,

UII Adakan Vaksinasi Booster untuk Menambah Antibodi

Universitas Islam Indonesia (UII) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman mengadakan vaksinasi boosteruntuk sivitas akademika dan masyarakat umum. Kegiatan yang dilaksanakan di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir Kampus Terpadu UII, pada Sabtu (29/1) itu bertujuan meningkatkan antibodi masyarakat di tengah kemunculan varian Covid-19 Omicron. Varian itu diklaim memiliki kemampuan penularan lebih cepat dibandingkan varian delta. Sebanyak 2.000 dosis vaksin Pfizer disediakan oleh panitia. Untuk mencapai target pemberian vaksin, pada hari berikutnya juga dibuka kesempatan masyarakat untuk mendapatkan vaksin.

“Vaksinasi booster ini sebagai ikhtiar kita bersama guna meningkatkan imunitas dan mengurangi risiko terpapar Covid-19,” tutur Rektor UII, Prof Fathul Wahid., S.T., M.Sc., Ph.D.

Prof. Fathul Wahid berharap vaksin booster ini utamanya dapat memberikan perlindungan yang lebih kepada dosen dan tenaga kependidikan (tendik) yang direncanakan akan menambah pertemuan luring khususnya angkatan 2020 dan 2021.

Namun, meskipun sudah mendapatkan vaksin booster, Prof. Fathul Wahid mengingatkan untuk terus menjaga protokol kesehatan (prokes) dan menghindari kerumunan. ”Pandemi Covid-19 belum selesai dan kita harus tetap menerapkan prokes sebagai bentuk ikhtiar,” pesannya.

Senada, Dekan Fakultas Kedokteran UII, dr. Linda Rosita, M.Kes, Sp.PK (K) meyakinkan masyarakat yang berusia 18 tahun ke atas, sudah vaksinasi dosis 1 dan 2 Sinovac atau Astrazeneca, dan jarak vaksin dosis 2 minimal 6 bulan dianjurkan untuk melakukan vaksin booster.

Bukan tanpa alasan, ia menjelaskan jika mekanisme pertahanan tubuh (antibodi) yang terbentuk setelah dosis 1 dan 2 jumlahnya akan menurun setelah 6 bulan. “Booster ini akan meningkatkan antibodi terhadap paparan virus Covid-19,” jelas dr. Linda.

dr. Linda menambahkan apabila sudah mendapat vaksin booster maka risiko untuk terpapar Covid-19 makin rendah. Secara tidak langsung kita membantu mengakhiri pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sekitar dua tahun. “Sasaran utama kami adalah lansia diatas 50 tahun dan komorbid yang memang memiliki imunitas lebih rendah daripada yang lain,” jelasnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan prosedur pendaftaran vaksinasi booster yang tidak berbeda jauh dengan vaksin dosis 1 dan 2. Calon penerima vaksin booster harus mendaftar terlebih dahulu di pedulilindungi.id dan daftarvaksin.slemankab.go.id, membawa fotokopi KTP/KK, dan membawa kartu vaksin/sertifikat vaksin dosis 2 dari PeduliLindungi.

Setelah semua persyaratan dipenuhi pada hari H pelaksanaan vaksin booster dipastikan peserta dalam kondisi sehat. Setelah melakukan registrasi di meja 0, selanjutnya akan dilakukan skrining kesehatan di meja 1.

”Secara umum akan dilakukan pemeriksaan tensi darah dan suhu. Pada peserta lansia kendala yang biasa ditemukan adalah tekanan darah diatas normal,” paparnya.

Dia menjelaskan jika hal tersebut dijumpai maka peserta akan menunggu sekitar 20 menit untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang. Jika hasilnya membaik maka bisa dilakukan vaksinasi booster.

dr. Linda menjelaskan pasca vaksinasi booster, tak terkecuali Pfizer biasanya akan muncul Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) berupa lengan bekas suntikan akan terasa pegal dan demam. Namun, peserta tidak perlu khawatir karena hal tersebut wajar terjadi.

“Setelah vaksin diharapkan peserta istirahat dan minimalkan penggunaan lengan yang divaksin untuk kegiatan yang berat guna meminimalkan munculnya pegal. Jika tubuh demam diatas 38 derajat celcius maka dibolehkan untuk minum obat penurun demam,” jelasnya.

Tak lupa dr. Linda terus mengingatkan peserta menjaga protokol kesehatan baik saat di lokasi vaksinasi maupun di luar. Saat ditanya terkait vaksinasi booster bagi desa binaan UII, ia mengatakan jika akan mengikuti arahan dari pemerintah,”Alhamdulillah UII bisa berperan di masyarakat umum sesuai nilai rahmatan lil ‘alamin,” pungkasnya. (UAH/RS)