,

Konsep Green Leadership Untuk Keberlanjutan Dunia

Di era yang modern ini, banyak adaptasi yang terjadi salah satunya perkembangan konsep kepemimpinan melalui kepemimpinan hijau (Green Leadership). Hal ini tergambar dalam webinar bertajuk “Revisiting Global Perspective of Green Leadership” yang diselenggarakan oleh Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (PSHI UII) berkolaborasi dengan Erasmus+ ASEAN Network for Green Entrepreneurship and Leadership (ANGEL). 

Webinar tersebut menghadirkan tiga orang pembicara yakni Assoc. Prof. Dr. Rosmini Omar selaku Dean Azman Hashim International Business School Universiti Teknologi Malaysia, Dr. Elmos Konis dari School of Business Administration European University Cyprus, dan Masitoh Nur Rohma, S.Hub.Int., M.A. selaku Sekretaris Program Internasional PSHI UII. Sesi webinar dipandu oleh Sekretaris Eksekutif UII, Hangga Fathana, S.IP., B.Int.St., M.A.

Dalam webinarnya, Rosmini Omar menyatakan bahwa konsep green leadership tersebut sangat lekat dengan gaya kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Selain itu, ia pun menyoroti konsep kepemimpinan ini yang seharusnya diikuti dengan kebaharuan dalam kepemimpinan seperti makna green yang erat kaitannya dengan sesuatu yang baru dan segar. 

“Konsep green sangat erat dengan isu globalisasi dan glokalisasi,” ujarnya. Ia pun menyoroti pentingnya kolaborasi antara green leadership tersebut dengan kewirausahaan sebagai sebuah wadah pengembangan bagi para mahasiswa dan dosen. 

Sedangkan Elmos Konis menyampaikan bahwa kepemimpinan menjadi salah satu hal yang paling banyak dipelajari dan mendapatkan tuntutan di dunia. Ia menuturkan bahwa green leadership merupakan sebuah agen perubahan yang harus dihargai karena pola pikir yang berbeda. Hal ini akan berbuah inovasi untuk kemajuan di masa yang akan datang.

Menurut Elmos, hadirnya green leadership ini tidak terlepas dari adanya krisis kepemimpinan yang ditunjukkan oleh catatan sebuah survei dengan mundurnya 75% pekerja karena faktor pimpinan mereka. Kondisi tersebut menuntut seorang pemimpin untuk tetap berinovasi dan berkembang yang menjadi latar belakang hadirnya green leadership tersebut. 

Adapun perkembangan yang dimaksud mencakup transformasi kepemimpinan patriarki, perubahan arah pemimpin yang lebih demokratis, hingga relasi seorang anak dengan orang tua dan guru di lingkungannya. 

Ia juga menuturkan bahwa seorang pemimpin harus menerapkan beberapa hal agar bawahannya betah bekerja seperti engagement yang baik serta kepemilikan terhadap apa yang mereka kerjakan. Pemimpin juga harus mampu mendorong bawahannya untuk memiliki kepercayaan diri untuk mengambil risiko dan memberikan pengaruh bahwa mereka akan sukses. 

Seseorang tanpa kepercayaan diri tidak akan berani mengambil risiko dan sulit menemukan kesuksesan. Selain itu, harus ada kebahagiaan dalam bekerja yang akan mendorong kerja keras yang dimiliki seorang. 

Terakhir, Masitoh Nur Rohma menuturkan bahwa green leadership juga ditransformasikan ke dalam pemikiran green initiative yang telah mulai dilakukan mulai dari COP26 di Skotlandia, COP27 di Mesir, hingga G20 di Indonesia. Ia juga menyoroti pentingnya aktor yang bisa mendukung gerakan green initiative tersebut. 

Selain itu, perlu juga dibersamai dengan perkembangan ekonomi, sosial dan politik yang telah dilakukan di setiap sektor baik di level regional maupun nasional. “Butuh kombinasi berbagai aktor negara dan non-negara yang bisa mengakomodasikan kebijakan,” pungkasnya. (AP/ESP)