan hak individu. Sebagai insan akademik yang profesional kita perlu mengembangkan bukan hanya literasi data, tapi juga kebijaksanaan digital. Kebiksanaan menggunakan data secara bertanggung jawab,” ungkapnya.

Menurut Ketua Pelaksana Satria Data 2025, Arif Fajar Wibisono, S.E., M.Sc., penyelenggaraan kegiatan ini merupakan bentuk kepercayaan nasional terhadap UII dalam mendukung pengembangan talenta muda di bidang statistika dan sains data.

“Satria Data bukan sekadar kompetisi, tetapi wadah pembelajaran dan kolaborasi. Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan dapat mengasah kemampuan analisis dan menumbuhkan semangat kontribusi nyata berbasis data,” ujar Arif.

Selain kompetisi, Satria Data 2025 juga dirangkaikan dengan Seminar Nasional bertema “Gen Z & Data Revolution: Dari Angka ke Aksi Nyata”. Seminar ini menghadirkan narasumber dari kalangan profesional, akademisi, dan praktisi data seperti Alva Erwin (General Manager Nash Ta Group) dan Timotius Devin dari PT Datasaur Software Indonesia (Datasaur AI). Keduanya membahas tentang peran generasi muda, khususnya Generasi Z, dalam memimpin transformasi digital dan membangun masa depan berbasis data. Para peserta terlihat aktif menyimak materi pengantar serta berdiskusi mengenai peran data dalam menyelesaikan persoalan nyata di masyarakat. Suasana bertambah meriah ketika penampilan Diva Aurelia sebagai guest star.

Dengan terselenggaranya Satria Data di UII, diharapkan lahir lebih banyak talenta muda yang mampu menghadapi tantangan besar di masa depan, termasuk kebutuhan akan ahli data dalam sektor pemerintahan, industri, maupun riset ilmiah. (ELKN/AHR/RS)

Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Webinar Nasional bertema “Antara Idealita dan Realita: Menakar Problem dan Tantangan Pondok Pesantren Masa Kini”secara daring melalui kanal  Zoom Meeting dan YouTube Live pada Selasa (04/11). Kegiatan yang diikuti lebih dari 700 peserta dari berbagai kalangan dari akademisi, pengasuh pesantren, aparatur Kementerian Agama, mahasiswa, dan pemerhati pendidikan Islam. Kegiatan ini menjadi forum reflektif untuk menelaah peran strategis pesantren di tengah arus modernisasi.

Tiga narasumber nasional hadir dalam webinar ini, yaitu Dr. H. Basnang Said, S.Ag., M.Ag. selaku Direktur Jenderal Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI, M. Husnaini, S.Pd.I., M.Pd.I., Ph.D. selaku Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII, dan Prof. Dr. Zuly Qodir, M.Ag. selaku Guru Besar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan, dan Alumni UII, Dr. Drs. Rohidin, SH., M.Ag., menegaskan bahwa pesantren memiliki misi luhur mencetak insan kamil yaitu manusia berilmu, berakhlak, dan bertanggung jawab sosial. Namun idealita ini kini menghadapi tiga tantangan besar: modernisasi dan digitalisasi, kemandirian ekonomi dan politik, serta ketahanan ideologis. “Pesantren harus menjadi penuntun moral politik, bukan pemain politik,” tegasnya.

Dr. Basnang Said menjelaskan bahwa UU No. 18 Tahun 2019 tentang Pesantren menegaskan pentingnya sistem penjaminan mutu pendidikan melalui dua lembaga antara lain Dewan Masyayikh di tingkat satuan pendidikan dan Majelis Masyayikh di tingkat nasional. Kedua lembaga ini memastikan mutu pendidikan pesantren berjalan sesuai standar nasional.

Beliau juga menegaskan tiga fungsi utama pesantren yaitu pendidikan dengan mencetak santri berilmu dan berakhlak. Kemudian, dakwah dengan menyebarkan Islam moderat (rahmatan lil ‘alamin). Pemberdayaan masyarakat  yang mendorong kemandirian sosial dan ekonomi umat.

“Negara berkomitmen memperkuat eksistensi pesantren melalui regulasi seperti UU No. 18 Tahun 2019, Keppres No. 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri, dan Perpres No. 82 Tahun 2021 tentang Pendanaan Pesantren,” ungkap Dr. Basnang.

Sementara itu, M. Husnaini menguraikan bahwa pesantren memiliki lima elemen utama yaitu kiai, santri, pondok, masjid, dan kitab kuning yang membentuk ekosistem pendidikan Islam khas Indonesia. Ia menambahkan bahwa fleksibilitas pesantren membuatnya selalu relevan di setiap zaman.

