Era disrupsi yang sedang terjadi saat ini sudah banyak mempengaruhi berbagai sektor dalam kehidupan. Semuanya dituntut untuk berinovasi menghasilkan sesuatu yang baru dan efisien. Tidak terlepas juga mengenai pengelolaan zakat. Zakat yang merupakan salah satu rukun Islam pun menjadi salah satu sektor yang harus melakukan inovasi mengenai cara pengelolaannya (penerimaan dan penyaluran zakat). Sebagaimana dijelaskan oleh H. Misbahrudin, S.Ag, MM (Kepala Seksi Pemberdayaan Zakat Kanwil Kemenag DIY) dalam webinar yang baru ini dilaksanakan di UII.

Read more

Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan Universitas Islam Indonesia (DPK UII) menggelar acara Ngabuburit Bareng dengan tema “Muslim Milenial yang Menginspirasi” dengan menghadirkan pembicara Syakir Daulay, seorang artis sekaligus influencer.

Read more

Pusat Studi Hukum dan Konstitusi (PSHK) Fakultas Hukum (FH) UII menyelenggarakan webinar “Bedah Pasal 23 UUD NRI 1945: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara” dengan narasumber Prof. Jaka. Sriyana, S.E., M.Si., Ph.D. (Guru Besar FBE UII) dan Beni Kurnia Illahi, S.H., M.H. (Dosen Hukum Administrasi & Keuangan Negara Universitas Bengkulu).

Read more

Keluarga Besar Universitas Islam Indonesia (UII) yang terdiri dari Dosen, Tenaga Kependidikan, Satpam serta Purna Tugas mendapat vaksin Covid-19 tahap ke II dari Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Kesehatan. Penerima vaksin Sinovac ini, sebelumnya telah berhasil mendapat vaksin tahap pertama di UII, termasuk di antaranya adalah para lansia yang berdomisili di sekitar kampus UII.

Read more

Dakwah tidak hanya identik dengan masjid dan mushola. Dengan bantuan teknologi, dakwah kini dapat menyentuh audiens yang lebih luas melalui media sosial, seperti YouTube, instagram, twitter, whatsapp, clubhouse, dan line. Hal ini justru tidak asing bagi generasi Z yang sejak lahir telah bersentuhan dengan teknologi. Oleh karena itu, mereka pun sangat cocok menjadi subyek maupun obyek dakwah.

Seperti tergambar dalam acara inspiring student talk yang diadakan oleh Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan belum lama ini secara daring. Acara yang mengusung tema “Saatnya Generasi Z Berdakwah” ini menghadirkan Ahmad Musawwir, mahasiswa sekaligus Ketua Panitia Safir (Safari Iman Ramadan) UII 2021.

Read more

Tim di sebuah unit kerja perusahaan dibentuk guna menyelesaikan tugas secara lebih efektif dan efisien. Bekerja dalam tim membutuhkan kemampuan manajerial dan kekompakan yang baik antar anggotanya. Hal inilah yang menginisiasi Direktorat Pengembangan Karir dan Alumni (DPKA) Universitas Islam Indonesia melangsungkan pelatihan pengembangan karir secara virtual pada Sabtu (17/4). Pelatihan bertajuk “Up Skill for New Career Intermediate Training” ini bertujuan meningkatkan kemampuan lulusan baru dalam menjalin kerja sama dan membentuk karakter pemimpin yang mampu membangun tim.

Read more

Para cendekiawan Islam era klasik maupun pertengahan telah memberikan banyak kontribusi besar bagi perkembangan ilmu politik dan hubungan internasional, bahkan sebelum disiplin ilmu hubungan internasional ada. Imam Hanafi adalah contoh nyata yang mengenalkan model dalam kajian strategis. Hal ini dikemukakan dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (UII), Rizki Dian Nursita dalam acara Ngalir Talk Show #4 bertemakan “Islam sebagai Pendekatan Alternatif dalam Studi HI” baru-baru ini.

Read more

Bulan Ramadan adalah milik semua kalangan. Tidak hanya orang-orang tua yang rajin beribadah di bulan suci ini, generasi muda pun punya kesempatan luas menambah pundi-pundi amal. Anak muda sebagai generasi milenial memiliki peran yang baik untuk menyambut bulan Ramadan. 

Hal-hal yang dapat dilakukan para milenial di bulan Ramadan antara lain, memperbanyak amalan sunah seperti mendirikan sholat tahajud, melaksanakan sholat dhuha, bersedekah, memperbanyak dzikir, dan menghindari maksiat. 

Sebagaimana disampaikan Ustadz Habib Sudarmawan (Founder & Direktur Kurikulum Ta’lim Lughoh) dalam Kajian Senja yang diselenggarakan oleh Takmir Masjid FH UII pada Jumat (16/4). Acara yang terselenggara secara daring ini mengusung tema “Peran Penting Milenial Menyambut Ramadan di Era New Normal”.

Read more

Ramadan merupakan bulan dengan berjuta kebaikan. Pembukanya adalah rahmat, tengahnya ampunan, dan penutupnya pembebasan dari api neraka. Ketika Ramadan pula, pedoman hidup muslim, Al-Qur’an, diturunkan.

Wahyu pertama (QS 96:1-5) yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad adalah tentang membaca (iqra). Ini mengindikasikan bahwa budaya membaca sangat penting dalam Islam.

Bagaimana caranya? Perintah membaca tersebut muncul sebanyak dua kali dalam wahyu awal tersebut. Membaca tidak cukup dengan sekali, tetapi harus berkali-kali.

Iqra juga bisa berarti menghimpun. Secara spesifik, membaca adalah menghimpun setiap huruf penyusun kata. Otak kita memprosesnya menjadi sebuah bacaan dengan cepat. Rentetan kata akan menjadi kalimat penyampai pesan. Kumpulan kalimat akan menghadirkan pemahaman.

Secara luas, membaca dapat juga dimaknai sebagai proses menghimpun fakta yang terserak. Membaca yang ditujukan untuk memahami sesuatu ibarat menghubungkan antartitik atau antarkonsep yang bisa jadi tidak terdeteksi pada pembacaan pertama. Pembacaan lanjutan sangat mungkin menghadirkan tilikan baru dan pemahaman yang lebih mendalam.

Ketika kapasitas personal tidak memungkinkan, membaca secara kolektif menjadi pilihan. Merujuk kita-kitab tafsir lampau yang muktabar, untuk memahami Al-Qur’an, termasuk dalam strategi ini. Keragaman tafsir akan memperkaya pemahaman.

Membaca harus diikuti dengan motivasi yang suci: dengan nama Tuhan, bismi rabbika. Di sinilah pentingnya meluruskan niat dalam membaca. Pemahaman yang kita dapatkan ketika membaca, tidak lantas menjadikan kita jumawa. Justru sebaliknya, kita merasa semakin kecil, karena paham bahwa hanya sedikit yang diketahui. Pemahaman dari membaca juga seharusnya diniatkan untuk kebaikan: meningkatkan kualitas diri, memperbaiki kualitas amal, dan menginspirasi orang lain.

Apa yang kita baca? Yang paling jelas adalah Al-Qur’an, sebagai ayat qauliyah (tanda terfirmankan) dari Allah. Membaca Al-Qur’an adalah salah satu perintah penting untuk mengisi Ramadan. Banyak muslim berniat mengkhatamkannya selama sebulan penuh. Meski, membaca Al-Qur’an sudah semestinya tidak dikhususkan hanya ketika Ramadan. Membaca Al-Qur’an dapat menghadirkan beragam manfaat.

Pertama, adalah manfaat spiritual yang bersifat transendental untuk meningkatkan keimanan (QS 22:35). Bagi muslim, tidak ada keraguan terhadap Al-Qur’an. Tadabur terhadap ayat-ayat di dalamnya akan mendekatkan kita kepada Allah dan memahamkan terhadap banyak hal untuk menebalkan imam.

Dalam Al-Qur’an, misalnya terdapat banyak ajaran indah bisa menjadi rujukan bertindak dengan kontekstualisasi kekinian. Misalnya, berdasar Al-Qur’an, yang diperjelas dengan beragam hadis, ajaran Islam melarang praktik ekonomi monopolistik (QS 22:25) dan curang (QS 83:2-3). Praktik ini terbukti, berdasar bukti empiris, telah menghadirkan banyak mudarat. Kesadaran akan indahnya ajaran Islam seperti ini seharusnya meningkatkan keimanan.

Kedua, membaca Al-Qur’an juga mempunyai manfaat rekreasional, dalam arti luas, termasuk memberikan ketenangan hati (QS 13:28). Bukti empiris ilmiah mendukung hal ini. Riset Mahjoob et al. (2016) yang dimuat di Journal of Religion and Health menemukan bahkan mendengarkan bacaan Al-Qur’an yang tartil meningkatkan kesehatan mental dan ketenangan. Riset lain oleh Magomaeva et al. (2019) yang diterbitkan di Journal of the Neurological Sciences melaporkan bahwa membaca Al-Qur’an meningkatkan tingkat relaksasi dan optimisasi status sistem syaraf pusat.

Ketiga, membaca Al-Qur’an juga menghadirkan manfaat intelektual (QS 3:190). Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang mengajak kita untuk tafakur dan melakukan refleksi atas banyak fenomena empiris. Inilah yang menunjukkan pentingnya membaca ayat kauniyah (tanda kosmos) yang terserak di semesta alam.

Al-Qur’an mengajak kita bertafakur tentang langit yang ditinggikan, bumi yang dihamparkan, gunung yang ditegakkan, air hujan yang diturunkan, tumbuhan yang dihidupkan. Al-Qur’an juga memberitahu kita tentang penciptaan semesta (makrokosmos) dan penciptaan manusia (mikrokosmos). Melakukan tadabur alam dan riset serta membaca literatur merupakan bagian dari membaca tanda kosmos ini.

Tulisan ini telah dimuat dalam rubrik Hikmah Ramadan SKH Kedaulatan Rakyat, 18 April 2021.

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Studium Generale dan Anugerah Prestasi Mahasiswa, Dosen, dan Tenaga Kependidikan secara virtual dalam puncak Milad ke-26 (15/4).

Read more