Berkiprah di perusahaan multinasional global nampaknya kian menjadi norma yang lazim bagi para alumni UII. Berbekal pendidikan dan pengembangan karakter yang diperoleh selama di UII, mereka mampu menapaki jenjang karir tertinggi di luar negeri. Bahkan kiprah mereka pun mendapat pengakuan dari jurnal bisnis prestisius internasional.

Hal ini seperti dibuktikan oleh Syah Rizal Hamdallah. Alumni Prodi Manajemen International Program Fakultas Ekonomi UII tahun 1998 ini masuk dalam daftar penerima penghargaan “40 Under 40” yang dirilis oleh The Boston Business Journal (BBJ), Amerika Serikat pada tahun 2019. Penghargaan tersebut diberikan kepada 40 tokoh eksekutif muda berusia di bawah 40 tahun yang dinilai memberikan perubahan signifikan bagi masyarakat industri di negara bagian Massachusetts, AS.

Di usianya yang masih relatif muda, pada 2019 Syah Rizal menduduki posisi Global Chief Innovation Officer pada perusahaan Ocean Spray Cranberries, Inc, salah satu produsen jus buah cranberries dan grapefruit terbesar di Plymouth County, Massachusetts.

Melansir theshelbyreport.com, jabatan tersebut memberinya kewenangan dalam bidang inovasi, riset, pengembangan tim, dan perencaan produk baru yang akan dirilis perusahaan ke pasar.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) mewisuda 1.115 lulusan pada jenjang Doktor, Magister, Sarjana, dan Diploma, di Auditorium Prof. KH. Abdulkahar Mudzakkir, Sabtu (31/8). Pada wisuda Periode VI Tahun Akademik 2018/2019 ini, terdiri dari 1 doktor, 85 magister, 974 sarjana, dan 55 ahli madya. Sampai kelulusan ini, UII telah meluluskan 98.836 alumni, dan telah berkarya di beragam sektor, baik di dalam maupun luar negeri.

Read more

Pengetahuan, keterampilan, pertemanan, dan jaringan yang Saudara dapatkan selama berkuliah dan segala aktivitas penyertanya, sudah seharusnya menjadi modal awal untuk menjadikan Saudara, pribadi-pribadi yang semakin bermanfaat, yang siap meninggalkan jejak dan memberi dampak.

Untuk itu, Saudara tidak boleh lupa untuk terus mengembangkan diri. Memang, waktu kuliah terlalu lama untuk disia-siakan, namun, juga terlalu singkat untuk menjadikan Saudara sebagai pribadi yang paripurna. Apalagi masa depan ditandai dengan ketidakpastian dan perubahan yang cepat. Saudara harus siap menjadi pembelajaran sepanjang hayat. Kata menyerah kepada keadaan tidak ada dalam kamus pembelajar sejati. Tidak ada pilihan lain untuk menghadapi masa depan, kecuali menyiapkan dan menyesuaikan diri untuk bergerak bersamanya.

Saudara adalah pemilik masa depan. Mulai saat ini, jika Saudara belum melakukan, desainlah masa depan yang Saudara bayangkan.

Gajah Hitam

Masa depan yang merupakan perluasan masa kini, sangat mungkin sudah Saudara alami. Misalnya, dalam beberapa kasus, tidak terlalu sulit membayangkan apa yang saat ini terjadi dan masih ada serta berkembang dalam waktu 10 tahun ke depan. Peran teknologi informasi dan data dalam banyak sektor, misalnya, masih akan Saudara saksikan dan akan bereskalasi. Kemampuan Saudara untuk bidang ini juga harus terus diasah untuk memanen manfaat dari teknologi informasi dan memahami makna dari data yang ada.

Itu hanya contoh. Tentu, masih banyak hal lain yang harus Saudara hadapi. Masa depan yang dekat serupa dengan melihat gajah hitam di dalam kamar yang gelap. Saudara hanya mempunyai dua pilihan untuk ini: mengakui bahwa kita belum mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan serta mempelajarinya, atau berpura-pura tidak mengetahui dengan segala konsekuensinya.

Angsa Hitam

Tentu, horizon masa depan dapat menjangkau masa yang lebih jauh. Katakankan 10 sampai 20 tahun ke depan. Ini pun masih kepunyaan Saudara. Saat itu, sebagian besar dari Saudara berusia 30-40 tahun, usia emas dengan energi yang luar biasa.

Pada masa itu, kita yakin bahwa banyak hal yang berubah, tetapi masih sulit bagi kita untuk perubahan seperti apa yang akan terjadi. Masa depan ini masih bisa kita bayangkan, sampai tingkat tertentu.

