,

Dua Mahasiswi dari Thailand Diwisuda

Wisuda Universitas Islam Indonesia (UII) periode II Tahun Akademik 2019/2020 nampak berbeda dari biasanya. Pasalnya, pada periode wisuda Program Doktor, Magister, dan Sarjana kali ini turut diikuti dua wisudawan berkebangsaan Thailand. Wisudawan tersebut yakni Sorlihan Pohleh dari Program Studi Ilmu Komunikasi dan Nurainee U-Mar dari Program Studi Ekonomi Islam. Keduanya menempuh studi melalui program UII ASEAN Scholarship, yakni program beasiswa penuh bagi calon mahasiswa dari negara-negara di wilayah ASEAN.

Pelaksanaan wisuda UII menjelang pergantian tahun di Auditorium Prof. K.H. Abdulkahar Mudzakir, Kampus Terpadu UII pada Sabtu (28/12) diikuti 735 lulusan. Terdiri dari 19 lulusan ahli madya, 684 sarjana, 127 magister, dan 7 lulusan doktor. Sampai saat ini, UII telah meluluskan 104.023 alumni yang telah berkarya di beragam sektor, baik di dalam maupun negeri manca.

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi pada jenjang magister diraih Ardy Qomaruddin dari Program Studi (Prodi) Magister Akuntansi, lulus dengan IPK 3,96. Sementara pada jenjang sarjana berhasil diraih Muhammad Isnan Nurfaqih, dari Prodi Ekonomi Islam dengan IPK 3,94. Sedangkan pada jenjang diploma, IPK tertinggi 3,75, diraih Amy Rahayu Rachmawati dari Prodi Diploma Tiga Manajemen.

Pesan khusus dikemukakan Rektor UII, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. kepada para wisudawan. Pertama, para lulusan diminta terus mengasah kualitas diri untuk pemimpin. Disampaikan bahwa UII sejak berdirinya ditujukan untuk menghasilkan para pemimpin bangsa. “Pada dasarnya semua dari kita adalah pemimpin. Rasulullah menggunakan metafora penggembala dalam menyebut pemimpin. Kata Rasulullah, Kamu sekalian adalah penggembala, dan setiap penggembala akan diminta pertanggungjawaban atas gembalaannya,” paparnya.

Fathul Wahid juga berpesan bahwa masa depan akan ditandai dua di antaranya oleh perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang luar biasa dan Internet segala rupa (Internet of things). Tidak sulit untuk mempercayainya, karena hari ini pun kita telah menjadi saksi perkembangannya.

“Apakah ini berarti mengancam keberadaan manusia sebagai pemimpin? Jawabannya, bisa ya, dapat tidak. Atau pertanyaan yang lebih tepat dan optimistik adalah: kualitas diri seperti apa yang harus dikembangkan untuk menjadi pemimpin masa depan? Banyak teori atau konsep yang dikembangkan dan beredar. Saya ingin meringkasnya di sini menjadi dua: kreativitas (creativity) dan kasih sayang (compassion),” jelasnya.

Lebih lanjut disampaikan Fathul Wahid kreativitas adalah tentang bagaimana melihat sesuatu dari perspektif baru. Kita dituntut mempunyai kapasitas menghubungkan titik-titik yang bahkan dalam pandangan pertama tidak relevan. Titik-titik tersebut menurutnya dapat berupa pengetahuan, pengalaman, teknologi, konsep, komponen, atau aktor masa lampau yang sudah kita ketahui atau pelajari. Kreativitas sejatinya tidak berada dalam ruang kosong yang bebas dari masa lalu.

“Kita hari ini merupakan dampak dari pilihan-pilihan kita di masa lampau. Kreativitas yang berujung pada inovasi yang dapat diterima oleh banyak orang akan mempercepat perubahan yang kita inginkan di masa depan. Inilah tugas utama pemimpin: membuat perubahan menuju ke arah yang lebih baik,” tandasnya.

“Perubahan yang permanen tidak mungkin dijalankan seorang diri. Pemimpin harus menggerakkan orang lain. Di sinilah, diperlukan kemampuan untuk menunjukkan kasih sayang. Pemimpin dituntut mengajak orang lain bergerak bersama. Gerak bersama yang paling indah adalah yang dapat dinikmati oleh sebanyak mungkin warga organisasi,” terang Fathul Wahid di hadapan lulusan UII.

Pesan khusus yang kedua, Fathul Wahid mengingatkan bahwa dalam kesuksesan yang diraih ketika menjalani studi terkandung kontribusi banyak orang, baik yang di lihat dengan langsung, maupun yang secara senyap dilakukan tanpa di ketahui. Seperti dukungan yang tanpa lelah diberikan ke dua orang tua.

“Saudara mungkin melihat para dosen mendampingi dalam diskusi dan sahabat menemani dalam mengaji. Tapi jangan lupa, nun jauh di sana, di luar radar, orang tua tidak hentinya mengirimkan doa terbaik untuk Saudara. Tidak jarang mereka bangun malam dengan niatan yang mulia dan harapan tinggi agar Saudara menjadi pribadi yang cakap dan berwatak. Karenanya, jangan lupa mengucapkan ungkapan terima kasih,” jelasnya.

Senada disampaikan Wakil Alumni UII Dr. Khoirul Himmi Setiawan, S.Si., M.Agr. Menurutnya bahwa usaha tak akan berbuah tanpa diimbangi dengan do’a, terutama do’a dan restu orang tua. Selain itu yang perlu diingat, bahwa setiap keberhasilan dan kegagalan adalah kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, Sang Maha Pemberi Rezeki.

“Kegagalan harus kita hadapi dengan kesabaran dan keyakinan, bahwa Allah menyiapkan skenario lain yang lebih indah. Berusahalah semaksimal mungkin, lalu berdo’a dan bertawakkal, maka insyaallah kita akan selalu ridha dengan apapun yang diberikan oleh Allah,” pesan Khoirul yang saat ini aktif di Pusat Penelitian Biomaterial, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

“UII mengajarkan integrasi ilmu, iman, dan amal. Oleh karena itu, alumni UII harus mampu membuktikan diri bahwa kita memiliki nilai tambah dibandingkan dengan lulusan dari perguruan tinggi lainnya. Alumni UII terbekali ilmu yang manfaat, aqidah yang lurus dan integritas moral, serta amal sholeh,” imbuhnya.