Program Studi Psikologi Program Magister (MAPSI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan kuliah umum bertema “Spiritual Psychology in Building Harmonious Family and Community” pada (26/02) di Auditorium Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII yang diikuti tidak hanya oleh mahasiswa Program Magister Psikologi UII, namun juga terbuka untuk umum.

Acara yang dimoderatori oleh Wanadya Ayu Krishna Dewi, S.Psi., M.A. selaku Dosen Jurusan Psikologi FPSB UII ini dibagi menjadi dua sesi materi yaitu sesi pertama diisi oleh Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Psikologi Program Profesi, Dr. Sus Budiharto dan sesi kedua diisi oleh Prof. Uichol Kim dari Inha University, Korea.

Dr. Sus menjelaskan pada sesi pertama bahwa psikologi spiritual dalam Islam sangat lekat dengan psikologi kenabian yang menjadi contoh bagi sesama manusia dari para nabi dan rasul khususnya Nabi Muhammad saw.

“Dalam pendekatan psikologis, hendaknya ketika seseorang menemui suatu problematika kehidupan orang itu melakukan dialog kognitif yang memikirkan solusi yang akan dilakukan Nabi Muhammad SAW jika menemui permasalahan tersebut. Pendekatan ini diperkuat dengan dalil ayat Al-Quran Surah Al-Ahzab ayat 21 yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW ditetapkan sebagai teladan bagi manusia,” ungkap Dr. Sus dalam pemaparan materi.

Lebih lanjut, saat belajar, mahasiswa hendaknya juga menghadirkan kesadaran ilahiah dan menyeimbangkan dengan kesadaran ilmiah karena pada dasarnya segala ilmu pengetahuan berasal dari Allah Swt yang selanjutnya dipergunakan untuk kemaslahatan umat manusia.

Dr. Sus juga menyarankan kepada mahasiswa khususnya saat melakukan riset penelitian tugas akhir untuk tidak mengabaikan pengalaman yang dialami oleh diri sendiri ataupun orang terdekat agar kegiatan menuntut ilmu menjadi haqqul yaqin.

“Kemudian dalam menuntut ilmu seseorang harus senantiasa berpikir positif. Psikologi jiwa harus selalu di-tazkiyah agar nur semakin baik dan memberikan getaran yang positif,” jelasnya.

Sesi kedua, pembahasan mengenai psikologi spiritual dilanjutkan oleh Prof. Uichol Kim. Menurutnya, jika ilmu pengetahuan dan agama dipisahkan, maka akan terjadi error dalam pemahaman sains karena agama adalah kunci utama penafsiran ilmu untuk kemaslahatan manusia. Beberapa poin penting juga ditambahkan oleh Prof. Uichol Kim mengenai pengaruh psikologi spiritual dalam keharmonisan keluarga dan komunitas masyarakat.

“Bahwa hari raya umat Islam, yaitu Idul Fitri dirayakan sebagai hari kemenangan dan dirayakan bersama dengan anjuran silaturahim dan saling memaafkan. Momen Idul Fitri merupakan ajaran religi yang sangat sesuai dengan penelitian ilmiah yang diadakan Harvard Longitudinal Study of Adult Development yang menghasilkan hasil penelitian bahwa seseorang yang memiliki hubungan baik dengan orang lain berusia lebih panjang dari orang yang individualistis dan pemarah. Manusia adalah makhluk sosial dan kesendirian bukanlah kodrat dari manusia,” jelas Prof. Uichol Kim. (AAO/AHR/RS)

Culture and Learning Centre (CLC) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan kegiatan Exploring The Harmony of The Past dengan mengajak 19 mahasiswa internasional dan 10 mahasiswa lokal untuk menjelajahi keunikan dan nilai sejarah dari Candi Kimpulan dan Plaosan pada Senin (24/02).

Kegiatan yang tujuannya untuk meningkatkan pemahaman tentang warisan budaya Indonesia ini merepresentasikan harmoni antaragama dan antarbudaya. Melalui sesi edukatif, diskusi interaktif, dan field trip, peserta diajak untuk mempelajari arsitektur, sejarah, dan makna filosofis di balik kedua candi tersebut.

Dosen CLC UII, Rina Desitarahmi, S.Pd., M.Hum dalam sambutannya kegiatan ini harapannya peserta tidak hanya tidak hanya belajar tentang sejarah dan arsitektur candi, tetapi juga merasakan betapa pentingnya toleransi dan harmoni dalam keberagaman. Interaksi dengan para ahli sejarah dan arkeologi, serta diskusi antarpeserta dengan latar belakang yang berbeda. menciptakan suasana yang kaya akan pengetahuan dan perspektif baru.

Field trip juga memberikan pengalaman langsung yang menyenangkan dan kreatif, membuat peserta semakin menghargai warisan budaya Indonesia dan dapat menunjukkan sisi kreatif melalui kompetisi instagram reels sebagai bentuk output dari kegiatan ini,” ungkap Rina.

