Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) menyelenggarakan IISMA Bootcamp untuk kali kedua pada Senin (29/1) di ruang Teatrikal, Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan bentuk persiapan UII dalam menghadapi tantangan mondial sebagai Universitas yang ber-progres mondial. Read more

Dosen Program Studi Akuntansi Universitas Islam Indonesia (UII), Prof. Rifqi Muhammad, S.E., M.Sc., Ph.D. dan dosen Program Studi Hukum UII, Prof. Nandang Sutrisno, S.H., LL.M., M.Hum., Ph.D. dikukuhkan sebagai profesor pada Selasa (30/1) dalam Rapat Terbuka Senat Pidato Pengukuhan Profesor di Auditorium K.H. Abdul kahar Muzakkir, Kampus Terpadu UII. Masing-masing dosen UII ini dikukuhkan sebagai Profesor Bidang Ilmu Akuntansi dan Profesor Bidang Ilmu Hukum Internasional.

Read more

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. mewisuda 717 lulusan pada pelaksanaan Wisuda UII Periode III Tahun Akademik 2023/2024. Peserta wisuda kali ini terdiri dari 2 program diploma, 630 sarjana, 80 magister, dan 5 doktor. Upacara wisuda yang berlangsung di Auditorium K.H. Abdul Kahar Muzakkir UII ini terbagi dalam dua sesi, Sabtu dan Minggu (27-28/1), dan disiarkan di kanal YouTube Universitas Islam Indonesia.

Read more

Apakah pernah melihat sebuah meme atau poster yang di media sosial yang menggambarkan seorang ibu dan anak perempuannya melihat seorang pemulung yang sedang mengais sampah?

Dalam meme tersebut, terdapat dua gambar yang disandingkan. Pada keduanya, Si Ibu yang digambarkan cukup kaya, memberikan nasihat kepada anak perempuannya.

Pada gambar pertama, sambil menunjuk kepada pemulung, Si Ibu mengatakan, “jika kamu tidak rajin belajar, maka kami akan berakhir seperti dia”. Apakah ada yang salah dalam nasihat seperti ini? Sebagian dari kita akan berpendapat untuk setuju dengan Si Ibu. Ini adalah nasihat yang jamak kita dengar.

Kita simpan dulu jawaban tersebut.

Pada gambar kedua, dengan pose serupa, Si Ibu memberikan nasihat kepada anaknya: “kamu belajar yang rajin, supaya ketika besar dan sukses nanti, kami bisa membantu mereka yang kurang beruntung seperti pemulung itu”.

Apa yang berbeda dengan kedua nasihat itu? Pada gambar pertama, Si Ibu fokus kepada kesuksesan anaknya saja, sedang yang kedua, Si Ibu sudah memikirkan dampak sosial dari keberhasilan anaknya.

Coba kita renungkan: jika kita berada dalam posisi Si Ibu, nasihat mana yang akan kita pilih?

 

Memahami ketimpangan

Saya berharap banyak dari kita yang memilih perspektif kedua. Keberadaan kita diharapkan memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk orang lain. Inilah ajaran Islam yang menegaskan bahwa sebaik-baik kita adalah yang memberikan paling banyak manfaat kepada orang lain.

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari ilustrasi sederhana di atas.

Pertama, ketimpangan masih menjadi masalah sosial yang dihadapi dunia saat ini. Tak terkecuali dalam keseharian di Indonesia. Indikasinya beragam. Pendapatan masyarakat Indonesia masih timpang. Salah satunya diindikasikan oleh rasio Gini 38,8% pada Maret 2023 (BPS, 2023a). Data di bulan yang sama, porsi masyarakat miskin masih cukup besar, yaitu 9,36% atau setara dengan 25,90 juta orang. Bahkan di Papua, proporsi pendudukan yang miskin mencapai 26,03% (BPS, 2023b).

Ketimpangan dan kemiskinan membawa banyak akibat. Akses ke banyak layanan, termasuk pendidikan, juga terbatas. Misalnya, menurut data Susenas 2023, pemuda usia kuliah yang berkesempatan menikmati pendidikan tinggi hanya 31,19%. Artinya, ada 68,81% atau sekitar lebih dari 17 juta pemuda tidak pernah mengenyam bangku kuliah.

