Kolaborasi Riset Universitas Untuk Inovasi Bangsa

Untuk memenangkan persaingan global, bangsa Indonesia dituntut selalu berinovasi dan memahami teknologi. Kedua hal itu dapat dicapai melalui riset yang diinisiasi perguruan tinggi (PT). Oleh karenanya, PT perlu saling berkolaborasi demi menghasilkan riset unggulan yang bermanfaat bagi inovasi dan kemajuan teknologi.

Demikian disampaikan Kasubdit Riset Dasar, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemristekdikti, Adhi Hendra Hermanu, MM dalam webinar bertema “Kerjasama Riset & Inovasi Perguruan Tinggi Indonesia Untuk Tatanan Baru” yang diadakan belum lama ini. Webinar ini merupakan bentuk kolaborasi antara Universitas Islam Indonesia (UII) dan Telkom University.

Ia juga menambahkan ada lima pengembangan teknologi yang perlu diprioritaskan 5 tahun ke depan. Kelimanya antara lain teknologi tepat guna yang bisa dikomersialisasikan berupa produk, penelitian, teknologi pengganti impor dan meningkatkan tingkat kandungan lokal dalam negri (TKDN), serta teknologi tercanggih yang dapat memberikan distribusi di bidang riset dan teknologi.

“Berkaca pada Permenristekdikti No. 38 Tahun 2019, fokus riset PRN 2020-2024 meliputi bidang kesehatan, agrikultur, sosial humaniora, pendidikan, kebudayaan, dan lainnya. Di dalamnya juga termuat empat jenis kolaborasi riset yaitu internasional, nasional, prodi/unit dalam satu institusi, dan individu. Kolaborasi di tingkat internasional memiliki impact angka lebih tinggi dibandingkan yang lain. Jadi inilah alasan pendorong kita untuk melakukan kolaborasi”, ungkapnya.

Sementara itu, Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D menggarisbawahi pentingnya kerjasama internasional guna meningkatkan kapasitas universitas. Ia mencontohkan program Erasmus yang merupakan skema kerjasama antara berbagai universitas Eropa dengan luar Eropa. Program ini seluruhnya didanai oleh Uni Eropa.

“Dukungan Erasmus sangat luas tergantung proposal yang diajukan. Bentuk kerjasama international credit mobility melibatkan dua universitas yang kegiatannya berupa kuliah selama 3-12 bulan bagi mahasiswa, bisa juga training dan perolehan kredit yang disyaratkan. Saya rasa hal ini turut mendukung program kampus merdeka. Sedangkan kerjasama capacity building for higher education berupaya meningkatkan kapasitas perguruan tinggi baik kapasitas manajemen, penelitian, dan lainnya”, jelas Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan UII itu.

Pandangan lain disampaikan Prof. Dr. Is Fatimah, Guru Besar Kimia UII. Ia menyebut perubahan kebijakan universitas yakni dengan melibatkan jurusan dan prodi untuk mengawal langsung aktivitas penelitian, pengabdian masyarakat, dan dakwah.

Senada, Dr. Ir. Rina Pudji Astuti, MT. mengajak UII untuk bersama-sama mengembangkan penelitian tidak hanya di tahap publikasi namun hingga produk. “Kami persilahkan jika produk dan inovasi UII memerlukan dukungan startup inkubasi dapat masuk ke PTP Bersama yang ditujukan juga untuk UMKM dan masyarakat. Saat ini, Telkom University memiliki 1.051 jaringan kerjasama dengan berbagai universitas yang tentu didalamnya termasuk yang istimewa yaitu dengan UII”, ucap Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Kerjasama Telkom University itu.

Ditambahkan oleh Angga Rusdinar, Ph.D, kedua universitas sudah menjalin kerjasama cukup lama. Ia berharap, webinar ini dapat memantik kerjasama baru yang lebih intens di bidang lainnya sehingga menjadi lebih mudah memajukan negara.

“Negara yang maju adalah negara yang menjadikan universitas sebagai referensi bagi masyarakatnya. Setiap kampus tentu memiliki keunggulannya masing-masing, sehingga dengan kolaborasi dapat mempercepat perkembangan inovasi yang dikejar”, pungkas Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Telkom University tersebut. (FNJ/ESP)