Semua Orang Bisa Menulis

Ahmad Fuadi seorang novelis kondang Indonesia berkesempatan mengisi webinar pada acara Student Festival Universitas Islam Indonesia (StuFest UII) 2021 yang merupakan pekan gembira bagi mahasiswa UII dalam rangka mengapresiasi karya mahasiswa baik bidang akademik maupun non akademik.

Ahmad Fuadi menceritakan bahwa Novel Trilogi Negeri 5 Menara dijadikan salah satu mata kuliah wajib di University of California di Berkeley, Amerika Serikat. Menurutnya ada lebih banyak cerita yang lebih bagus daripada karyanya, namun tidak semua orang menuliskan kisah hebat tersebut.

“Tidak semua hal bisa kita sampaikan lewat mulut, tulisan adalah salah satu media terbaik yang bisa melewati benua dan samudera,” tutur Fuadi.

Dikatakan Fuadi, mulailah menulis dari hal-hal di sekitar kita. Tidak perlu memikirkan apakah hal tersebut hebat atau akan terkenal karena tiap kisah itu menarik. Barangkali menurut kita bukanlah hal istimewa, tapi menurut orang lain itu adalah hal yang sangat luar biasa. Minimal bermimpilah untuk memiliki satu karya sebuah buku yang kita tulis menggunakan hati selama hidup.

“Nanti saat meninggal, hanya jasad kita saja yang dikubur. Saat mulut sudah tak bisa lagi berbicara, tapi tulisan abadi untuk terus dibaca,” kata Fuadi.

Apalagi jika buku yang ditulis merupakan hal baik. Pahala akan terus mengalir hingga 100 tahun, bahkan 1000 tahun setelah meninggal. Menurut Fuadi, buku lebih kuat dari peluru. Jika peluru bisa berhenti dan membunuh satu orang, namun buku bisa menyelamatkan banyak orang.

Menjawab pertanyaan mengenai bagaimana cara menulis, Fuadi memberikan jawaban jika menulis perlu membaca untuk memperluas sudut pandang dan wawasan. Setelah itu adalah latihan setiap hari rutin.

“Mulailah dengan mencatat kegiatan sehari-hari melalui buku harian. Saya sejak usia 15 tahun sampai hari ini masih melakukannya,” kata Fuadi.

Hal selanjutnya adalah dengan merantau. Pergi atau menetap dari satu tempat ke tempat lain, awalnya pasti akan menimbulkan ketidaknyamanan. Lalu, ketidaknyamanan tersebut bisa kita olah menjadi sebuah cerita. Hasil akhirnya akan sangat beragam, bisa kritik sosial mengenai hal yang meresahkan.

Ahmad Fuadi menjelaskan jika Novel Trilogi Negeri 5 Menara terinspirasi dari kisah nyata miliknya sendiri saat pergi ke Pesantren Gontor lalu diolah menjadi sebuah cerita imajinasi. Tidak semua buku harus tebal beratus halaman yang mungkin memberatkan para penulis pemula.

“Kita bisa menulis cerita singkat, contohnya adalah buku saya yang berjudul Ayo Berlatih Silat,” katanya. Buku anak biasanya dalam satu halaman hanya terdapat satu baris paragraf, sisanya adalah animasi gambar.

Fuadi juga mengajak audiens ketika memiliki seseorang yang dikagumi, misal ayah atau siapapun orangnya maka bisa menulis novel biografi. Sama seperti Novel Lafran Pane dan Hamka yang ia tulis.

Bagi yang tidak suka menulis hal fiksi, maka bisa menulis non fiksi seperti artikel maupun jurnal yang bisa terbit baik di media cetak maupun online. “Semua orang bisa nulis asal dia mau. Banyak baca, banyak menulis. Mulai hari ini,” pesan Fuadi. (UAH/RS)