Prof. Zuly Qodir menyoroti pergeseran nilai antara pesantren klasik dan modern. Pesantren modern kini banyak mengadopsi model boarding school, sementara pesantren klasik masih mempertahankan sanad keilmuan, kesederhanaan, dan kemandirian. “Meski banyak yang telah beralih ke sistem yayasan, ruh spiritualitas dan keikhlasan tetap harus dijaga,” ujarnya.

Webinar ini menegaskan bahwa pesantren tetap menjadi benteng moral dan pusat ilmu keislaman yang adaptif terhadap perubahan zaman. DPPAI UII berharap kegiatan ini memperkuat sinergi antara pesantren, perguruan tinggi, dan pemerintah dalam mencetak generasi santri yang cerdas, berakhlak, dan berdaya saing global. (AK/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Kemitraan dan Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) melaksanakan kegiatan studi banding ke Universitas Padjadjaran (UNPAD) pada Senin (03/11) di Jatinangor, Bandung. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat jejaring kerja sama nasional dan internasional serta mempelajari pengelolaan kemitraan akademik yang dijalankan oleh UNPAD.

Rombongan UII yang dipimpin oleh Dr. Dian Sari Utami selaku Direktur Kemitraan/Kantor Urusan Internasional Universitas Islam Indonesia, diterima secara resmi oleh Prof. Dr. Tomy Perdana, S.P., M.M., selaku Kepala Direktorat Kerja Sama dan Kemitraan Alumni Universitas Padjadjaran, beserta timnya. Diskusi yang dimoderatori oleh Kepala Divisi Kemitraan Dalam Negeri, Dr. Bambang Suratno, berlangsung dalam suasana yang hangat dan kolaboratif. UNPAD dan UII sudah memiliki cukup banyak kolaborasi dalam lima tahun terakhir dan kedua universitas merupakan anggota konsorsium Jejaring Perguruan Tinggi Nusantara atau NUNI.

Kegiatan studi banding ini diikuti oleh perwakilan dari berbagai fakultas di UII, termasuk Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Fakultas Teknologi Industri, Fakultas Kedokteran, Fakultas Farmasi, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, serta Fakultas Ilmu Agama Islam.

Delegasi dari UII, yaitu para Pengelola Kerja Sama dan Internasionalisasi Fakultas (PKIF) dari 9 fakultas di UII menunjukkan antusiasme yang tinggi untuk mempelajari best practice UNPAD dalam mengelola kerja sama dalam dan luar negeri, termasuk model koordinasi antarunit dan pengembangan jejaring internasional. Pengalaman UNPAD menjadi inspirasi bagi UII dalam memperkuat sistem pengelolaan kemitraan lintas fakultas dan program studi.

Salah satu capaian penting dari pertemuan ini adalah kesepakatan untuk menjajaki program Double Degree antara prodi di UII dan UNPAD. Program studi di UII bisa memanfaatkan peluang double-degree dengan mengirimkan surat resmi kepada bagian kerja sama UNPAD sebagai langkah awal proses inisiasi program tersebut.

Selain itu, kedua pihak juga membahas potensi kolaborasi lain seperti joint research, pertukaran dosen dan mahasiswa, serta penyelenggaraan short program bersama. Inisiatif ini menjadi bagian dari komitmen UII untuk memperluas jejaring kolaborasi akademik, baik di tingkat nasional maupun internasional, sesuai dengan visi UII menuju universitas berkelas dunia berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.

Melalui kegiatan ini, diharapkan terjalin sinergi yang lebih kuat antara UII dan UNPAD dalam memperkuat ekosistem pendidikan tinggi yang inovatif, kolaboratif, dan berdaya saing global. (BS/DS/AHR/RS)

Narkoba tidak hanya mengancam kesehatan generasi muda, tetapi juga dapat merusak seluruh aspek kehidupan dan masa depan mereka. Menyadari hal tersebut, Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Seminar Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di Desa Tegal Panggung, Kota Yogyakarta pada Sabtu (01/11). Acara ini merupakan hasil usulan warga desa setempat yang kemudian diwujudkan melalui kolaborasi antara pihak desa, lembaga kampus, dan Badan Narkotika Nasional (BNN).

Taufiq Zulqisti selaku Kepala Bidang Dakwah Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat LEM UII sekaligus Ketua Pelaksana Seminar P4GN dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak atas terlaksananya acara tersebut.  Ia menegaskan bahwa kegiatan seminar ini diadakan sebagai wadah untuk belajar bersama dan memperkuat kesadaran masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang sehat, aman, dan tangguh tanpa narkoba.

