,

Pembelajaran Literasi Tingkatkan Daya Kritis Siswa

Guna mempersiapkan mahasiswa yang akan melaksanakan program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Islam Indonesia (PBI UII) mengadakan workshop bertema “Literacy Strategies for Engaging Students in English Classrooms”. Acara menghadirkan Firman Parlindungan, Ph.D., seorang pakar literasi yang juga berkecimpung dalam Pusat Pengembangan Bahasa dan Kurikulum di Aceh, sekaligus dosen di Universitas Teuku Umar Aceh. Workshop berlangsung pada Selasa (20/06) di Ruang Audiovisual Gedung Perpustakaan Pusat Moh. Hatta UII.

Program pembekalan tersebut juga bersifat terbuka bagi seluruh mahasiswa maupun alumni PBI UII. Melalui pembekalan ini, diharapkan mahasiswa yang nantinya akan terjun ke lapangan untuk mempraktikkan ilmu pengajaran sebagai calon guru, dapat mengimplementasikan strategi mengajar yang tepat berdasarkan kebutuhan dinamika kurikulum pendidikan masa kini.

Dalam materinya, Firman Parlindungan menyebutkan bahwa konsep literasi ini dinilai sangat relevan dengan keadaan siswa di era pesatnya teknologi. Diperlukan penyesuaian dalam menerapkan strategi dan metode ajar seefektif mungkin. Tidak lagi hanya tentang membaca dan menulis, pengembangan kurikulum dalam bidang bahasa, khususnya, tentang konsep literasi sangat penting. Ini melibatkan kemampuan berpikir kritis dan mengevaluasi.

“Literasi itu tidak sekadar membaca dan menulis saja. Literasi adalah juga tentang menemukan informasi, komunikasi, menginterpretasi atau berpikir kritis melalui pemahaman yang mendalam, mengevaluasi dan merefleksi, menanggapi (bertindak), dan yang paling penting adalah berkontribusi secara produktif kepada masyarakat, melalui bacaan, melalui tulisan, melalui komunikasi, kita berkontribusi membuat sesuatu untuk negara atau untuk masyarakat.” jelasnya.

“Apapun yang kita lihat, kita bagi ke orang lain tentang isu-isu ataupun masalah-masalah, itu akan berkontribusi, baik secara positif maupun tidak. Dan itu semua adalah literasi, terutama di era sekarang. Sehingga, kita perlu tahu bahwa mengajar Bahasa Inggris di masa kini tidak lagi terpaku pada teks saja, karena dunia kita sudah berubah,” imbuhnya.

Untuk itu, ia mengajak audiens untuk mempelajari strategi yang menarik bagi siswa agar kemampuan-kemampuan dasar dalam berpikir kritis dapat diintegrasikan secara efektif melalui penerapan literasi dalam pembelajaran Bahasa Inggris.

Tentunya dengan memanfaatkan segala bentuk fasilitas digital maupun non-digital yang tersedia di kelas. Strategi ini dapat menawarkan pengalaman yang kreatif bagi guru untuk tetap menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa, namun tetap memiliki dampak kognitif yang lebih signifikan.

Diskusi yang diadakan secara terbuka di tengah-tengah pembekalan materi berhasil menambah wawasan dan perspektif baru dari seluruh peserta yang hadir. Seluruh peserta bahkan diajak untuk mempraktikkan langsung strategi literasi yang diajarkan oleh pemateri. Ini membuat acara berlangsung sangat aktif dan memunculkan antusiasme yang tinggi dari tiap peserta.

Terakhir, Firman Parlindungan berpesan agar seluruh mahasiswa calon guru dapat benar-benar sadar akan pentingnya mengajarkan literasi dengan strategi yang tepat. Sebagaimana pemerintah saat ini juga tengah mengupayakan berbagai program pengembangan literasi dalam kurikulum merdeka, melalui distribusi buku-buku ajar ke seluruh penjuru Indonesia, serta program-program pelatihan bagi tenaga pendidik maupun mahasiswa. (AD/ESP)