,

Melalui KKN, Mahasiswa UII Dapat Menebar Manfaat

Sebagai wujud implementasi dari catur dharma, Universitas Islam Indonesia (UII) mendorong mahasiswanya berkontribusi di masyarakat melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Pada pelaksanaan KKN angkatan 57 Tahun Akademik 2017/2018 ini, sebanyak 3.087 mahasiswa dari delapan fakultas diterjunkan. Pelaksanaan KKN ditandai dengan acara pelepasan pada Jum’at (27/7), di halaman Gedung Soekiman Wirjosandjojo UII, oleh Rektor UII, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D.

Disampaikan Kepala Pusat KKN UII, Dr. Unggul Priyadi, M.Si., peserta KKN terbagi ke dalam 387 unit dan ditempatkan ke beberapa lokasi yang tersebar di 7 Kabupaten, 27 Kecamatan, 67 Desa dan 383 Dusun. Lokasi tersebut meliputi beberapa kabupaten di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah, yaitu Purworejo, Magelang, Klaten, Kebumen, Boyolali, Gunungkidul dan Sleman. Adapun kegiatan KKN dilaksanakan selama satu bulan, terhitung tanggal 31 Juli hingga 31 Agustus.

Unggul Priyadi menuturkan, bahwa sebelum melaksanakan program KKN mahasiswa telah memperoleh berbagai pembekalan, antara lain Pesantrenisasi Pra-KKN untuk membekali wawasan ke-Islaman, Kuliah Umum Wawasan Kebangsaan, serta pembekalan klasikal yang terdiri dalam tiga bidang, yaitu Pengembangan Industri Ekonomi Kreatif Berbasis Wirausaha dan Etika Berdaya Saing Global, Sistem Pemerintaan Negara Berbasis Undang-undang Desa, serta Pengembangan Virtual Environment (VE) untuk Pendidikan, Pemerintahan dan Bisnis.

Sementara disampaikan Fathul Wahid, KKN merupakan bagian dari pilar pembelajaran learning to live together, yaitu hidup bersama masyarakat. Berinteraksi dengan publik menurut Fathul Wahid adalah hal yang sangat berharga, oleh karenanya KKN menjadi ajang untuk melatih kompetensi tersebut.

Dikatakan Fathul Wahid, KKN sesuai dengan visi dan misi UII. “Kaitannya dengan visi dan misi UII, ini bagian dari Rahmatan lil ‘Alamin, kita ingin menyebar rahmat, menebar manfaat ke banyak tempat, ke banyak orang, banyak konteks, banyak wilayah, semoga dengan KKN ini kita bisa meningkatkan ketersebaran manfaat yang berasal dari Universitas Islam Indonesia,” ujarnya.

Dalam pelaksanaan KKN, Fathur Wahid menyebutkan bahwa kemampuan mendengarkan menjadi syarat dalam terwujudnya kesuksesan program yang akan dirancang. Kemampuan mendengarkan tersebut meliputi content listening, yaitu mendengarkan dengan fokus kepada isi yang disampaikan.

“Kemudian critical listening, yaitu memahami dengan mengevaluasi apa yang disampaikan, juga empathic listening, yaitu mencoba memahami dari perspektif yang menyampaikan. Ketiga hal tersebut menjadi kunci agar dapat merumuskan program yang tepat sasaran saat KKN,” terangnya.

Fathur Wahid menambahkan, dengan menjadi pendengar yang baik, diharapkan tidak salah menangkap apa yang diinginkan oleh masyarakat, aspirasi-aspirasi publik, dan itu nanti akan menginformasikan dalam desain program. “Sehingga programnya diharapkan walaupun tidak luar biasa, tapi tepat sasaran,” ujarnya.

Terakhir, Fathul Wahid berpesan kepada mahasiswa agar senantiasa memunculkan semangat untuk berkontribusi terhadap pembangunan. Menurutnya, keberadaan mahasiswa diukur dari manfaatnya terhadap masyarakat yang menjadi lokasi KKN. “Alasan dipilihnya daerah KKN ini nampaknya ada beberapa variebel, salah satunya adalah kebutuhan,” tuturnya.

“Artinya adalah kalau daerah-daerah yang sudah maju kita tidak akan banyak sentuh. Tapi ada beberapa wilayah, karena beberapa aspek perlu sentuhan kita. Dan makanya kita berharap kehadiran KKN betul-betul membawa manfaat, bukan malah memberikan beban,” imbuhnya. (MIH/RS)