Mahasiswa UII Produksi Listrik Dari Limbah Kayu Sengon

Tingkat pertumbuhan ekonomi dan penduduk Indonesia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun berimbas pada meningkatnya kebutuhan listrik. Menurut data statistik yang dihimpun dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero tahun 2015, kapasitas jenis pembangkit listrik terpasang paling banyak digunakan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.

Batu bara merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan memberikan dampak antara lain yaitu emisi gas buang hasil pembakaran menyebabkan kualitas udara menjadi semakin menurun, global warming, efek rumah kaca dan hujan asam.

Merujuk pada peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk penyediaan tenaga listrik, pemerintah mentargetkan pada tahun 2025 peranan EBT minimal sebanyak 23%. Salah satu sumber energi baru terbarukan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm).

Metode yang umum digunakan untuk mengolah biomassa menjadi energi listrik adalah pirolisis dan gasifikasi namun, proses ini membutuhkan suhu tinggi (600-1.000 °C) dan biaya yang mahal. Sedangkan proses biologis dapat mengubah biomasa menjadi listrik pada suhu rendah, namun energi yang dihasilkan rendah, kondisi reaksi yang spesifik dan membutuhkan waktu yang lama.

Berdasarkan permasalahan tersebut mendorong tiga mahasiswa Program Studi Kimia Universitas Islam Indonesia (UII) di bawah bimbingan Rudy syahputra, Ph.D yang terdiri dari Atik muryati, Zaina Rohayati dan Afifah Elok Fitriati melakukan penelitian untuk memproduksi energi listrik ramah lingkungan melalui metode Biomass Fuel Cell (BFC) yang menggunakan biomassa serbuk kayu sengon sebagai bahan baku nya.

Biomassa memiliki kelebihan antara lain merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, ramah lingkungan, ketersediannya di alam yang melimpah dan mudah didapat. Selain itu kadar selulosa yang cukup banyak pada kayu sengon berpotensi untuk menghasilkan energi listrik.

Menurut Atik Muryati pada Senin (7/5), penelitian ini relatif sederhana, dimana biomassa serbuk kayu sengon dioksidasi pada suhu rendah melalui proses refluks. Selain dapat menghasilkan listrik, melalui penelitian ini juga dapat membantu mengatasi permasalah penanganan limbah indusri furnitur yang belum termanfaatkan dengan baik.

Zaina Rohayati menambahkan bahwa penemuan baru ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi krisis energi yang saat ini masih mengandalkan bahan bakar batubara yang merupakan bahan bakar fossil.