Menjadi Millenial yang Dekat dengan Al-Qur’an

Hafizh-Hafizhah Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (HAWASI UII) di bawah Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPAI) kembali menyelenggarakan acara rutin setiap bulan yaitu Tasmi’ul Qur’an pada 7-8 Maret 2019 yang bertempat di Masjid Ulil Albab UII. Acara Tasmi’ul Qur’an juga disemarakkan dengan kajian yang berjudul MILLENIAL QURANI “Santun di Dunia Maya Berakhlak di Dunia Nyata” oleh Ustadz M.Ridwan Andi Purnomo, S.T., M.Sc., Ph.D. bertempat di Masjid Ulil Albab pada Jum’at (8/3) pukul 16.00 WIB.

Dalam kajiannya, Ustadz M.Ridwan Andi Purnomo mengatakan, “Syarat ibadah adalah ikhlas dan sesuai tuntunan Rasulullah SAW sehingga ini haruslah diperhatikan bagi orang yang berilmu.” Millenial adalah generasi yang lahir pada tahun 80-an dan dikenal dengan generasi Y. Menurutnya, generasi ini adalah generasi yang kaya akan informasi, maka seharusnya harus lebih dekat dengan Al-Qur’an karena orang yang beriman adalah yang dekat dengan Al-Qur’an.

Ustadz Ridwan menambahkan setidaknya ahlul Qur’an millenial memiliki 4 hal, yaitu orang yang selalu membaca Al-Qur’an; yang selalu menghafalkan Al-Qur’an; yang selalu tadabbur dan melaksanakannya; serta yang selalu mendakwahkan isi Al-Qur’an.

“Kita pun pernah belajar IPA ketika masih sekolah tentang bulan tidak bersinar sendiri tetapi dibantu oleh matahari, ini pun tertuang dalam Al-Qur’an Surat Yunus ayat 5 yang artinya Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dia-lah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak Menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui,” tambahnya.

Tambah Ustadz Ridwan, “Indonesia saat ini memiliki 173% subscriber handphone, jadi setiap satu orang memiliki lebih dari satu handphone, termasuk juga sosial media. Seharusnya masyarakat yang berlebih kuota memanfaatkan hal tersebut dengan melakukan Dakwah Bil Qalam.”

Di akhir kajiannya ia menggarisbawahi jika iman hilang maka cara berfikir hilang dan cara berfikir fitrahpun hilang, maka akan timbul hawa nafsu. “Seringlah beristighfar maka nafsu tersebut dapat menjadi nafsu yang dirahmati oleh Allah SWT”, pesannya. (ANR/APB)