Tim Mahasiswa UII Raih Juara 2 Light Public Poster Competition

Tim Mahasiswa UII Raih Juara 2 Light Public Poster Competition

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) kembali menorehkan tinta emas di tengah pandemi Covid-19. Ketiga mahasiswa berprestasi tersebut adalah Muhammad Rafi Falah, Fajrian Haikal Faros, dan Tsaniya Ahda Indrayani. Mereka berhasil bersaing dalam LIGHT Learning Global Health With Scope Public Poster Competition 2021 yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 29 Agustus – 29 Oktober melalui teleconference zoom.

Melalui poster bertemakan Application of Telemedicine for Communicable and Noncommunicable Diseases During Pandemic, mereka mencoba menginisiasi salah satu aplikasi yang bernama NEBULA (Now Enhance and Boost Ur mood with Love And wise).

“NEBULA adalah salah satu aplikasi berbasis telepsikiatri yang bisa dijangkau oleh semua orang dimanapun mereka berada,” jelas Rafi.

Rafi mengungkapkan jika saat ini ada banyak sekali jenis telemedicine namun yang khusus terkait masalah psikologi masih belum ada. Perkembangan digital saat ini memungkinkan konsultasi secara videoconference yang lebih bisa menjangkau semua kalangan dengan tingkat kenyamanan yang baik dan tidak mahal.

“Tidak semua orang memiliki fasilitas untuk pergi ke rumah sakit dan membayar biaya tertentu. Saya harap nantinya aplikasi jika berhasil direalisasikan bisa menjadi solusi,” tutur Fajrian.

Pemanfaatan teknologi juga berhubungan dengan pandemi Covid-19 yang mengharuskan adanya social distancing. Fajrian mengatakan jika pandemi mengubah banyak sekali hal dalam strata kehidupan manusia di dunia. Angka stress meroket tajam sebagai dampak dari pembatasan sosial, ekonomi, pendidikan, dan banyak hal lainnya. Salah satu solusi adalah dengan konsultasi ke psikolog atau psikiater. Namun, lagi-lagi adanya pembatasan sosial menjadi penghalang upaya tersebut.

“Secara tidak langsung penggunaan aplikasi ini akan mengurangi penyebaran virus Covid-19,” kata Fajrian.

Fajrian mengatakan ada banyak fitur yang dimiliki oleh aplikasi NEBULA. Tidak semua orang nyaman berbicara langsung secara tatap muka dan menceritakan permasalahan yang sedang dihadapi. NEBULA tentu merupakan solusi yang menarik. Fajrian menambahkan jika pasien tidak harus mengungkapkan identitasnya. ”Pasien dengan masalah kesehatan mental memiliki kecenderungan lebih nyaman jika identitasnya tidak diketahui oleh dokternya,” jelasnya.

Tsaniya menjelaskan setelah konsultasi jika pasien memang membutuhkan pengobatan lebih lanjut maka ia akan diberikan resep. Hal lain yang menarik adalah adanya salah satu fitur yang bisa mendeteksi kebiasaan sehari-hari yang dilakukan oleh pengguna yang dapat terus memberikan update terhadap kesehatan mental yang dialami.

“Pengobatan penyakit mental biasanya membutuhkan jangka waktu yang lebih lama daripada penyakit fisik. Oleh karena itu pemantauan perilaku selama pengobatan sangat penting untuk dilakukan,” jelas Tsaniya.

Lebih lanjut dijelaskan Tsaniya, terdapat fitur lain yang bisa membantu proses pengobatan penyakit mental, yaitu adanya playlist musik meditasi. Musik memiliki banyak sekali manfaat seperti menghilangkan kecemasan dan menciptakan rasa nyaman.

“Kami harap dapat NEBULA bisa memiliki kesempatan untuk menjadi salah satu media telepsikiatri yang dapat digunakan oleh seluruh masyarakat di dunia,” tutup Tsaniya. (UAH/RS)