Selanjutnya, Ketua LEM UII, Hidayat Fathirrizqi Azmi turut memberikan sambutan dengan menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai ruang berdiskusi dan berbagi pengetahuan. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada warga Desa Tegal Panggung yang telah memberikan kesempatan bagi lembaga untuk terus berkembang. Ia berharap melalui kegiatan ini seluruh peserta dapat memperoleh manfaat dan wawasan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh pihak BNN. Dalam pemaparan tersebut, disampaikan beberapa poin penting yang menjadi hasil pembelajaran dari rangkaian seminar.

“Pertama, bahaya penyalahgunaan narkoba tidak hanya mengancam kesehatan individu, tetapi juga masa depan generasi muda serta ketahanan sebuah desa. Oleh karena itu, upaya pencegahan harus dimulai sejak dini — dari diri sendiri, keluarga, hingga lingkungan sekitar. Kedua, peran masyarakat sangatlah penting. Kolaborasi antara warga, perangkat desa, lembaga kampus, dan BNN menjadi kunci utama dalam membentuk desa yang sehat dan tangguh tanpa narkoba,” ungkap perwakilan pihak BNN

Terakhir, lanjut perwakilan pihak BNN,  edukasi dan peningkatan kesadaran harus dilakukan secara berkelanjutan. Dengan pengetahuan yang tepat, masyarakat dapat mengenali tanda-tanda penyalahgunaan, memberikan dukungan yang benar, serta melaporkan jika terdapat potensi bahaya di lingkungan sekitar.

Kegiatan ini diakhiri dengan ajakan bersama untuk menjadi agen perubahan dalam menjaga lingkungan yang aman, sehat, dan bebas dari narkoba. “Terima kasih atas perhatian dan partisipasi seluruh peserta. Semoga apa yang kita pelajari hari ini membawa manfaat dan dapat kita terapkan di kehidupan sehari-hari,” tutup perwakilan pihak BNN di akhir acara.

Dengan terlaksananya Seminar P4GN ini, Desa Tegal Panggung diharapkan dapat menjadi contoh nyata dalam upaya pemberantasan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui kolaborasi aktif antara masyarakat dan lembaga terkait. (HFA/AHR/RS)

Kualitas akademik Universitas Islam Indonesia (UII) kembali mendapat pengakuan di panggung dunia. Salah satu dosen dari Program Studi Hukum Keluarga Islam (Ahwal Syakhshiyyah) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI), Saiful Aziz, S.H., M.H., berhasil menorehkan prestasi membanggakan dengan ditunjuk sebagai juri internasional dalam ajang bergengsi The 3rd Asian Arabic Debating Championship. Kompetisi ini diselenggarakan di Muscat, Oman, pada 27 Oktober hingga 1 November 2025.

Kejuaraan yang diselenggarakan atas kerja sama QatarDebate (Member of Qatar Foundation), Kementerian Kebudayaan dan Olahraga Oman, dan Oman Debate Center ini merupakan salah satu kompetisi debat Bahasa Arab paling prestisius di Asia. Ajang ini diikuti oleh puluhan universitas terkemuka dari berbagai negara, termasuk Qatar University, Damascus University, Kuwait University, Al-Quds University, dan International Islamic University of Malaysia.

Penunjukan Saiful Aziz sebagai juri didasarkan pada rekam jejak dan keahliannya yang mumpuni. Ia berpengalaman menjadi juri di ajang International Universities Debating Championship (IUDC) di Qatar pada 2019. Rekam jejak Aziz sebagai debater sudah tidak diragukan lagi. Saat masih menjadi mahasiswa UII, ia dikenal sebagai The Best Arabic Debater pada masanya dan telah berhasil mengoleksi total 60 prestasi di tingkat nasional dan internasional.

Penunjukan ini menjadi istimewa karena Aziz merupakan satu dari lima juri internasional yang tidak berasal dari negara Arab (non-native speaker). Ia bersanding dengan sesama akademisi non-Arab lain, yakni para dosen yang mewakili International Islamic University of Indonesia (Indonesia), International Islamic University of Malaysia (Malaysia), Jamia Tur Rasyid (Pakistan), dan Sabeelul Hidaya Islamic College (India). “Kepercayaan ini adalah sebuah kehormatan besar, tidak hanya untuk saya, tetapi juga untuk UII dan Indonesia. Ini membuktikan bahwa kualitas kita diakui secara global,” ujar Aziz.

Penunjukan ini juga selaras dengan keberhasilannya membina tim debat mahasiswa UII, yang belum lama ini sukses meraih Juara 1 Tingkat Nasional dan predikat The Best Arabic Debater di ajang MTQ Mahasiswa Nasional (MTQMN) 2025.

