PPI Jepang: Covid-19 Berdampak pada 86 Persen Pelajar Indonesia

Mahasiswa FIAI Sabet Juara 1 Artikel Ilmiah Nasional

Menurunnya jumlah kasus positif Covid-19 di Jepang berdampak pada angka kematian akibat virus ini relatif rendah. Kecepatan dan ketanggapan dengan strategi yang tepat disinyalir menjadi kunci keberhasilan Negeri Sakura. Salah satunya, pemerintah Jepang menerapkan kebijakan bantuan dana bagi penduduk dan semua orang yang tinggal di negaranya, termasuk mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi.

Hal tersebut menjadi perhatian komunitas UII Golden yang bernaung di bawah Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional UII, dengan mengadakan kegiatan Webinar: Abroad Students’ Life During Pademic Covid-19 pada Jum’at (5/6) secara daring. Diskusi menghadirkan Reinaldo D. Gunawan, mahasiswa Indonesia yang sedang melanjutkan studi di Universitas Meiji Jepang. Reinaldo saat ini juga tercatat sebagai Vice President of the Indonesian Students Association in Japan (PPI Jepang) 2019-2020.

Reinaldo menjelaskan penerapan status darurat ke-2 oleh pemerintah Jepang dilakukan tanpa paksaan, seperti mengatur warganya untuk tidak keluar rumah, dan penutupan fasilitas umum seperti sekolah, bioskop, departement store, taman bermain. Adapun kebijakan pemerintah yang dilakukan dengan paksaan sebagai pelarangan pemakaian tanah yang akan digunakan untuk membangun rumah sakit sementara penanganan Covid-19. “Mayoritas penduduk Jepang taat dan patuh terhadap peraturan pemerintah, semisal dikeluarkannya suatu kebijakan pasti dijalankan,” paparnya.

Dalam paparannya Reinaldo menyinggung pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT) oleh pemerintah Jepang untuk setiap orang, termasuk bayi maupun orang asing yang terkena dampak ekonomi akibat wabah Covid-19. Bantuan ini akan diterima seluruh rakyat Jepang maupun orang asing dengan izin tinggal dalam waktu yang panjang dengan nilai bantuan 100.000 Yen atau setara 12.8 Juta Rupiah (nilai tukar 4 Juni 2020). “90 persen mayoritas penduduk Jepang mendapatkan bantuan kecuali turis asing,” terang Reinaldo.

Menurut survei yang dilakukan oleh PPI Jepang terhadap 288 pelajar Indonesia yang berada di Jepang, 86 persen (248 pelajar) di antaranya merasakan dampak dengan adanya wabah Covid-19. Aspek-aspek yang sangat terdampak adalah pendidikan dengan presentase 82 persen mahasiswa.

Ia juga mengungkapkan kegiatan belajar di Jepang diadakan secara daring, akan tetapi beberapa universitas di antaranya sudah ada yang dibuka, walaupun tetap diperlukan izin dari dosen untuk memasuki lingkungan universitas. Di lingkungan kampus tersebut meja-meja di kantin diberi sekat-sekat penyebaran Covid-19 di area universitas.

Menurut Reinaldo kegiatan penelitian/riset sangat terganggu dikarenakan stop di tengah jalan. Merespon hal tersebut, untuk mengisi kegiatan positif PPI Jepang membuat satgas Covid-19, melakukan berbagai seminar online, melakukan penggalangan dana untuk puskesmas dan rumah sakit tipe C di Indonesia, serta menerjemahkan berita-berita bahasa Jepang ke Bahasa Indonesia.

“Hal positif yang kami lakukan seperti pengadaan webinar online, seperti pengembangan softskill, PPI Jepang juga mengadakan penggalangan dana untuk rumah sakit terpencil di Indonesia yang penyebaran Covid-19 terbilang riskan,” ujarnya. (HA/RS)