Teknologi informasi tetap berkembang, tapi sulit membayangkan akan seperti apa, misalnya. Kita tahu bahwa banyak profesi yang mungkin akan sirna, tetapi yang mana, tidak selalu dapat dikira dengan pasti. Bisa jadi universitas juga sudah berubah model bisnisnya. Sangat mungkin apa yang kita pelajari saat ini, sudah tidak lagi relevan.

Satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah tetap memasang antena sensitivitas dan selalu mengembangkan diri. Masa depan akan penuh dengan kejutan-kejutan yang berdampak hebat.

Kita harus siap menjadi pembelajaran cepat untuk merespons perubahan yang ada di masa depan. Masa depan ini serupa dengan angsa hitam, yang tidak dinyana, karena kita secara lumrah mengharap bertemu dengan angsa putih.

Ubur-ubur Hitam

Horizon masa depan masih bisa kita perjauh melampaui 20 tahun. Pada saat itu, sebagian kami yang ada di depan ini, sangat mungkin sudah tidak ada lagi di dunia. Tapi insyaallah Saudara akan berada dalam puncak karier.

Jemputlah masa itu dengan suka cita. Hal kecil yang Saudara lakukan mulai saat ini, bisa jadi akan Saudara panen dampaknya pada masa itu. Apa yang Saudara baca saat ini, sangat mungkin membentuk Saudara pada masa depan. Apa yang telah Saudara pelajari saat ini, bisa jadi akan semakin bermakna pada masa mendatang.

Ini serupa dengan ubur-ubur hitam, yang ketika beranak-pinak secara massif dapat merusak pembangkit listrik lepas pantai, termasuk reaktor nuklir.

Karenanya, jangan lelah untuk terus belajar. Jangan pernah remehkan kebaikan, meskipun kecil, karena bisa jadi itu akan berdampak dahsyat di masa yang akan datang. Begitu juga dengan keburukan kecil yang menjadi kebiasaan.

Sumber inspirasi:

Sardar, Z., & Sweeney, J. A. (2016). The three tomorrows of postnormal times. Futures75, 1-13.

Taleb, N. N. (2008). Black Swan: The Impact of the Highly Improbable. New York: Random House.

Disarikan dari sambutan Rektor pada Wisuda Universitas Islam Indonesia pada 31 Agustus 2019.

 

Dalam rangka memberikan dukungan kepada delegasi Universitas Islam Indonesia (UII) di PIMNAS ke-32, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan & Alumni, Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag., bersama Direktur Pembinaan Kemahasiswaan, Beni Suranto, S.T., M.Soft.Eng., ke Bali mengunjungi dan memberikat motivasi delegasi UII pada Jumat pagi (30/8).

Read more

Sebagai wujud mempertahankan budaya mutu, UII melalui Badan Penjaminan Mutu (BPM) mengadakan Induksi Sistem Penjaminan Mutu bagi Kepala Divisi di Lingkungan UII. Agenda tersebut berlangsung di Gedung Prof. dr. Sardjito, Selasa (27/8). Dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Sumber Daya & Pengembangan Karier, Dr. Zaenal Arifin, M.Si., dan Kepala BPM, Kariyam, S.Si., M.Si. serta seluruh kepala divisi di lingkungan UII yang memenuhi ruangan.

Read more

Dalam rangka Penyusunan Rekomendasi dan Kebijakan tentang Konsep Dasar dan Strategi Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan, Badan Perencanaan & Pengembangan/Rumah Gagasan UII mengadakan diskusi tematik di Gedung Prof. Dr. Sardjito,Selasa (27/8).

Diskusi bertemakan Islam dan integrasi keilmuan tersebut menghadirkan Prof. K.H. Yudian Wahyudi, Ph.D. sebagai pemateri kunci. Mengintegrasikan Islam dan keilmuan dalam bidang pendidikan (pada level sekolah menengah dan perguruan tinggi) adalah langkah krusial demi menyongsong kejayaan Islam, ia menyebutnya sebagai visi ‘Menemukan Kembali Ibn Sina’. Nama Ibn Sina digunakan sebagai representatif filsuf-filsuf Muslim tingkat dunia seperti Al-Farabi dan Ibn Rusyd.

Read more

Mahasiswa peserta program Kuliah Kerja Nyata Universitas Islam Indonesia (KKN UII) menyuguhkan beragam inovasi potensi daerah melalui Ekspo Produk KKN di Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, pada Selasa (27/19). Dalam gelaran ini, juga ditampilkan hasil kegiatan berbagai bidang yang menjadi lingkup dari kegiatan KKN UII Angkatan 59 di wilayah tersebut.

