Keberadaan dan peran kaum Rois atau Modin di tengah masyarakat memerlukan aktualisasi. Tugas pokok dan fungsi modin yang terkenal dalam bagian keagamaan semakin bergeser karena perubahan zaman. Dalam menjalankan tugasnya sebagai perangkat desa dalam bidang keagamaan tentu saja modin juga melakukan kegiatan dakwah Islamiyah. Untuk itu, diperlukan berbagai langkah untuk kembali menguatkan peran modin di masyarakat.

Maka dari itu Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) UII bersama dengan Kementerian Agama Kabupaten Sleman menyelenggarakan Forum Silaturahmi Modin se-Sleman pada Sabtu (25/5) di Ruang Audiovisual Gedung Perpustakaan UII. Kegiatan itu bertemakan Peran “Kaum Rois (modin) dalam Menegakkan Nilai-nilai Keislaman dan Kearifan Lokal di Indonesia”.

Read more

Muhammad Afifudin, mahasisawa FK UII meraih prestasi dalam ajang Nasional Winslow Scientific Paper Competition 2019 dengan meraih juara I. Kompetisi yang diadakan pada 4-7 April 2019 di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin ini diikuti oleh berbagai universitas di Indonesia. Ia bersama mahasiswa prodi Kimia UII, Rifqi Novalino Riksawan terjun mewakili UII dalam kompetisi tersebut. Para peserta diajak menjawab tantangan polemik kesehatan di era revolusi industry 4.0.

Read more

Rachmat Aulia dan Ahmad Hanif Faiz yang merupakan mahasiswa Teknik Industri UII angkatan 2016, berkesempatan memaparkan karya inovasi pada Konferensi Asia Young Scholar Summit 2019, di Tianjin Nankai University, Tianjin, China pada 17 hingga 19 Mei 2019.

Konferensi yang digagas oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok (PPI Tiongkok) tersebut mengusung tema “Leveraging Region with Economy, Social, and Technology Collaboration Scopes/Subtheme/Panel: Business Management, Science and Technology, Social Science, Medical and Medicine.

Read more

Ramadan merupakan bulan yang penuh dengan ampunan dan berkah. Semua orang berlomba-lomba mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya untuk meraih ridho-Nya. Tetapi bagaimana jika ini merupakan Ramadan yang terakhir bagi kita?. Amalan-amalan apa saja yang patut dikejar dalam bulan Ramadan agar tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini begitu saja. Hal inilah yang dibahas dalam kajian Spesial Senja Safari Iman Ramadhan 1440 yang dibawakan Ust. Moh. Mizan Habibi, S.Pd.I., M.Pd.I. Kajian digelar pada Sabtu (25/5) di pelataran Auditorium Abdul Kahar Muzakkir UII.

Read more

Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan UII menyelenggarakan Pelatihan (Upgrading Skills) Pengurus Lembaga Mahasiswa UII Tahun 2019. Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito Kampus Terpadu UII ini, pada Selasa dan Rabu (21–22/5) diikuti oleh pengurus Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) dan Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) Universitas dan Fakultas.

Read more

Kehadiran bulan Ramadan setiap tahunnya menjadi penghibur hati orang mukmin. Beribu keutamaan ditawarkan mulai dari pahala yang dilipatgandakan hingga bertebarannya majelis-majelis ilmu, dari mulai terbitnya matahari hingga malam tiba. Terlebih dengan mengikuti majelis ilmu termasuk dalam salah satu cara memuliakan dan menghormati bulan Ramadan, selain memperbanyak ibadah lainnya.

Read more

Salah satu tokoh yang sangat terkemuka dalam bidang filsafat dan tasawuf serta berpengaruh besar terhadap pemikiran di dunia islam adalah Imam Al Ghazzali. Namun hanya sedikit orang yang mengetahui sejarah perjalanan hidupnya. Dalam Sekolah Pemikiran Pendidikan Islam kali ini pada Jum’at (24/5), dikupas sejarah dan biografi Intelektual Imam Al Ghazzali. Kajian disampaikan oleh Kurniawan Dwi Saputra, Lc., M.Hum, salah satu dosen Filsafat di UII.

Read more

Menjauhkan media sosial (medsos) dari keseharian warga Indonesia, ibarat memisahkan gula dengan manisnya. Sangat sulit. Menurut data Hootsuite pada awal 2019, medsos sudah menjadi bagian hidup 150 juta (atau 56%) warga bumi pertiwi, dan 130 juta di antaranya pengguna aktif medsos di perangkat bergerak. Indonesia merupakan salah satu rumah pengguna medsos terbesar sejagad.