Aziz menjelaskan bahwa kompetisi ini berlangsung sangat ketat. Agenda dimulai pada 28 Oktober 2025 dengan upacara pembukaan dan technical meeting untuk pembekalan juri, dilanjutkan dengan lima babak penyisihan selama dua hari. Babak perempat final dan semi final digelar pada 30 Oktober, dan ditutup dengan babak grand final pada 1 November 2025.

Ia juga memaparkan bahwa ajang ini menggunakan Bahasa Arab Fusha sebagai bahasa utama (80%), dan Bahasa Inggris (20%) sebagai bahasa pendukung untuk peserta non-Arab. Menjadi juri non-Arab di kompetisi penutur asli memiliki tantangan tersendiri. Aziz menceritakan salah satu hambatannya adalah ketika peserta menggunakan dialek ‘Amiyah (bahasa pasaran) alih-alih Fusha (bahasa resmi).

“Saat peserta mulai menggunakan ‘Amiyah, saya sedikit kesulitan mencerna argumen. Solusinya, saya proaktif berdiskusi dengan panelis juri lain yang native speaker sebelum finalisasi skor untuk memastikan keadilan,” paparnya.

Terkait dukungan logistik, Aziz menjelaskan bahwa panitia penyelenggara berfokus pada pembiayaan akomodasi dan transportasi lokal selama di Oman. Untuk itu, ia sangat mengapresiasi langkah proaktif dan dukungan penuh yang diberikan oleh Universitas Islam Indonesia untuk memfasilitasi perjalanan internasionalnya.

“Alhamdulillah, UII memberikan dukungan penuh untuk biaya transportasi dan akomodasi tambahan yang diperlukan, sehingga saya dapat menjalankan amanah ini dengan optimal,” tutupnya. (SA/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Perpustakaan menyelenggarakan International Library User Training bertema “Optimizing Library Utilization to Support International Student Scientific Publications” yang dibersamai oleh Akmal Faradise, staf dan penulis di Perpustakaan UII. Kegiatan yang berlangsung di Ruang Audio Visual Gedung Moh. Hatta Perpustakaan UII pada Sabtu (01/11) lantai dua ini diikuti oleh mahasiswa internasional dari berbagai program studi di lingkungan UII.

Workshop ini dirancang untuk membantu mahasiswa internasional memahami dan memanfaatkan layanan perpustakaan secara lebih efektif. Selama ini, sejumlah mahasiswa menghadapi kendala seperti perbedaan sistem akademik, keterbatasan literasi informasi, hingga kurangnya pengalaman dalam mengakses sumber ilmiah bereputasi. Akibatnya, potensi besar dari layanan perpustakaan belum dimanfaatkan secara optimal.

Perpustakaan UII kini telah bertransformasi menjadi pusat sumber daya digital dengan akses ke berbagai basis data akademik internasional, di antaranya Scopus, ScienceDirect, ProQuest, EBSCOhost, dan Westlaw. Namun, sebagian mahasiswa masih mengenal perpustakaan sebatas tempat mengunduh jurnal. Melalui kegiatan ini, peserta diperkenalkan pada berbagai fitur pendukung, termasuk konsultasi pustakawan, bantuan manajemen referensi, serta penggunaan alat systematic review untuk menunjang riset dan publikasi.

Direktur Perpustakaan UII,  Muhammad Jamil, SIP,  dalam sambutannya menyinggung tentang hal tersebut “Perpustakaan bukan hanya sebagai titik awal yang baru, perpustakaan saat ini telah menjadi partner kita dalam riset dan publikasi.” Ia juga menyelipkan pesan kepada peserta yang hadir untuk berlatih dan berjejaring bersama partisipan lainnya.

Kegiatan berlangsung secara interaktif dengan kombinasi sesi presentasi, diskusi, praktik langsung, serta tanya jawab bersama pemateri Pada sesi pertama, peserta belajar teknik pencarian sumber informasi melalui OPAC, e-journal, e-book, dan repository UII. Sementara pada sesi kedua, peserta berlatih menggunakan database jurnal langganan untuk menemukan referensi yang relevan bagi penelitian mereka.

Melalui workshop ini, peserta diharapkan mampu meningkatkan kemampuan literasi informasi sekaligus memahami strategi pemanfaatan sumber akademik secara etis dan efektif. Direktorat Perpustakaan UII juga berharap kegiatan ini menjadi langkah awal untuk memperkuat komunikasi antara pustakawan dan komunitas mahasiswa internasional, guna mendukung produktivitas riset serta kualitas publikasi ilmiah di tingkat global. (NKA/AHR/RS)