Tips Agar Tulisan Layak Naik ke Jurnal dan Lolos ke Luar Negeri

Guna meningkatkan minat menulis mahasiswa, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan acara FIAI Menulis & Trik Mudah Keluar Negeri Gratis. Acara yang diselenggarakan di Ruang Sidang Dekanat FIAI UII pada Rabu (06/07) itu menghadirkan Dr. Roy Purwanto, S.Ag., M.Ag. sebagai pemateri pada acara tersebut.

Dosen FIAI UII itu mengatakan bahwa acara ini bertujuan untuk meningkatkan keinginan mahasiswa untuk tertarik kepada dunia kepenulisan, terlebih ia berharap agar mahasiswa dapat termotivasi dan semakin giat menulis.

“Saya hanya ingin memprovokasi mahasiswa, kita punya dukungan yang sangat besar, entah itu dari universitas maupun dari fakultas. Kita sama-sama mendukung teman-teman yang memiliki keinginan untuk menulis termasuk juga ke luar negeri. Jadi ya sayang kalau kesempatan teman-teman ini yang masih mahasiswa tidak disalurkan dan dikembangkan dengan baik,” ungkapnya.

Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh semua orang. Hanya saja teknik kepenulisan bisa didapat dengan konsisten dalam menulis. Semakin sering menulis, maka ia akan semakin mudah menyelesaikan tulisannya. Termasuk juga dalam menentukan ide-ide pokok tulisan yang akan digarap.

Ia juga menyatakan bahwa dalam membuat jurnal populer itu tidak diperlukan tulisan yang panjang. Bahkan ia hanya menyarankan kepada mahasiswa untuk menulis lima sampai tujuh lembar halaman jurnal saja. Hal itu dimaksudkan supaya isi jurnal lebih ringkas, tersusun dan lebih tepat sasaran. “Tidak usah memikirkan bikin jurnal yang panjang, yang isinya pas dan penjelasannya tidak muter-muter,” jelasnya.

Terakhir, ia berpendapat bahwa saat ingin membuat jurnal internasional, mahasiswa dianjurkan untuk mencari gagasan-gagasan ilmiah yang didapat dari fenomena sosial yang ada di Indonesia. Hal itu disebabkan masyarakat asing lebih menyukai adat masyarakat Indonesia yang dianggap unik.

“Saya sebenarnya ingin ada regenerasi baru dari FIAI ini, supaya dari tahun ke tahun itu ada mahasiswa yang berprestasi di kancah internasional. Misalnya saja mengikuti konferensi. Kalau untuk konferensi internasional itu, mereka lebih suka hal-hal yang berbau lapangan, seperti adat istiadat yang ada di Indonesia, jadi orang luar itu seperti mendapatkan informasi baru,” pungkasnya. (AMG/ESP)