,

Mahasiswa FK UII Mengikuti Simulasi Sidang PBB

Melalui Podcast, Aufanida Ingin Mensyiarkan Ramadan

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII), Windyan Kestri Herdhani terpilih menjadi salah satu wakil Indonesia pada Asia Wolrd Model United Nation (AWMUN) ke-7. Indy biasa disapa, mengikuti simulasi sidang PBB yang diselenggarakan oleh International Global Network (IGN) di Hilton Garden Inn, Bali pada tanggal 25-28 Februari 2022.

MUN merupakan acara bagi pemuda dari berbagai negara untuk merasakan suasana sidang PBB secara langsung. Tak hanya itu, mereka juga belajar terkait diplomasi, berdiskusi, dan mencari solusi terkait isu global yang sedang hangat.

Dalam tahapannya, Indy melewati proses seleksi yang ketat dan bersaing dengan banyak pemuda lainnya. Ia diharuskan menulis esai, motivation letter, dan interview yang menggunakan bahasa internasional, yakni bahasa Inggris. “Saya kira bisa berbahasa Inggris merupakan gerbang utama,” ujar Indy.

Tak hanya kemampuan berbahasa, peserta diharuskan menguasai kemampuan untuk berdiplomasi layaknya anggota PBB. Berbicara di depan umum mengutarakan pendapatnya. “Kemampuan berpikir kritis dan cepat sangat diasah disini,” katanya.

Indy mengaku bertemu banyak peserta lain yang tak hanya berasal dari berbagai kota di Indonesia namun juga peserta dari negara lain. Indonesia kali ini menjadi tuan rumah dan menyambut peserta lain berasal dari berbagai negara.

“Banyak sekali insight yang saya dapatkan dengan bertemu peserta lain dari luar negeri,” kata Indy. Namun, ia turut sedih karena kondisi pandemi yang tengah memburuk dengan wacana Indonesia akan menghadapi gelombang tiga, ada peserta yang terpaksa tidak bisa datang. “Seluruh rangkaian acara sangat menjaga protokol kesehatan,” jelas Indy.

Lebih lanjut, Indy menceritakan pelenyelenggaraan MUN tahun ini juga menggandeng UNICEF dan WHO sebagai dewan. Dewan UNICEF membahas terkait masalah “The After Effect of Covid-19: Children and Poverty”. Sedangkan untuk WHO membahas terkait “Addressing The Mental Health Crisis of Children and Adolescents.”

Indy memilih untuk mengikuti Dewan WHO dikarenakan sangat berhubungan dengan latar belakangnya sebagai mahasiswa kedokteran. Indy menyampaikan jika pandemi Covid-19 bisa memberikan dampak jangka panjang pada kesehatan mental anak remaja tanpa adanya jaminan. Data terbaru menunjukkan jika 1 dari 7 remaja yang berusia 10-19 tahun terdiagnosis gangguan mental. “Akibatnya angka bunuh diri pada remaja meroket naik,” tandasnya.

Ia merasa prihatin karena masalah kesehatan mental pada anak dan remaja tersebut sebetulnya sudah tinggi sebelum pandemi. Tapi, kesadaran akan pentingnya mencegah dan mengobati masihlah sangat rendah, utamanya di Indonesia. “Kesehatan mental beririsan erat dengan kualitas hidup seseorang, itu poin pentingnya,” kata Indy.

Terakhir, ia berharap sepulang acara MUN para peserta bisa menjadi agent of change bagi lingkungan sosialnya. Dengan bertemu banyak orang dengan budaya yang berbeda membuatnya lebih bisa menghargai satu sama lain. “Berdebat saat sidang PBB bukanlah hal mudah. Saat akan berpendapat atau beradu argumen haruslah menggunakan data yang jelas. Berdebat itu butuh dasar ilmiah yang valid,” tandas Indy. (UAH/RS)