,

Sivitas Diajak Mengikuti Pameran Fotografi Merapi Bersahabat, UII Berkhidmat

Banyak beranggapan bahwa mengambil foto merupakan hal yang sangat mudah. Terlebih dengan maraknya ponsel berkamera. Namun untuk dapat menghasilkan foto yang bagus dan berkualitas, fotografer harus memahami dasar-dasar fotografi. Hal inilah yang mendorong diadakannya acara Workshop Fotografi Dasar dengan menghadirkan pembicara, pegiat fotografi, Teguh Santosa dan Seniman Fotografi Indonesia, Risman Marah. 

Acara diselenggarakan pada Selasa (20/09) di Ruang Audiovisual Lt. 4, Fakultas Hukum, Kampus Terpadu, Universitas Islam Indonesia (UII). Bersamaan dengan acara ini, audiens juga diajak mengirimkan karya foto untuk diikutkan dalam Pameran Fotografi “Merapi Bersahabat, UII Berkhidmat” yang akan digelar pada 10 Oktober 2022 mendatang. Karya foto dapat diunggah melalui tautan https://uii.id/foto hingga batas waktu 30 September 2022.

Sekretaris Eksekutif UII, Hangga Fathana, S.IP., B.Int.St., M.A. dalam sambutannya menyampaikan bahwa workshop yang dilaksanakan merupakan bentuk perwujudan dalam menyebarluaskan seni di lingkungan universitas. “Acara ini adalah salah satu bentuk ikhtiar UII, selain menyebarluaskan pendidikan, teknologi  juga tentunya menyebarkan seni yang bernafaskan islam”, kata Hangga. 

Tidak hanya itu, ia berharap dalam workshop singkat ini menjadi wadah dalam meningkatkan keterampilan seni fotografi baik menggunakan kamera profesional atau kamera telepon genggam. Hangga juga mengajak sivitas akademika turut berpartisipasi dalam mengirimkan karya fotografi karena dalam pameran fotografi mendatang.

Sementara itu, Teguh Santosa menyampaikan bahwa fotografi merupakan seni melukis dengan cahaya, yang mana tanpa adanya cahaya maka fotografi tidak akan ada. Ia juga menjelaskan bahwa fotografi bukan hanya sekedar bisa memotret dan tidak hanya bermodalkan peralatan mahal. Kunci dari menghasilkan seni fotografi yang bagus harus menguasai teknik yang dapat membantu menghasilkan karya.

“Berikut merupakan salah satu teknik memotret freezing dan siluet, orang yang sedang olahraga sehingga seolah-olah dapat menghentikan objek yang sedang bergerak, biasanya untuk memotret tersebut membutuhkan kecepatan lensa yang sangat tinggi dan menghasilkan objek yang indah”, sambung Teguh.  

Tidak hanya itu, Teguh juga menyampaikan perlunya memasukkan beberapa elemen yang menunjukkan kejadian apa yang sedang berlangsung saat memotret. Ia juga berbagi pengalaman ketika memotret di lingkungan kampus UII dalam suatu event yang sekiranya untuk memotret beberapa hal yang berkaitan untuk workshop.

Dilanjutkan oleh Risman Marah, ia juga menjelaskan bahwa pentingnya memperhatikan pencahayaan dengan memperhatikan eksposure untuk menghasilkan foto yang baik. 

“Triangulasi Exposure istilah yang merujuk pada tiga elemen dasar, yaitu ASA/ISO, kecepatan, dan diafragma. Namun, jika menggunakan kamera pada telepon genggam dapat mengabaikan semua rumus yang terdapat Triangle Exposure. Salah satu tips fotografi harus melihat pemilihan sudut pengambilan gambar karena pemilihan angle yang berbeda menghasilkan cerita yang berbeda pada hasil foto”, jelasnya. 

Risman yang secara turun temurun berasal dari keluarga fotografer itu juga menyebutkan tentang metode EDFAT yang memudahkan fotografer untuk menghasilkan foto lebih bervariasi dan proses percepatan pengambilan keputusan terhadap suatu kejadian dengan cepat dan jelas. 

“Kepanjangan dari metode EDFAT, yaitu Entire, Detail, Frame, Angle, dan Time. Metode ini membantu untuk melatih kita menghasilkan foto lebih detail. Seperti time atau waktu pengambilan foto memberikan variasi terhadap foto yang dihasilkan,” jelas Risman.

Berkaitan dengan hasil foto yang baik, Risman memberikan nasihat sebagai fotografer harus memahami komunikasi yang akan disampaikan kepada masyarakat dengan memperhatikan  5W + 1H dalam foto, untuk menjamin bahwa informasi dalam foto tersebut dapat tersampaikan dengan baik. (PN/ESP)