Belajar Personal Branding Bersama Ekida Rehan

Personal branding melalui media sosial menjadi salah satu metode yang potensial guna meningkatkan kepercayaan diri. Berekspresi melalui media sosial sendiri merupakan hal yang tidak sulit namun juga tidak bisa dianggap sepele. Tentunya butuh ketekunan dan konsistensi agar image dalam diri kita bisa disambut baik oleh orang lain. Menanggapi hal ini, Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan Universitas Islam Indonesia (DPK UII) mengundang Ekida Rehan Firmansya yang merupakan calon dokter sekaligus content creator dalam webinar kegiatan Student Festival (StuFest) 2021 yang digelar pada Sabtu (13/11).

Mengawali materinya Ekida menceritakan kilas baliknya menjadi seorang konten kreator berawal dari kegundahannya pada tujuan yang ingin ia capai di masa depan. Berkeinginan menjadi seorang engineer, Ekida justru memilih untuk mengambil jurusan kedokteran atas saran dari kedua orang tuanya. Mengikuti saran dari orang tua ternyata menyadarkan Ekida, ia menyebut dirinya dikelilingi oleh rekan-rekan yang suportif yang membuatnya memutuskan untuk mulai berani menginfluence publik dalam mempromosikan health literacy.

“Health literacy atau literasi kesehatan adalah upaya agar masyarakat memandang bahwa kesehatan adalah hal yang holistik untuk bagaimana informasinya diketahui, aksesnya mudah didapat dan pengobatannya mudah dijangkau,” terang Ekida. Ia beranggapan bahwa health literacy di Indonesia tergolong rendah. Stigma yang berkembang di masyarakat bahwa pergi ke rumah sakit memerlukan biaya yang mahal dan akses yang sulit dijangkau bagi masyarakat kelas bawah membuat Ekida tergerak menjadi seorang health influencer.

“Akhirnya dari situlah aku sebagai mahasiswa berani untuk bagi-bagi informasi yang aku dapat tentunya dari sumber yang kredibel dan berbasis ilmiah tetapi dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat awam,” tandasnya. Memulai dari media sosial YouTube, Ekida semakin mengembangkan personal brandingnya ke Instagram dan Tik tok. Ia secara konsisten membagikan konten kesehatan yang tak hanya menghibur followers media sosialnya, tetapi menyelipkan nilai-nilai dan fakta kesehatan yang jarang diketahui awam.

Lebih lanjut, ada tiga aspek yang digunakan Ekida dalam mengembangkan konten-konten di media sosialnya. “Aku bikin istilah ‘DOI’, singkatan dari Discrepancy, Opportunity, and Implementation,” imbuhnya. Discrepancy sendiri adalah cara pandang Ekida dalam melihat kesenjangan yang sedang terjadi. Ekida sendiri melihat ada kesenjangan yang terjadi dalam literasi kesehatan di Indonesia. Dari kesenjangan itulah Ekida kemudian melihat adanya peluang (Opportunity) untuk masuk ke sana dengan membuat konten-konten kesehatan sebagai jawaban (Implementation) dari keresahan dia.

Akan tetapi sekalipun sudah berhasil melakukan tips tersebut, Ekida menyebut masih dibutuhkan konsistensi dan persistensi (kegigihan) agar personal branding kita terus berkembang kita di media sosial. “Aku ngerasain banyak tantangan dan trial and error, bahkan many error”, sebutnya. Tetapi Ekida mengaku terus gigih tanpa melupakan prioritasnya sebagai mahasiswa. Dengan tujuan pasti dan konsistensi, Ekida yakin goals awal siapapun dalam mengembangkan personal branding bisa tercapai. (IAA/RS)