Sodik, mahasiswa program studi Statistika yang mengikuti kegiatan ini menyampaikan kegiatan ini mampu menciptakan wadah yang tepat untuk membangun jembatan penghubung antara mahasiswa lokal dan internasional. Sehingga bisa saling mengenal, menjalin hubungan, dan mengasah keterampilan berbahasa asing.

Sementara itu, Khoirunnida yang juga merupakan peserta dari kegiatan ini dari mahasiswa mengatakan walaupun tur dilakukan di tengah guyuran hujan tapi tidak mengurangi rasa penasarannya dalam mengenal sejarah dan budaya dari dua candi tersebut

“Berjalan diantara candi-candi saat hujan sebenarnya membuat pengalaman yang lebih memorable. Mengamati sejarah dari Candi Kimpulan dan Plaosan terasa sangat luar biasa, tapi bagian yang terbaik adalah bisa berbagi momen dengan orang-orang yang luar biasa,” ujar mahasiswa program studi manajemen program internasional UII ini.

Lebih lanjut, Azra Zerlina, mahasiswa program studi Hubungan Internasional menyampaikan pesannya dari kegiatan ini untuk selalu terus menghargai dan menjaga peninggalan bersejarah serta memastikan generasi penerus bisa merasakan keindahan dan makna dari dua candi tersebut. “Terima kasih banyak untuk CLC UII dan semua yang terlibat dalam membuat pengalaman tur ini sangat bermakna,” ungkap Zena (AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) selalu berkomitmen untuk menjalin kemitraan baik dalam maupun luar negeri yang salah satunya diwujudkan dengan ikut  berpartisipasi dalam kegiatan ASEAN Universities Exhibition and Forum 2025  yang diselenggarakan pada Senin-Selasa (24-25/02) di Kuala Lumpur, Malaysia.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi Malaysia ini bermitra dan berkolaborasi dengan sekretariat ASEAN sebagai fasilitator kerjasama dan integrasi region ASEAN, SEAMEO Rihed sebagai wadah dalam mempromosikan kerjasama dan pengembangan pendidikan, serta ASEAN University Network (AUN) sebagai wadah untuk meningkatkan kolaborasi antar universitas di ASEAN.

Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D  mengatakan kegiatan ini menjadi kesempatan baik untuk mempromosikan UII dalam program students exchange, short program, double degree, dan beasiswa bergelar penuh yang fokus pada mobilitas mahasiswa di wilayah ASEAN khususnya dan penguatan kerja sama dengan mitra perguruan tinggi di ASEAN.

“Harapannya forum seperti bisa diteruskan dengan scope yang lebih luas tidak hanya untuk anak SMA tapi dikuatkan lagi dengan pembukaan sesi-sesi untuk menguatkan jaringan,” harap Ir. Wiryono.

Kegiatan yang melibatkan 244 universitas yang ada di ASEAN ini tidak hanya dikemas dengan pameran dan seminar pendidikan tetapi juga ada peluncuran Asean Global Exchange for Mobility and Scholarship (GEMS) yang memberikan kesempatan mahasiswa di ASEAN untuk melanjutkan pendidikan dan pengalaman di universitas yang ada di ASEAN, peluncuran ASEAN Student Mobility Programme 2025, hingga penandatanganan nota kesepahaman untuk kerjasama antar universitas di ASEAN. (AHR/RS)

Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan (DPK) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Sosialisasi Beasiswa Van Deventeer-Maas Indonesia pada Kamis (20/2) secara  daring melalui kanal zoom meeting bersama  Kepala Divisi Pembinaan Kepribadian & Kesejahteraan DPK UII, Latifatul Laili., S.Psi., M.Psi., Psikolog yang diikuti oleh puluhan mahasiswa.

Kegiatan sosialisasi ini turut mengundang Imbung Nurwanto serta Angger Panji Pradipta Budi selaku perwakilan dari Yayasan Van Deventer-Maas Indonesia. Kegiatan ini bertujuan memberikan akses informasi, menjangkau mahasiswa berpotensi, dan mendukung kemandirian melalui bantuan finansial dan pengembangan diri.

Beasiswa Van Deventer-Maas Indonesia (VDMI) adalah program bantuan pendidikan bagi mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu, dilengkapi dengan program pengembangan diri. Program ini diselenggarakan oleh Yayasan Van Deventer-Maas Indonesia (YVDMI) yang didirikan pada tahun 2017 sebagai perpanjangan Van Deventer-Maas Stichting (1947) di Belanda.

Perwakilan Yayasan Van Deventer-Maas Indonesia, Imbung Nurwanto memperkenalkan yayasan yang didirikan oleh pasangan Elizabeth Maas dan Van Deventer ini sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan di Indonesia. Melalui Yayasan Van Deventer-Maas Indonesia, mereka memberikan bantuan finansial dan pengembangan kapasitas bagi mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu. Saat ini, sekitar 35 perguruan tinggi di Indonesia telah menjadi mitra beasiswa tersebut.

Van Deventer-Maas Foundation didirikan oleh Elizabeth Maas dan Van Deventer untuk mendukung pendidikan di Indonesia. Lewat yayasan ini, mereka memberikan beasiswa dan pelatihan bagi mahasiswa kurang mampu. Saat ini, sekitar 35 perguruan tinggi telah bermitra dalam program ini,” ujar Imbung Nurwanto.

Untuk memastikan beasiswa tepat sasaran, Angger Panji Pradipta Budi dari Scholarship Administration YVDMI menyampaikan bahwa penerima harus mahasiswa D3, D4, atau S1 dari perguruan tinggi mitra, ber-IPK minimal 3,00, aktif berorganisasi, bukan di semester terakhir, berusia maksimal 27 tahun, berasal dari keluarga kurang mampu, tidak menerima beasiswa lain, bukan dari jurusan agama/teologi, serta memiliki minimal satu aktivitas yang dijalankan. Pendaftaran dilakukan melalui situs resmi dengan melengkapi dokumen sesuai ketentuan.

Kriteria seleksi yang ketat ini memastikan bahwa penerima beasiswa tidak hanya memenuhi syarat akademik dan finansial, tetapi juga memiliki potensi untuk berkembang melalui berbagai aktivitas dan organisasi. Setelah dinyatakan lolos, penerima beasiswa tidak hanya mendapatkan dukungan finansial, tetapi juga berbagai manfaat tambahan yang mendukung kelancaran studi dan pengembangan diri.

Sebagai bagian dari upaya pengembangan kapasitas, VDMI menyediakan berbagai program seperti Regional Meeting, Citizenship Workshop, Excellent Writing Club, Excellent Writing Workshop, dan Online Workshop. Program-program ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan, literasi, serta kesiapan mahasiswa dalam menghadapi tantangan akademik maupun profesional di masa depan.

Sebagai penutup agenda sosialisasi, Kepala Divisi Pembinaan Kepribadian & Kesejahteraan, Latifatul Laili, S.Psi., M.Psi., Psikolog, menyampaikan apresiasi kepada Yayasan Van Deventer-Maas atas kemitraannya dengan UII dalam mendukung penyediaan beasiswa. Ia berharap kerja sama ini dapat terus berlanjut agar lebih banyak mahasiswa merasakan manfaatnya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Van Deventer-Maas yang telah menjadi mitra UII dalam mendukung penyediaan beasiswa ini. Semoga kerja sama yang baik ini dapat terus berlanjut di masa depan, sehingga semakin banyak mahasiswa yang mendapat manfaat dari program ini,” ujarnya. (IMK/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan acara penyambutan bagi mahasiswa internasional melalui “UII Welcome Days 2025” pada Kamis (20/2). Acara ini berlangsung di Gedung GBPH Prabuningrat Rektorat UII yang dihadiri oleh 26 mahasiswa internasional serta tamu undangan lainnya.

Acara resmi dibuka dengan sambutan dari Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D., yang menegaskan komitmen UII dalam memberikan pengalaman akademik dan sosial terbaik bagi mahasiswa internasional.

Selanjutnya, peserta mendapatkan pengenalan budaya akademik UII yang disampaikan oleh Ima Dyah Savitri. Materi ini memberikan gambaran mengenai pola belajar, interaksi dengan dosen, serta proses pembelajaran di UII. Sesi ini bertujuan agar mahasiswa internasional dapat memahami dinamika akademik yang ada di kampus, serta bagaimana mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara efektif. Sesi ini juga mencakup informasi tentang sistem pembelajaran berbasis teknologi dan berbagai layanan akademik yang tersedia bagi mahasiswa.

Setelah sesi tersebut, acara dilanjutkan dengan pemaparan bertajuk “Study in Yogyakarta” oleh Ade Meirizal. Sesi ini memberikan wawasan tentang kehidupan sebagai mahasiswa di Kota Pelajar, termasuk bagaimana menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, budaya, serta gaya hidup di Yogyakarta. Pembicara menjelaskan berbagai fasilitas yang tersedia bagi mahasiswa internasional, termasuk tempat tinggal, transportasi, serta aspek keamanan dan kesehatan selama tinggal di Yogyakarta.

Untuk meningkatkan interaksi dan kebersamaan antar peserta, panitia menyelenggarakan sesi permainan yang melibatkan seluruh mahasiswa internasional. Permainan ini dirancang untuk mencairkan suasana dan membangun rasa kebersamaan di antara para mahasiswa baru. Permainan yang melibatkan kerja sama tim juga diadakan untuk mempererat hubungan antar mahasiswa.