Kedua, kesadaran bahwa yang mempunyai kuasa untuk melandaikan lapangan permainan (leveling the playing field) adalah mereka yang berada pada posisi yang lebih tinggi. Untuk isu ini, kita bisa ibaratkan ketimpangan merupakan seperti ayunan jungkat jungkit dengan dua orang pemain, satu di setiap sisi. Orang yang bisa menjadikan papan ayunan semakin landai adalah pemain pada posisi tinggi. Dengan berat badannya, dia bisa mengangkat pemain satunya.

Metafora ini tampaknya valid untuk konteks kesuksesan seseorang, seperti nasihat Si Ibu pada ilustrasi pembuka. Kesuksesan seseorang akan menjadikannya mempunyai kuasa atau keleluasaan, termasuk dalam membantu orang lain. Bantuan bisa mewujud dalam banyak bentuk, termasuk kebijakan negara atau lembaga, gerakan sosial, maupun aksi individual.

 

Menumbuhkan empati

Karenanya, saya mengajak semuanya terus mengasah empati atau kepedulian kepada orang lain dan, di saat yang sama, mengelola sikap yang hanya peduli kepada diri sendiri. Hanya dengan demikian, dunia yang timpang akan menjadi lebih landai karena mereka yang berada di papan jungkat jungkit atas mau membantu yang tidak beruntung untuk meningkat derajatnya.

Sialnya, menurut survei McKinsey (Dondi et al., 2021) terhadap 18.000 orang di 15 negara, ternyata tingkat pendidikan hanya mempunyai korelasi rendah dengan empati seseorang. Tentu, ini memunculkan pertanyaan, bagaimana menumbuhkan empati?

Saya akan menyisakan pertanyaan ini untuk dijawab oleh semua hadirin, dan terutama oleh para wisudawan. Jawaban atas pertanyaan ini dan implementasinya akan membantu mengurangi ketimpangan dan membuat lapangan permainan lebih landai. Ini juga yang merupakan cita-cita para pendiri bangsa: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sambutan pada Wisuda Doktor, Magister, Sarjana, dan Diploma Universitas Islam Indonesia, 27-28 Januari 2024.

Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia (UII), Hanindya Kusuma Artati., S.T., M.T. teliti potensi likuefaksi menggunakan pendekatan state parameter berdasarkan percepatan maksimum permukaan tanah akibat gempa hasil Codes, Deterministic, and Probabilistic Seismic Hazard Analysis. Hanindya dalam penelitiannya mengangkat studi kasus pada gempa Palu, Sulawesi Tengah, M 7.4, pada 28 September 2018.

Read more

Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyampaikan gagasannya merespons isu aktual. Gagasan kali ini dikemas dalam Podcast Lexi: Social Justice dengan tema “Legal Talk: Netralitas ASN, TNI, POLRI, dan Penyelenggaraan Pemilu 2024”. Read more

Tahun ini kembali digelar kegiatan akbar berskala nasional Innovation Festival (InnoFest) untuk kali kedua oleh Universitas Islam Indonesia (UII). InnoFest yang digelar pada Rabu (17/1) di Auditorium Fakultas Teknologi Industri UII ini mengangkat tema “Hilirisasi Invensi dan Green Entrepreneurship untuk Mendorong Kemandirian Kesehatan dan Energi bagi Bangsa”. InnoFest menggandeng mitra usaha Dunia Industri (DUDI) untuk berkolaborasi mengembangkan ekosistem inovasi dan kewirausahaan di Indonesia. Read more

Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) melantik dan mengambil sumpah 116 dokter baru yang terdiri dari 36 laki-laki dan 80 perempuan. Acara sumpah dokter FK UII angkatan 62 ini berlangsung pada Rabu (17/1) di Auditorium Prof. Abdul Kahar Muzakkir dengan penuh haru dan khidmat. Acara ini juga ditayangkan melalui kanal YouTube Fakultas Kedokteran UII. Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan kerja dari Universitas Al-Azhar Mataram pada Senin (15/1), di Gedung GBPH Prabuningrat Kampus Terpadu UII. Dalam agenda studi banding ini disikusikan terkait dengan penegakkan kode etik dan Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di Universitas. Read more