,

Jurusan Farmasi UII Latih Kader Kesehatan Pedukuhan di Sleman

Jurusan Farmasi Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan pelatihan Kader Kesehatan pada Kamis (22/9) di Auditorium Lantai 4 Gedung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Pelatihan dihadiri oleh para kader kesehatan dari beberapa pedukuhan di Sleman, seperti Pedukuhan Pelem, Candikarang, Sembung, dan Sambiroto. Narasumber yang mengisi kegiatan ini yaitu Dr. dr. Sunarto M.Kes, salah satu dosen Fakultas Kedokteran (FK) UII yang memiliki fokus pada kesehatan masyarakat. 

Sekretaris Jurusan Farmasi UII, apt. Suci Hanifah, M.Si, Ph.D mengapresiasi kesadaran para kader kesehatan dalam meningkatkan mutu kesehatan di pedukuhan masing-masing. “Satu harapan dari kami bahwa ini menjadi wadah yang positif untuk silaturahim, untuk kemudian bersama-sama membantu menyelesaikan, atau kemudian membantu mengelola, merawat tetangga-tetangga kita maupun masyarakat-masyarakat kita yang mengalami penyakit tidak menular dan bersifat jangka panjang”, ucapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan agar program peningkatan mutu kesehatan dapat berkelanjutan. “Kita bisa mengupayakan bagaimana program pengelolaan semacam Posbindu, nanti monggo namanya apa. Semacam Posbindu itu kemudian bisa menjadi program yang berkelanjutan nggih”, lanjutnya.

Sementara Dr. dr. Sunarto dalam paparannya mengatakan bahwa serangan jantung adalah penyebab meninggal nomor satu. “Jadi empat besar itu paling banyak menyebabkan orang meninggal itu satu serangan jantung, kedua stroke. Stroke itu asalnya dari mana?, dari hipertensi”, paparnya.

Ia juga menekankan pentingnya untuk melakukan pengontrolan hipertensi. “Penting hipertensi dikontrol ya, kalau tidak dikontrol tenang saja akan masuk rumah sakit karena tensinya tidak terkontrol, jadi penting ya kontrol Posbindu itu”, sambungnya.

Selanjutnya, ia menegaskan perlunya menjalani pola hidup sehat agar terhindar dari berbagai penyakit mematikan. Menurutnya, merokok merupakan salah satu penyebab kasus meninggal yang kerap kali diabaikan oleh sebagian orang. 

“Merokok memang tidak secara otomatis menyebabkan hipertensi. Akan tetapi menurut penelitian, semua itu yang berkaitan dengan itu orang kalau diteliti ya kebanyakan merokok, tidak istirahat, makanan banyak kolesterol, gorengan, santan, manis, nah itu tidak jelas”, ujarnya.

Dr. dr. Sunarto menambahkan tentang edukasi terkait tingkat hipertensi yang sudah harus mengikuti prosedur penanganan. “Kalau tensinya di atas 140 berarti itu sudah rekomendasi untuk diobat, bawahnya 90 itu berarti sudah masuk tensi, itu perlu dikontrol”, tambahnya.

Terakhir, Dr. dr. Sunarto menekankan perlunya pengawasan terhadap warga sekitar di masing-masing padukuhan. “Pokoknya Anda mengamati yang itu saja, kalau tensinya sudah tinggi anda ingatkan, penting itu karena mereka tetangga kita saudara kita”, pungkasnya. (JR/ESP)