Meski pada awalnya, setiap medsos didesain dengan karakter khusus, namun dalam perkembangannya, penggunaan kreatif tidak dapat dibatasi, sebagai konsekuensi tak terduga (unintended consequences). Karakter WhatsApp berbeda dengan Youtube atau Twitter. Medsos telah digunakan untuk beragam tujuan, termasuk untuk aktivitas bisnis, penggalangan politik, dan kanal dakwah. Tujuan ini mungkin tidak dipikirkan oleh desainernya.

Karenanya, ketika pemerintah membatasi akses terhadap medsos dalam beberapa hari terakhir, banyak pihak kelabakan. Tidak sedikit warga menghujat, banyak juga yang setuju; dengan catatan dan argumennya masing-masing. Mencapai sebuah titik kesepakatan dalam konteks ini, ibarat mendirikan benang basah. Hampir tidak mungkin.

Ada beberapa poin yang dapat didiskusikan di sini. Pertama, bagi kita, sulit untuk menutup mata dan telinga dari fakta bahwa dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan medsos di Indonesia sudah mengkhawatirkan. Pesan tanda bahaya, SOS, sudah layak dikirimkan.

Beragam informasi tidak akurat (hoaks) bertebaran. Sangat sulit bagi orang awam untuk membedakan antara informasi yang benar dan yang dipabrikasi. Pabrikasi informasi dapat dilakukan oleh siapapun: individu, organisasi, atau bahkan pemerintah. Kalangan terpelajar yang arogan dan malas melakukan verifikasi (tabayyun) pun, tidak jarang menjadi pelaku penyebaran hoaks. Apa dampaknya? Polarisasi dan segregasi sosial semakin akut. Jika ini dibiarkan dan bereskalasi, jangan kaget, jika energi bangsa ini bocor tak terkendali.

Kedua, mengapa pengguna medsos menyelewengkan potensi positifnya? Sebabnya beragam, seperti keterbatasan pengetahuan dan kepentingan sesat. Tidak jarang saya temukan, orang terpelajar penyebar hoaks hanya meminta maaf. Dia tidak sadar, bahwa hoaks yang sudah menyebar, laksana anak panah yang lepas dari busurnya. Tak seorang pun dapat mengendalikannya. Hoaks tersebut bisa jadi telah menghinakan orang, menebar kebencian, atau mengoyak kerukunan. Permohonan maaf tidak bisa mengoreksi dampak yang ditimbulkannya. Dia lupa bahwa medsos telah menjadi ruang publik.

Kepentingan pengguna medsos dapat lebih dahsyat daya selewengnya. Pabrikasi hoaks dapat diorkestrasi dan disebar dengan mudah.

Nampaknya pembaca sepakat, bahwa medsos sebagai sebuah artefak produk manusia, hadir dengan dua sisi: positif dan negatif. Jika digunakan dengan basis nilai-nilai abadi, seperti kejujuran dan kedamaian, medsos akan menghadirkan kebaikan. Tapi, pendulum bisa berbalik, jika penggunaan medsos didasarkan pada kepentingan yang mengabaikan maslahat. Kerusakanlah yang dihasilkannya.

Jadi sangat jelas, ibarat pisau, medsos tergantung dengan penggunanya. Bisa utnuk menolong orang di meja operasi atau justru menghabisinya.

Apakah keberadaan pisau dapat dipersalahkan? Di tangan orang dewasa yang bertanggung jawab, pisau dapat diperdayakan untuk kebaikan. Mereka dapat mengendalikannya, dan sadar bahwa pisau dapat melukai diri dan orang lain. Tetapi, misalnya, di satu sisi, apakah kita akan menyalahkan orang tua jika melarang anaknya yang masih kecil, memegang pisau? Ketiadaan pengetahuan dapat mengakibatkan luka, baik untuk dirinya maupun orang lain.

Di sisi lain, tindakan melarang orang dewasa memegang pisau atau menyembunyikannya, dengan alasan serupa untuk anak kecil, dapat dikatakan mengada-ada. Apalagi, ketika pisau tidak bisa ditemukan, banyak kegiatan positif tidak bisa dijalankan dengan baik, seperti menyiapkan makanan di dapur, mencari rumput untuk ternak, dan menyelamatkan nyawa orang di meja operasi. Karenanya, sulit menyalahkan jika sinyal SOS dikirimkan.

Pertanyaan lanjutannya: apakah pemegang pisau berperawakan dewasa dipastikan mempunyai kedewasan berpikir? Tidak mudah untuk mengambil kesimpulan. Gambaran fakta lampau, bisa menjadi rujukan, tapi harus tetap waspada: manusia mengidap penyakit bawaan: bias konfirmasi. