Pengobatan Tradisional Terus Berkembang

Melalui Podcast, Aufanida Ingin Mensyiarkan Ramadan

Pelayanan kesehatan tradisional telah diakui keberadaannya sejak dahulu oleh masyarakat. Baik upaya preventif, promotive, kuratif, dan rehabilitative. WHO Congress on Traditional Medicine di Beijing pada tahun 2008 menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat dapat diintegrasikan ke dalam sistem pelayanan kesehatan.

“WHO mendorong negara agar mengembangkan kesehatan herbal sesuai kondisi,” jelas dr. Syaefudin Ali Akhmad, M. Sc dalam acara Webinar TBMM Humerus pada Sabtu (30/7).

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa sebagian negara maju sudah mengembangkan serta menggunakan penggunaan obat tradisional. Fasilitas kesehatan di Indonesia sendiri sudah mulai memberikan opsi kepada pasien untuk memilih pengobatan modern atau tradisional. Sayangnya belum merata. Contohnya di Rumah Sakit Bethesda pengobatan bekam sudah diterima karena terbukti manfaat dan keamanannya pada pasien.

Pelaku pelayanan pengobatan tradisional berkembang seiring waktu. Menurutnya, dahulu pengobatan alternatif ini dilayani oleh pelaku di luar bidang kesehatan modern. Namun, kini ketertarikan terhadap pengobatan tradisional berkembang pesat seiring kebutuhan pasien. Sehingga banyak para klinisi kesehatan yang mempelajari pengobatan tradisional. Harapannya hal tersebut akan meningkatkan kualitas pengobatan tradisional agar manfaat dan keamanan makin baik.

dr. Syaefudin menambahkan, lebih berkembang lagi di Australia dan Singapura sudah dibuka sekolah bagi tukang pijat yang terverifikasi medis selama empat tahun. Mendapat julukan kiropraksi dengan harapan memiliki pemahaman mengenai anatomi manusia lebih baik.

Pengobatan lainnya seperti diet, herbal, energi dalam, energi eksternal, dan sentuhan sudah banyak dikembangkan. Peran pemerintah Indonesia dalam pengembangan pengobatan tradisional dengan memperjelas pilar dengan regulasi saintifikasi jamu, pembina kemitraan dengan berbagai lintas sektor, dan pendayagunaan sentra pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional.

Pengobatan tradisional nyatanya memiliki banyak kelebihan dibandingkan modern dikarenakan lebih holistic (menyeluruh). Pengobatan tradisional akan melihat pola dan penyebab, nyeri diinterpretasikan sebagai pertanda yang membantu dalam mengenali adanya ketidakseimbangan internal. Penyakit akan dimaknai sebagai proses. “Tubuh dilihat sebagai body mind spirit dan medan energi,” katanya.

Kelebihan lainnya yang dijelaskan adalah intervensi yang lebih minimal dengan mengkombinasikan berbagai teknologi non-invasif seperti diet, suplemen makanan, olahraga, dan perubahan perilaku.

Metode terapi lain yang bisa dilakukan adalah Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) yang digunakan untuk pelepasan emosi negatif pada remaja. Dia menjelaskan bahwa “The Set-up” bertujuan untuk memastikan agar aliran energi diarahkan secara tepat guna menetralisir “Psychological Reversal”.

Contoh terapinya adalah dengan mengajak pasien mensugesti dirinya sendiri dengan kalimat “Saya bisa mencapai impian saya”, “Saya dapat berbicara di depan public dengan percaya diri,” terang dr. Syaefudin.

Terakhir, ia berharap kebijaksanaan dari masyarakat bahwa pilihan pengobatan herbal adalah setelah diyakini bahwa pengobatan tersebut dapat menyembuhkan penyakit atau cedera yang diderita.

Contoh kasusnya adalah saat seseorang mengalami cedera patah tulang parah yang dibuktikan oleh hasil x-ray. Maka pilihan lebih baiknya adalah pengobatan modern menggunakan faksinator dibandingkan pengobatan tradisionalitas. “Keamanan, kesembuhan, dan kenyamanan pasien harus diprioritaskan,” tutup dr. Syaefudin. (UAH/RS)