,

Mendesain Cetak Biru Kampung dan Perumahan di Indonesia

Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Universitas Islam Indonesia (FTSP UII) menggelar Coffee Morning Lecture setiap bulannya untuk mendekatkan perguruan tinggi dengan masyarakat. Kegiatan tersebut digelar pada Rabu (31/05)  di Ruang IRC Gedung Moh. Natsir Kampus FTSP UII. Tema yang diusung kali ini adalah “Membangun Kampung dan Cetak Biru Kebijakan Perumahan Indonesia”.

Dekan FTSP UII, Dr-Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, M.A., IAI. dalam sambutannya mengungkapkan bahwa Coffee Morning Lecture bertujuan agar bahasa akademik yang sulit dipahami masyarakat dapat tersalurkan dengan baik. “Menurut saya terdapat jarak dalam mengungkapkan bahasa akademik yang dimengerti oleh masyarakat sehingga pentingnya forum ini dikemas dalam suasana santai agar kita dapat belajar bersama tentang berbagai masalah yang terkait kepentingan publik dengan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat,”  ungkapnya.

Selanjutnya narasumber Salahudin Rasyidi, M.T. selaku Kepala Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan Jawa III dalam paparan materinya menyampaikan peningkatan jumlah rumah tangga terus meningkat sejalan dengan peningkatan akses memiliki rumah hunian yang layak dan nyaman.

Namun, kebanyakan masyarakat memilih pindah ke kota agar dekat dengan pekerjaan tetapi tidak sebanding dengan lahan yang ada. Mereka memilih tinggal di apartemen atau di lahan yang sempit sehingga mengakibatkan tata kota perumahan di kota semakin memburuk. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk berkolaborasi dengan pihak swasta dalam membangun kawasan perumahan yang memenuhi standar prasarana, sarana, dan utilitas.

Sementara itu, Yudha Prasetyo, S.T. selaku Co-Founder YPA Architecture Studio menilai penataan yang lebih baik perlu terus-menerus diupayakan. Sebagaimana tema terkait sandang, pangan, dan papan bagi masyarakat Indonesia merupakan isu yang sangat menarik di kalangan politik untuk diangkat menjadi sebuah diskusi.

Berikut juga dengan berbagai persoalan yang berhubungan dengan dampak pembangunan terhadap kerusakan alam akibat pengelolaan dan konsep yang tidak tertata. Ia menyampaikan bahwa evaluasi sangat perlu untuk dilakukan. Solusi-solusi yang ditawarkan kepada kawasan-kawasan yang sudah ditata pun perlu untuk ditinjau, sehingga pasti akan ada perubahan dampak ke arah negatif maupun positif.

Ia menambahkan diskusi terbuka dan intensif untuk membahas isu-isu sosial di masyarakat seperti ini diharapkan dapat terus berlanjut. Sebab urgensitas yang berhubungan dengan dampak kualitas pembangunan dan masyarakat Indonesia beberapa tahun ke depan perlu dicari solusinya. Khususnya dalam hal cara berpikir atau mindset, kebijakan pemerintah, serta faktor-faktor lain yang dapat memicu lahirnya sudut pandang baru. (PN/ESP)