Setelah sesi permainan, mahasiswa mendapatkan informasi penting mengenai layanan mahasiswa yang disampaikan oleh Dr.rer.nat. Dian Sari Utami, S.Psi., M.A., selaku Direktur Kemitraan dan Kantor Urusan Internasional (DK/KUI).  Dalam sesi ini, mahasiswa diperkenalkan pada berbagai layanan yang tersedia, termasuk layanan akademik, kesehatan, dan konsultasi mahasiswa. Layanan ini bertujuan untuk mendukung mahasiswa selama studi mereka di UII dan memastikan mereka mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan dalam berbagai aspek kehidupan kampus.

Sesi kuis interaktif turut memeriahkan acara, dengan tiga pemenang mendapatkan hadiah eksklusif dari panitia. Kuis ini menguji pemahaman mahasiswa tentang informasi yang telah disampaikan sepanjang acara, termasuk sejarah UII, budaya akademik, serta kehidupan di Yogyakarta. Tujuannya adalah untuk memastikan mahasiswa benar-benar memahami materi yang telah diberikan dan membantu mereka mengingat informasi penting dengan cara yang menyenangkan.

Setelah istirahat makan siang dan salat, mahasiswa bertemu dengan perwakilan program studi masing-masing untuk berdiskusi terkait persiapan akademik mereka di UII. Pertemuan ini bertujuan untuk membantu mahasiswa mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang kurikulum, sistem perkuliahan, serta ekspektasi akademik di masing-masing program studi. Setiap mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan berdiskusi langsung dengan perwakilan program studi mereka.

Sebagai bagian dari pengenalan kampus, mahasiswa diajak mengikuti tur keliling UII yang dipandu oleh tim Peer-Guide. Rute tur mencakup berbagai fasilitas utama kampus, seperti Perpustakaan, Direktorat Pelayanan Akademik, Kantor Urusan Internasional, serta lokasi perkuliahan masing-masing prodi. Tur ini bertujuan untuk membantu mahasiswa mengenal lebih dekat lingkungan kampus mereka dan memahami bagaimana mereka dapat mengakses berbagai fasilitas yang tersedia.

UII Welcome Days 2025 diharapkan dapat membantu mahasiswa internasional beradaptasi dengan lingkungan akademik dan sosial di UII serta merasakan pengalaman belajar yang menyenangkan di Yogyakarta. Acara ini juga menjadi wujud nyata dari komitmen UII dalam membangun komunitas akademik yang inklusif dan global. Dengan adanya acara ini, mahasiswa diharapkan dapat lebih siap untuk menjalani perjalanan akademik mereka dengan lancar dan memperoleh pengalaman yang berharga selama studi di UII. (ELKN/AHR)

Beberapa bulan lalu, pada November 2024, Pew Research Center merilis laporan hasil survei di Amerika, untuk melihat bagaimana kepercayaan publik terhadap saintis (Tyson & Kennedy, 2024). Pew melakukan survei ini berkala. Kepercayaan publik Amerika terhadap saintis sempat menurut ketika pandemi Covid-19. Tetapi, meski sudah menaik, skor terakhir masih jauh lebih rendah dibandingkan ketika sebelum pandemi yang pernah mencapai 87%.

 

Variasi kepercayaan

Survei pada akhir 2024 tersebut menemukan bahwa kepercayaan publik semakin naik. Sebanyak 76% publik Amerika percaya bahwa saintis akan bertindak untuk kepentingan publik. Kepercayaan ini jauh di atas kepercayaan publik terhadap politisi terpilih (33%), pemimpin bisnis (40%), jurnalis (45%), dan bahkan pemimpin agama (55%).

Publik juga melihat bahwa saintis sebagai mereka yang cerdas (89%) dan fokus pada penyelesaian masalah nyata (65%). Lebih dari separuh (51%) publik Amerika menginginkan saintis terlibat dalam debat pengambilan kebijakan publik.

Namun, di saat yang sama, hanya 45% publik yang melihat bahwa saintis adalah komunikator yang baik. Sisi ini menjadi kelemahan saintis. Sisi yang menjadi catatan lainnya adalah bahwa 47% publik Amerika melihat para saintis merasa superior dibandingkan orang lain.

Bagaimana dengan konteks Indonesia? Laporan yang dimuat oleh Nature Human Behaviour bulan lalu, pada Januari 2025, bisa menjadi rujukan (Cologna et al., 2025). Laporan ini membandingkan kepercayaan publik terhadap saintis di 68 negara. Skor Amerika pada laporan ini adalah 3,86 (1=sangat rendah; 5=sangat tinggi). Indonesia tepat di bawahnya dengan skor 3,84. Artinya, kepercayaan publik Indonesia terhadap saintis masih tinggi. Tentu, ini merupakan kepercayaan yang sayang sekali jika disia-siakan.

Skor tertinggi diperoleh Mesir (4,30) dan India (4,26). Skor terendah dimilik oleh Albania (3,05) dan Kazakhstan (3,13). Artinya, publik Mesir dan India mempunyai kepercayaan yang sangat tinggi terhadap saintis.  Namun, tidak demikian halnya di Albania dan Kazakhstan.

 

Mencari penjelas

Beragam faktor dianalisis untuk menjelaskan fenomena ini.

Misalnya, studi menemukan bahwa pendidikan sampai tingkat pendidikan tinggi mempunyai hubungan positif terkait kepercayaan terhadap saintis, tetapi sangat kecil. Bahkan di beberapa negara, tidak ditemukan korelasinya (Cologna et al., 2025).

Temuan menarik lainnya adalah bahwa religiositas berhubungan positif dengan tingkat kepercayaan terhadap sains. Hal ini berbeda dengan temuan studi sebelumnya di konteks Eropa dan Amerika, yang justru sebaliknya (Azevedo & Jost, 2021; Rutjens & van der Lee, 2020).

Di negara-negara muslim, kepercayaan terhadap saintis berkorelasi dengan religiositas. Kepercayaan bahwa Al-Qur’an juga memuat prinsip-prinsip sains memberi konteks untuk temuan ini.

Tentu masih banyak faktor penjelas dalam laporan tersebut yang tidak semuanya saya bahas di sini.

 

Harapan publik

Pertanyaan selanjutnya adalah: apa yang diinginkan publik terhadap saintis terkait dengan pengambilan kebijakan publik? Studi Cologna et al. (2025) mengungkap beberapa temuan menarik.

Sebanyak 83% publik mengharapkan saintis dapat berkomunikasi dengan kalangan awam. Selain itu, 54% publik juga menginginkan saintis bekerja sama dengan politisi untuk mengintegrasikan sains dalam perumusan kebijakan. Soal aktivisme saintis, 49% publik juga berharap saintis terlibat dalam advokasi kebijakan.

Dalam bahasa yang lebih lugas: publik berharap saintis tidak hanya duduk di singgasananya, tetapi mau turun dan terlibat dalam urusan publik. Bukan untuk memenuhi kepentingan saintis semata, tetapi terlebih untuk kepentingan publik.

 

Intelektual publik

Dalam konteks ini, gagasan untuk mengajak setiap dosen menjadi intelektual publik mendapatkan bukti saintifik. Itu adalah kehendak publik.

Beragam bingkai bisa kita hadirkan dalam konteks ini.

Intelektual publik harus memiliki tawaduk intelektual (intellectual humility). Tawaduk ini menghadirkan kesadaran bahwa ada ruang kesalahan dalam kerja intelektualisme. Karenanya, penemuan sains terus dilakukan dan diskusi senantiasa dijalankan.

Sains berkembang dengan verifikasi dan falsifikasi. Temuan baru bisa menguatkan yang sebelumnya, tetapi dapat juga sebaliknya.

Selain itu, tawaduk ini juga mengharuskan pembukaan diri terhadap bukti atau temuan baru. Ini salah satu indikator perangai saintifik (scientific temper).

Di era pascakebenaran seperti saat ini, menjaga perangai saintifik menjadi lebih menantang karena orang sering kali lebih menyuka kata perasaan dan opini dibandingkan fakta saintifik.

Di sinilah, intelektual publik perlu memainkan perannya, untuk mendekatkan kajiannya dengan kepentingan publik, mengedukasi publik dengan narasi alternatif yang saintifik, dan jika diperlukan terlibat dalam advokasi isu yang berkenaan dengan urusan publik.

 

Referensi

Azevedo, F., & Jost, J. T. (2021). The ideological basis of antiscientific attitudes: Effects of authoritarianism, conservatism, religiosity, social dominance, and system justification. Group Processes & Intergroup Relations24(4), 518-549.

Cologna, V., Mede, N. G., Berger, S., Besley, J., Brick, C., Joubert, M., … & Metag, J. (2025). Trust in scientists and their role in society across 68 countries. Nature Human Behaviour, 1-18.

Rutjens, B. T., & van der Lee, R. (2020). Spiritual skepticism? Heterogeneous science skepticism in the Netherlands. Public Understanding of Science29(3), 335-352.