Read more

Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-32 telah resmi dimulai. Kompetisi di bawah naungan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) akan diselenggarakan di kampus Universitas Udayana Bali dari 27 Agustus sampai 31 Agustus 2019. Menteri Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi, Prof. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak. secara langsung hadir dan membuka gelaran tahunan ini di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, Badung, Bali, Selasa petang (27/8).

Read more

Momen peringatan Iduladha tidak dapat kita pisahkan dari ritual dan pengorbanan yang dijalankan oleh Nabi Ibrahim. Karenanya, mari kita gunakan kesempatan baik ini untuk menadaburinya, melakukan refleksi atasnya, dan meneladaninya.

Allah berfirman:

(120) Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah), (121) dia mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Allah telah memilihnya dan menunjukinya ke jalan yang lurus. (122) Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia, dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang yang shalih. (QS An-Nahl 16:120)

Allah menegaskan bahwa dalam diri Nabi Ibrahim terdapat teladan.  Hanya Nabi Ibrahim yang selalu kita sebut dalam shalat, selain Nabi Muhammad. Doa yang kita baca untuk Nabi Muhammad ketika tasyahud selalu disetarakan dengan doa kita ke Nabi Ibrahim.

Ya Allah berilah selawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi selawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Ya Allah berilah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim.

Nama Ibrahim disebut sebanyak 69 kali di 24 surat dalam Alquran. Nama Ibrahim juga diabadikan menjadi nama sebuah surat dalam Alquran, yaitu surat ke-14. Ibrahim adalah Bapak Para Nabi, Abulanbiya, karena sebanyak 19 keturunannya menjadi nabi, dari 25 nabi yang disebut dalam Alquran.

Predikat Nabi Ibrahim

Posisi istimewa Nabi Ibrahim juga diindikasikan dengan beragam predikat diberikan oleh Allah.

Pertama, Nabi Ibrahim sangat disayang oleh Allah dan karenanya berjuluk Kekasih Allah, Khalillulah. Pemberian predikat ini terekam pada ayat 125 Surat An-Nisa. Allah berfirman:

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kekasih(-Nya). (QS An-Nisa 4:125).

Kedua, Nabi Ibrahim adalah manusia pilihan terbaik, Al-Musthafa. Allah berfirman:

Dan sungguh, di sisi Kami mereka termasuk orang-orang pilihan yang paling baik. (QS Shad 38:47).

Mengapa menjadi manusia pilihan? Ayat sebelumnya menjelaskan

Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Yakub yang mempunyai kekuatan-kekuatan yang besar dan ilmu-ilmu (yang tinggi). (QS Shad 38:45).

Ketiga, Nabi Ibrahim juga termasuk salah satu nabi yang dijuluki Ulilazmi, karena keteguhan hati yang dimilikinya. Selain Nabi Ibrahim, nabi yang dimasukkan ke dalam kelompok Ululazmi adalah Nabi Isa, Nabi Nuh, Nabi Musa, dan Nabi Muhammad. Nabi Muhammad pun diminta oleh Allah untuk meneladani ketabahan hati Ululazmi ini.

Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah mereka tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak ada yang dibinasakan kecuali kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah). (QS Al-Ahqaf 46:35).

Pelajaran dari Nabi Ibrahim

Beragam pelajaran bisa kita dapatkan dari perjalanan hidup Nabi Ibrahim untuk kita teladani.

Pelajaran pertama. Nabi Ibrahim mengajarkan kita untuk terus memurnikan keimanan kepada Allah, termasuk dengan mengasah logika untuk meneguhkannya.

Kesadaran tauhid ini bahkan sudah dimiliki oleh Nabi Ibrahim ketika masih muda belia. QS Al-Anbiya ayat 52-54 merekam dialog antara Nabi Ibrahim dan ayahnya, Azar, yang berprofesi sebagai pembuat berhala, serta kaumnya.

(52) (Ingatlah), ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun menyembahnya?” (53) Mereka menjawab, “Kami mendapati nenek moyang kami menyembahnya.” (54) Dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan yang nyata. (QS Alanbiya 21:51-54)

Episode debat antara Nabi Ibrahim dan kaumnya dapat mengingatkan kita untuk selalu meneguhkan keimanan kita, dengan argumen yang logis. Ayat 76-78 Surat Al-An’am merekam episode tersebut dengan sangat indah.

Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.” (QS Al-An’am 6:76)

Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” (QS Al-An’am 6:76)

Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini lebih besar.” Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (QS Al-An’am 6:78)

Nabi Ibrahim meneguhkan keimanannya dengan menyatakan:

Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. (QS Al-An’am 6:79)

Keteguhan iman Nabi Ibrahim tak luntur sedikitpun bahkah ketika dihukum oleh Raja Namrud dan kaumnya dengan dibakar hidup-hidup. Allah menyelamatkannya dengan memerintahkan api menjadi dingin.

Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!” (QS Al-Anbiya 21:69)

Hubungan yang tidak baik antara Nabi Ibrahim dan ayahnya, akhirnya membuat Nabi Ibrahim diusir. Namun demikian, Nabi Ibrahim sebagai anak tetap menghormati ayahnya. Inilah pelajaran kedua.

Nabi Ibrahim mendoakan ayahnya,

… dan ampunilah ayahku, sesungguhnya dia termasuk orang yang sesat. (QS Asy-Syu’ara 26:86)

Doa Nabi Ibrahim kepada Ayahnya juga terekam dalam ayat lain.

Dia (Ibrahim) berkata, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (QS Maryam 19:48)

Episode ini mengajarkan kepada kita, dalam kondisi apapun, sikap santun kepada orang tua tetap harus dijaga.

Dalam ayat lain, Alquran mengajarkan kepada kita untuk selalu bersikap lemah lembut kepada dan merendahkan hati kita di hadapan orang tua kita. Kita diminta oleh Allah menggunakan kata yang mulia (qaulan kariman). Kita dilarang membentak dan meremehkan mereka.

Ini adalah pelajaran penting ketika semakin banyak anak muda melupakan akhlak bagaimana bersikap dengan orang tua.

Pelajaran ketiga. Di sisi lain, sebagai ayah, Nabi Ibrahim sangat menghargai anaknya, Nabi Ismail.

Dialog Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ketika diperintah Allah untuk disembelih menggambarkan itu semua. Meski Nabi Ibrahim jelas diperintah oleh Allah, namun tidak serta merta menyembelih Nabi Ismail. Nabi Ibrahim bahkan bertanya kepada Nabi Ismail tentang pendapatnya. Sangat demokratis.

Nabi Ibrahim menganggap Nabi Ismail sebagai orang dewasa yang telah siap memilih, sebagaimana diceritakan pada QS Ash- Shaffat ayat 102:

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. (QS Ash- Shaffat 37: 102)

Episode ini juga memberikan pelajaran keempat, bahwa Nabi Ibrahim mencontohkan keikhlasan untuk mengorbankan anak yang dicintainya di jalan Allah. Kita bisa bayangkan tingginya rasa sayang Nabi Ibrahim kepada Nabi Ismail, yang lahir setelah penantian 86 tahun. Nabi Ishaq lahir 13 tahun setelah Nabi Ismail, ketika Nabi Ibrahim berumur 99 tahun.

Sanggup mengorbankan sesuatu yang kita cintai, seperti harta, di jalan Allah dengan ikhlas adalah salah satu sifat orang bertakwa. Hewan kurban yang kita sembelih mulai hari ini adalah satu cara kita meneladani Nabi Ibrahim.

Pelajaran kelima. Nabi Ibrahim sangat peduli dengan masa depan keturunannya, baik dari aspek keimanan maupun kesejahteraan. Doa Nabi Ibrahim berikut mengindikasikan itu.

Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS Ibrahim 14: 37)

Tentu masih banyak pelajaran yang dapat kita teladani dari Nabi Ibrahim. Di akhir khutbah ini, mari kita rangkum pelajaran tersebut:

  1. Sebagai hamba Allah, kita belajar untuk selalu menemurnikan dan meneguhkan imam; kita juga belajar keikhlasan dalam mengorbankan sesuatu yang kita cintai;
  2. Sebagai anak, kita belajar untuk tetap menghormati dan mendoakan orang tua, dalam kondisi apapun;
  3. Sebagai orang tua, kita belajar untuk menghargai anak dan mendengar pendapatnya;
  4. Sebagai pendahulu, kita belajar untuk peduli dengan masa dengan keturunan, tidak hanya dari sisi iman, tetapi juga kesejahteraan.

Mari, momentum Iduladha ini kita jadikan untuk memperbaiki diri. Semoga dengan pertolongan Allah, kita selalu merasa ringan dan mudah dalam mengikuti teladan yang diberikan oleh Nabi Ibrahim.

Disarikan dari khutbah Iduladha 1440 di Alun-alun Utara, Yogyakarta pada 10 Zulhijah 1440/11 Agustus 2019.

Universitas Islam Indonesia (UII) memberangkatkan 5 tim untuk mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-32 tahun 2019, yang digelar di Kampus Universitas Udayana, Bali. Kelima tim yang akan tampil pada ajang ilmiah ini terdiri dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Teknologi, PKM Gagasan Tertulis, PKM Karsa Cipta dan PKM Kewirausahaan.

Read more