,

Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi Perlu Terus Didorong

FPCI (Foreign Policy Community of Indonesia) unit UII menyelenggarakan webinar let’s talk with expert. Webinar bertema “Upaya Stabilitas Ekonomi Indonesia dalam Tatanan Global di Tengah Pandemi Covid-19 di Era 4.0” ini diadakan pada Sabtu (13/6). Ada tiga orang pemateri inspiratif yang hadir. Ketiganya yaitu dosen prodi Hubungan Internasional UII Hangga Fathana, MA, Direktur Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup, Kementerian Luar Negeri RI Agustaviano Sofjan, dan Direktur Hubungan Antar Lembaga Kementerian Pariwisata, K. Candra Negara.

Hangga Fathana menyampaikan pandemi ini adalah suatu hal yang tidak diduga oleh siapapun. Banyak orang tidak menyangka penyebarannya akan sangat cepat seperti saat ini. Secara global ia juga menghantam banyak pasokan baik dari permintaan dan lainnya.

Selain dampak kesehatan, sektor ekonomi pun turut jeblok. “Pertumbuhan ekonomi melambat dan pasar saham menjadi terpukul sehingga indeks saham banyak yang jatuh. Kemudian pengangguran juga yang terbesar di abad ini. Harga minyak dunia menjadi jatuh karena keadaan sekarang. Baik negara maju maupun berkembang sama-sama terdampak, namun lebih terasa di negara maju”, katanya.

Ia meyakini sebaiknya kebijakan ekonomi di masa pandemi diprioritaskan kepada kesehatan, pemberian kompensasi kepada masyarakat menengah ke bawah, dan dunia usaha. “Selama pandemi, saya melihat pentingnya untuk memprioritaskan tiga hal tadi. Setiap negara memiliki defisit APBN karena pemasukan berkurang sementara pengeluaran bertambah. Untuk itu, mengelola hutang negara adalah sesuatu yang perlu didukung”, imbuhnya.

Sementara itu, Agustaviano Sofjan menyampaikan penyebaran pandemi lebih cepat karena manusia semakin terintegrasi. Ia memperkirakan dampak krisis dapat menjadi lebih berat karena penyebaran yang begitu luas. Pandemi menjadi tantangan global yang harus disikapi dengan cara yang luar biasa.

“Kita bicara bagaimana dampak ekonomi dan Indonesia menyikapinya. Keadaan ini menambah kategori ekstrimnya kemiskinan di dunia. Pertumbuhan ekonomi menurun secara drastis. Bahkan Bank Dunia menyebut penurunan pertumbuhan ekonomi mencapai angka -5% sampai -6%. Ditambah dengan penurunan perdagangan global sekitar 27% dari nilai sebelumnya karena aktivitas di berbagai negara yang berkurang secara drastis”, ungkapnya.

“Kita harus memperkuat sistem kesehatan masyarakat. Mempertinggi kesehatan masyarakat seperti menekankan pentingnya selalu mencuci tangan, serta inovasi dan adaptasi yang harus disikapi secara positif. Pemerintahan sudah berusaha memperkuat dan menjaga stabilitas ekonomi nasional kita. Selanjutnya kita perlu mendorong UMKM seperti membantu bisnis dalam sistem eco digital baik dalam bentuk penjualan maupun pengembangan bisnisnya”, sarannya.

Sedangkan K. Candra Negara menyampaikan tidak ada negara yang benar-benar bebas dari dampak Covid-19. Jika tidak terdampak secara kesehatan namun bidang ekonominya pasti terganggu. Sebanyak 32,5 penduduk yang tidak langsung bekerja di bidang pariwisata, sebagian dari mereka di PHK dan dirumahkan. Sekurangnya lebih dari 2 ribu hotel di Indonesia tutup, belum mall, restoran, dan lainnya.

“Saya mencoba melihat bagaimana kami terlibat meningkatkan kerjasama internasional dalam menangani pandemi di bidang pariwisata. Dunia pariwisata yang saat terdampak suatu hari akan pulih karena banyak sekali orang yang bergantung di sektor ini. Penting untuk mempertahankan kepercayaan dari para potensial turis. Kita juga terlibat dalam pembahasan pemulihan pariwisata ASEAN”, terangnya.

Di samping itu, pelatihan SDM yang adaptif terhadap pandemi juga perlu terus digalakkan. Selanjutnya, teknologi juga sangat membantu dalam memfasilitasi pelatihan daring, webinar, pendataan pelaku parekraf terdampak, serta platform digital.

Saat new normal berjalan, Presiden menghimbau agar sektor pariwisata tidak tergesa-gesa. Ada tahapan-tahapan sebagai jaminan protokol kesehatan di tempat wisata yang harus dipenuhi. “Kami akan membangun kepercayaan turis dan juga melakukan promosi agar orang melakukan perjalanan wisata di Indonesia. Suatu studi berpendapat bahwa besar kemungkinan pariwisata akan didorong pemulihannya oleh turis-turis domestik”, pungkasnya. (FNJ/ESP)