Tyson, A. & Kennedy, B. (2024). Public trust in scientists and views on their role in policymaking. Tersedia di: https://www.pewresearch.org/science/2024/11/14/public-trust-in-scientists-and-views-on-their-role-in-policymaking/

 

Sambutan penerimaan lima surat keputusan jabatan akademik profesor untuk Prof Sholeh Ma’mun, Prof Subhan Afifi, Prof Vitarani Dwi Ananda Ningrum, Prof Eko Siswoyo, dan Prof Suci Hanifah, di Universitas Islam Indonesia pada 18 Februari 2025

Fathul Wahid

Rektor Universitas Islam Indonesia

2022-2026

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menambah cacah profesor. Di awal tahun 2025 ini sebanyak lima dosen yang mendapat kenaikan jabatan akademik tertinggi yakni Dr. Subhan Afifi, S.Sos., M.Si dari Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB), Eko Siswoyo, S.T., M.Sc.ES., Ph.D dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Sholeh Ma’mun, S.T., M.T., Ph.D dari Fakultas Teknologi Industri (FTI), apt. Suci Hanifah, S.F., M.Si., Ph.D dan apt. Dr. Vitarani Dwi Ananda Ningrum, S.Si., M.Si dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).  Hingga saat ini, UII tercatat memiliki 54 dosen dengan jabatan akademik tertinggi.

Prosesi serah terima SK Menteri Perguruan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia secara resmi diberikan oleh Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V, Prof. Setyabudi Indartono, M.M.., Ph.D kepada Rektor UII, Fathul Wahid dan kemudian diserahkan kepada lima guru besar baru UII.

Rektor UII, Fathul Wahid dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur atas diterimanya SK Profesor oleh lima dosen UII yang mana penambahan profesor dalam satu waktu penyerahan SK ini merupakan yang terbanyak sepanjang sejarah. Fathul Wahid juga menyampaikan profesor sebagai intelektual publik harus memiliki tawaduk intelektual yang menghadirkan kesadaran bahwa ada ruang kesalahan dalam kerja intelektualisme

“Karenanya, penemuan sains terus diakukan dan diskusi senantiasa dijalankan. Sains berkembang dengan verifikasi dan falsifikasi. Temuan baru bisa menguatkan yang sebelumnya tetapi dapat juga sebaliknya,” ungkap Fathul Wahid.

Selain itu, tawaduk ini juga mengharuskan pembukaan diri terhadap bukti atau temuan baru. Ini salah satu indikator perangai saintifik (scientific temper). Fathul Wahid menambahkan pada era pasca kebenaran seperti saat ini, menjaga perangai saintifik menjadi lebih menantang karena orang sering kali lebih menyukai kata perasaan dan opini dibandingkan fakta saintifik.

Di sinilah, intelektual publik perlu memainkan perannya, untuk mendekatkan kajiannya dengan kepentingan publik, mengedukasi publik dengan narasi alternatif yang saintifik, dan jika diperlukan terlibat dalam advokasi isu yang berkenaan dengan urusan publik,” jelas Rektor UII ini.

Ditambahkan oleh Ketua Pengembangan Pendidikan Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII, Prof. Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D memberikan selamat kepada selalu sivitas akademika UII yang telah mendorong dan memotivasi dosen-dosen UII untuk mendapatkan jabatan akademik tertinggi ini. Prof Allwar menerangkan bahwa profesor merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas kampus. Sehingga profesor baru harus berusaha semaksimal mungkin agar UII selalu berkualitas tidak hanya tingkat nasional maupun internasional.

“Menjadi profesor juga bukanlah hal yang mudah penuh perjuangan dan energi yang besar yang saya yakin bukan karena imbalan uangnya, tetapi idealisme sebagai dosen yang terbaik,” ungkap Prof. Allwar

Prof. Alwar mengingatkan kepada profesor baru bahwa kesibukan setelah menjadi profesor akan bertambah dan tanggung jawab menjadi lebih besar karena aktivitas profesor tidak hanya untuk universitas tapi juga untuk bangsa Indonesia. Selain itu, Prof. Alwar mengharapkan profesor baru selalu bisa meningkatkan kualitas penelitiannya.

“Saya harap profesor baru bisa banyak publikasi, mencetak buku, hingga mencetak generasi yang lebih baik karena penelitian adalah salah satu ujung tombak dari universitas,” harap Ketua Pengembangan Pendidikan YBW UII ini.

Lebih lanjut, Prof. Setyabudi Indartono selaku Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah 5 menyampaikan apresiasi kepada UII yang telah melahirkan 5 profesor baru. Prof. Setyabudi mengungkapkan LLDikti wilayah 5 memfasilitasi perguruan tinggi dalam meningkatkan kualitas, akreditasi, hingga mutu perguruan tinggi, salah satunya untuk memastikan kualitas dari staff pengajar yakni dosen.

“Kita tahu persisi, kondisi PTS saat ini masih 9 PTS yang berakreditasi unggul. Kemudian dari 740 prodi, catatan dari LLDikti bahwa saat ini 152 prodi yang berakreditasi unggul,” jelas Kepala LLDikti Wilayah 5 ini

Dari data LLDikti Wilayah 5, Prof. Setyabudi mengungkapkan apresiasi kepada UII yang mampu menjadi leader dari Perguruan TInggi Swasta (PTS) dalam menyelesaikan banyaknya pekerjaan rumah yang harus dihadapi oleh PTS termasuk melahirkan guru besar.

