,

Rektor dan Wakil Rektor UII Periode Tahun 2022-2026 Dilantik


Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc. secara resmi dilantik sebagai Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Periode 2022-2026. Guru Besar Bidang Ilmu Sistem Informasi UII ini kembali melanjutkan kepemimpinannya sebagai Rektor UII setelah sebelumnya mengemban amanah di Periode 2018-2022. Pelantikan Rektor UII Periode 2022-2026 digelar di Auditorium K.H. Abdulkahar Mudzakkir Kampus Terpadu UII, pada Kamis 2 Juni 2022.

Prosesi pelantikan diawali dengan pembacaan Surat Keputusan Pengurus Yayasan Badan Wakaf (PYBW) UII tentang Pemberhentian Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. dari Jabatan Rektor UII dalam Masa Jabatan Tahun 2018-2022 dan Surat Keputusan PYBW UII tentang Pengangkatan Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. dalam Jabatan Rektor UII Periode Tahun 2022-2026, oleh Sekretaris PYBW UII, Prof. Dr. Muhammad Syamsudin, S.H., M.H. Kemudian dilanjutkan dengan pelantikan dan pengambilan sumpah oleh Ketua Umum PYBW UII, Drs. Suwarsono Muhammad, M.A.

Prof. Fathul Wahid dalam sambutannya mengemukakan, banyak praktik pendidikan tinggi di Indonesia, dan juga berlahan dunia lain, yang terjebak pada pijakan neolibelarisme. Indikasinya beragam, termasuk di dalamnya korporatisasi perguruan tinggi, dengan segala turunannya.

“Sebagai contoh, perguruan tinggi hanya dianggap sebagai penghasil lulusan sebagai bagian dari mesin produksi dan bukan manusia yang dimuliaakan semua potensi kemanusiaannya. Akibatnya, materi menjadi ukuran dominan,” tutur Prof. Fathul Wahid.

Disampaikan Prof. Fathul Wahid, di dalam perguruan tinggi pengamal neoliberalisme, relasi antaraktor juga sangat hirarkis dan karenanya birokratis. Pemimpin perguruan tinggi seakan menjadi bos besar dengan segala titahnya. Ruang diskusi yang demokratis akibatnya tidak mendapatkan tempat. Demokrasi mati di rumahnya sendiri.

Pijakan neoliberalisme pun dapat menjelma dengan sistem metriks untuk mengukur semua kinerja, yang mengandaikan keseragaman dan mengabaikan idealisme, keunikan misi dan faktor kesejarahan. Selain itu, semua yang tidak masuk metriks seakan tidak penting dan bisa diabaikan begitu saja.

“Karenanya tidak jarang, beragam tindakan yang berpotensi melanggar etika pun seakan menjadi halal dilakukan selama kinerja dapat dicapai, termasuk dalam terkait pemeringkatan,” imbuh Prof. Fathul Wahid.

“Saya percaya masa depan tidak tunggal, tetapi jamak. Karenanya, beragam imajinasi yang berangkat dari fakta mutakhir, perlu dihargai. Itulah indahnya dunia akademik, ketika beragam pemikiran mendapatkan tempat, selama diikuti dengan argumen kuat,” tandas Prof. Fathul Wahid.

Ketua Umum PYBW UII, Drs. Suwarsono, M.A. dalam sambutannya mengucapkan selamat dan menaruh keyakinan kepada Rektor UII terpilih. “Kami percaya betul, dan yang terpenting adalah jujur dan sungguh-sungguh dalam mengemban amanah,” paparnya.

Suwarsono menambahkan, momentum pelantikan Rektor dan Wakil Rektor terpilih sangat penting bagi keberlangsungan ilmu pengetahuan yang ada di UII. Sehingga hal itu menurutnya harus menjadi hal primer dalam menjalankan amanah. “Pesan saya, tumbuhkanlah ilmu pengetahuan dan teknologi di kampus tercinta. Pusatkan energi, di situ agar ilmu pengetahuan menjadi posisi utama dan tidak lagi menjadi asesoris,” pesannya.

Sementara Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D. menyampaikan, berbagai aspirasi yang disampaikan pada proses pemilihan dapat menjadi bekal dalam memimpin kampus tertua di Indonesia ini ke depannya. Ia mengajak segenap khalayak umum untuk senantiasa mengawal implementasi rektor terpilih.

“Kami menantikan usaha dan karya terbaik dari para petinggi terpilih, serta berinovasi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan,” tutur Prof. Aris Junaidi.

Prof. Aris Junaidi juga turut bangga atas pencapaian UII di periode sebelumnya. Tercatat dalam kurun waktu empat tahun terakhir, UII berhasil menyabet Akreditasi Unggul oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Selain itu, UII juga ditetapkan sebagai Perguruan Tinggi Swasta Islam terbaik dan mendapatkan peringkat 15 sebagai kampus terbaik versi QS World Ranking tahun 2022. “Di tahun 2019 UII juga berhasil mencatatkan prestasi sebagai kampus paling lestari di Indonesia,” tambahnya.

Selain itu, perwakilan Kemendikbud Ristek ini juga menyampaikan, UII sangat baik dalam hal regulasi dan implementasi Kampus Merdeka. “Pencapaian itu saya kira satu prestasi luar biasa, yang tidak mau kalah dengan perguruan tinggi negeri. Dalam program IISMA (Indonesian International Student Mobility Awards) bahkan UII dapat mengungguli perguruan tinggi negeri,” ungkap Prof. Aris Junaidi.

Prof. Aris Junaidi juga berharap para jajaran Rektor yang terpilih mampu berusaha maksimal dan dapat menumbuhkan rasa simpati dan empati sesama sivitas akademika. Hal ini menurutnya agar eksistensi UII dapat dirasakan oleh setiap kalangan. “Di mana hal itu sejalan dengan Tri Dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian masyarakat,” tutupnya.

Di tempat yang sama, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY, Didik Wardaya, S.E., M.Pd., M.M. menuturkan, peluang UII tentu masih terbuka sangat lebar untuk meningkatkan prestasi dan reputasi internasionalnya. Sebagai universitas swasta tertua dan berpengalaman, tentunya Rektor dan Wakil Rektor akan berupaya memberikan yang terbaik untuk sivitas akademiknya.

“Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan visinya: Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2025 sebagai pusat pendidikan budaya dan tujuan pariwisata terkemuka di Asia tenggara, senantiasa terbuka dan menyambut hangat potensi kerjasama dengan Universitas Islam Indonesia,” tutur Didik Wardaya.

Lulusan Program Doktor University of Agder Norway ini merupakan Rektor ke-12 sejak perguruan tinggi nasional pertama ini berdiri. Adapun Rektor UII dari masa ke masa yakni Prof. K.H. Abdulkahar Mudzakkir (Periode 1945-1948; Periode 1948-1960), Prof. RHA. Kasmat Bahoewinangoen (Periode 1960-1963), Prof. Dr. dr. M. Sardjito, M.P.H. (Periode 1963-1970), H. GBPH. Prabuningrat (Periode 1973-1978; Periode 1978-1981; Periode 1982), Prof. Dr. Ace Partadiredja (Periode 1983-1989), Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti, M.Sc. (Periode 1990-1993; Periode 1994).

Berikutnya Prof. H. Zaini Dahlan, M.A. (Periode 1989 (Presidium); Periode 1994-1998; Periode 1998-2002), Dr. Ir. Luthfi Hasan, MS (Periode 2002-2006), Prof. Dr. Drs. Edy Suandi Hamid, M.Ec. (Periode 2006-2010; Periode 2010-2014), Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc. (Periode 2014-2017), Nandang Sutrisno, S.H., LL.M. M.Hum., Ph.D. (Periode 2017-2018), dan Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc. (Periode 2018-2022 dan 2022-2026).

Wakil Rektor UII Dilantik

Selanjutnya di tempat yang sama, Rektor UII Prof. Fathul Wahid melantik empat Wakil Rektor UII Periode 2022-2026, yang tiga diantaranya merupakan incumbent, yakni Wakil Rektor Bidang Sumber Daya dan Pengembangan Karier, Dr. Zaenal Arifin, M.Si., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan dan Alumni, Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag., dan Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D.

Sementara pada jabatan Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset diemban oleh Prof. Dr. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si., yang sebelumnya dijabat oleh Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc.

Prosesi pelantikan Wakil Rektor UII Periode 2022-2026 ini diawali dengan Pembacaan Surat Keputusan Rektor UII tentang Pemberhentian Wakil Rektor UII Periode Tahun 2018-2022 dan Surat Keputusan Rektor UII tentang Pengangkatan Wakil Rektor UII Periode 2022-2026 oleh Sekretaris Eksekutif UII, Dr. Raden Bagus Fajriya Hakim, S.Si., M.Si.

Prof. Fathul Wahid dalam sambutannya menyampaikan terimakasih kepada para Wakil Rektor UII yang telah berkenan mendampinginya dalam mengemban amanah empat tahun kedepan. “Para Wakil Rektor, kolega saya, pertama, saya mengucapkan terima kasih karena telah bersedia menemani saya memimpin UII untuk empat tahun ke depan. Mari, bersama-sama, kita pandang jabatan ini sebagai sebuah kemuliaan yang ditakdirkan Allah untuk dirawat,” tuturnya.

“Jabatan bukan berkah, tetapi amanah. Jabatan bukan fasilitas, tetapi pengabdian ikhlas. Jabatan bukan dilayani, tetapi memberi. Semoga Allah memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kami. Namun demikian, ikhtiar kami tidak akan berarti banyak, ketika tidak didukung oleh semua pihak, termasuk dosen, tendik, mahasiswa, alumni, mitra, dan keluarga,” imbuh Prof. Fathul Wahid. (KR/AA/RS)