“Oleh karenanya, saya sangat yakin UII adalah sebuah kampus yang bisa menjadi prototype untuk kampus-kampus lain dalam tri dharma perguruan tinggi khususnya dalam menghasilkan guru besar dalam berbagai bidang keilmuan,” jelas Prof. Setyabudi (AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) dipercaya kembali oleh Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) sebagai salah satu tempat diselenggarakannya Piala Soeratin U13 pada  12-23 Februari 2025 yang dilaksanakan di UII Training Ground (UTG).

Kejuaraan ini merupakan agenda tahunan dari PSSI yang terdiri dari kategori U-13, U-15, dan U-17 yang dimana U-13 difokuskan pelaksanaan pertandingan di Yogyakarta yang bertujuan untuk mengasah bakat sepakbola talenta muda Indonesia dan menjadi kompetisi yang mempererat persaudaraan antar daerah

 Iqbal, salah satu tim penyelenggaran Piala Soeratin U-13 menyampaikan dipilihnya UII Training Ground kembali sebagai salah satu tempat penyelenggaraan karena UII terus merawat UTG sehingga mampu bersaing dengan tiga lapangan lain yang menjadi tempat ajang Piala Soeratin U-13 ini.

“UII terus merawat UTG dari segi kondisi lapangan hingga keamanan. Segi kebersihan sudah ada petugas yang selalu menjaga kebersihan dan segi keamanan karena terletak di dalam kampus jadi tidak terlihat langsung oleh publik sehingga meminimalisir keriuhan yang berlebihan sehingga terjamin keamanannya,” ungkap Iqbal yang juga alumni Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) UII ini.

Iqbal berharap UII bisa selalu menjaga dan meningkatkan fasilitas dan kualitas dari UTG. Ia menyampaikan saran untuk peningkatan fasilitas kamar wasit yang sebaiknya didekatkan dengan match commissioner (pengawas pertandingan) dalam rangka keamanan wasit selama pertandingan. (AHR/RS)

Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Indonesia (UII) melepas enam mahasiswanya untuk berangkat ke Malaysia dan Jerman dalam rangka mobilitas internasional yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Turut hadir dalam acara di ruang Auditorium Lt.4 FH, (13/02)  tersebut dekan FH UII, ketua program studi hukum program sarjan, jajaran dosen di lingkungan FH UII, serta orang tua/wali mahasiswa yang melakukan mobilitas internasional.

Dodik Setiawan Nur Heriyanto, S.H., M.H., LL.M., Ph.D., Ketua Program Studi Hukum Program Sarjana menyebutkan dalam laporan perkembangan Mobilitas Internasional yang ia presentasikan bahwa Program Studi Sarjana Hukum FH UII telah menjalin banyak sekali kerjasama Internasional. “Expanding tidak hanya di Indonesia, Asia Tenggara, tetapi kita sudah sampai ke Eropa,” tutur Dodik

Dodik menuturkan bahwa dalam skala nasional, FH UII telah menjalin kerjasama dengan Universitas Pekalongan, Universitas Swadaya Gunung Jati, pengurus besar Muhammadiyah, Yayasan Edukasi Wakaf Indonesia, dan Bank Permata Syariah. Sementara itu, di tingkat internasional, FH UII menggaet Universiti Kebangsaan Malaysia National Chung Cheng University Taiwan, Brunswick European Law School Jerman, hingga Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Swiss serta Amerika Serikat.

“Cukup dengan 2 tahun di UII Program Studi Hukum Program Sarjana ditambah 2 tahun belajar di Youngsan University, Korea Selatan, nanti pulang mereka mendapatkan 2 gelar. Atau skema 3 plus 1 yaitu 3 tahun belajar di FH UII dan 1 tahun belajar di Coventry University dan nanti pulang bisa mendapatkan 2 gelar,” jelas Dodik terkait program double degree yang dimiliki FH UII.

Dengan adanya program mobilitas internasional ini, sejak 2018, ada 96 mahasiswa internasional yang belajar di Fakultas Hukum UII, serta 47 mahasiswa yang mengikuti kegiatan studi di luar negeri.

“Internasionalisasi juga dilaksanakan tidak hanya untuk mahasiswa, tapi untuk dosen termasuk guru besar. Tahun 2023, FH UII sudah mengirim 4 dosen untuk melakukan visiting lecturer ke Groningen dan Dresden. Tahun 2024, kita kirimkan juga untuk melakukan program visiting professor, ke UKM. Termasuk nanti program internasionalisasi itu adalah dakwah islamiyah.” tambah Dekan FH UII, Prof. Dr. Budi Agus Riswandi, S.H., M.Hum.

Pada kesemapatan yang sama, M. Eki Ilhamsyah Sanatha, salah satu mahasiswa penerima program mobilitas ke Jerman mengaku bangga untuk dapat berkesempatan menimba ilmu di luar negeri. “Kami menyadari bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, namun kami yakin dengan dukungan orangtua, fakultas, dan universitas program ini akan berjalan dengan maksimal,” ungkapnya (MNDH/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) mengukuhkan dua profesor dari Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE), yakni Prof. Drs. Anas Hidayat, M.B.A., Ph.D., dalam bidang Ilmu Manajemen Pemasaran, dan Prof. Dr. Unggul Priyadi, M.Si., dalam bidang Ilmu Ekonomi Kelembagaan. Keduanya menyampaikan pidato pengukuhan pada Selasa (11/2/2025) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkir, Kampus Terpadu UII, Yogyakarta.

Prof. Anas Hidayat menyampaikan pidato berjudul “Krisis Etika Manusia dan Dampak terhadap Praktik Bisnis di Indonesia”. Ia memaparkan fakta empiris menyoroti dinamika global menyebabkan tingginya kesenjangan antara perusahaan besar dan pelaku bisnis kecil. Perusahaan besar yang saat ini populer dengan istilah oligarki mempunyai keunggulan besar dalam hal sumber daya dan pengaruh yang pada akhirnya timbul dominasi pasar dan memperparah ketimpangan ekonomi.

Mengutip Managi et al., 2021, Prof. Anas mengemukakan dalam konteks ini, muncul dilema etis terkait distribusi kekayaan. Perusahaan besar mestinya dapat memainkan peran dalam menciptakan ekonomi yang lebih inklusif tanpa mengorbankan daya saing mereka (Managi et al., 2021). “Akhirnya muncul moral dilema, maukah mereka memberikan manfaat yang lebih merata kepada berbagai kelompok masyarakat, termasuk kelompok yang kurang beruntung atau terpinggirkan, tanpa mengurangi daya saing perusahaan di pasar?,” ungkap Prof. Anas

Lebih lanjut disampaikan Prof. Anas, etika manusia tidak hanya berfokus pada pertanyaan tentang “apa yang benar” atau “apa yang salah,” tetapi juga menyelami dinamika di balik pengambilan keputusan yang mencakup nilai-nilai, kepercayaan, dan konsekuensi tindakan. Salah satu aspek pentingnya adalah adanya ketegangan antara universalitas dan partikularitas manusia.

“Universalitas merujuk pada prinsip-prinsip moral yang dianggap berlaku secara global, sementara partikularitas mengacu pada konteks budaya, sosial, dan individu yang memengaruhi cara prinsip tersebut diterapkan. Ketegangan ini menciptakan tantangan kompleks dalam mencapai kesepakatan etis di tengah masyarakat yang beragam, terutama karena perbedaan cara pandang positivis versus profetik,” jelas Prof. Anas

 

Kelembagaan Pilar Kesejahteraan dan Keadilan

 

Di tempat yang sama, Prof. Unggul Priyadi menyampaikan pidato pengukuhan berjudul Kelembagaan sebagai Pilar Kesejahteraan dan Keadilan dalam Transformasi Ekonomi Global dan Ekonomi Syariah.

Prof. Unggul mengemukakan, kelembagaan memegang peranan penting dalam era transformasi global dan ekonomi syariah yang tidak hanya menjadi tulang punggung stabiltas ekonomi, tetapi juga sebagai instrumen untuk mencapai tingkat kemakmuran dan keadilan yang tinggi. Ia juga menyoroti aspek ekonomi syariah khususnya dalam pengelolaan wakaf dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat.

“Melalui penguatan kelembagaan, pengelolaan aset wakaf dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan kegiatan ekonomi, sektor pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Kelembagaan yang akuntabel dalam pengelolaan wakaf memastikan bahwa manfaatnya dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat,” terang Prof. Unggul

Lebih lanjut disampaikan Prof Unggul kelembagaan juga mempunyai peranan signifikan dalam mendukung ekonomi regional dan pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Kelembagaan yang solid pada tingkat regional memastikan bahwa terdapat koordinasi yang baik antara kebijakan pusat dan daerah, serta antara pemerintah dan sektor swasta.

“Kelembagaan mendukung penciptaan infrastruktur yang memadai, pengembangan sumber daya manusia, dan penyediaan layanan publik yang berkualitas. Hal ini merupakan elemen kunci untuk mencapai pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” jelas Prof. Unggul

Prof. Unggul menambahkan, kelembagaan yang kuat dan efektif adalah kunci untuk mencapai kemakmuran dan keadilan dalam transformasi ekonomi global dan ekonomi syariah. Melalui penguatan kelembagaan, lingkungan ekonomi dapat menjadi lebih stabil, adil, dan berkelanjutan sehingga membawa manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.

“Maka dari itu, pengembangan dan penguatan kelembagaan harus menjadi prioritas utama dalam kebijakan ekonomi, agar tujuan kemakmuran dan keadilan dapat tercapai dan memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi secara keseluruhan,” tandas Prof. Unggul. (AHR/RS)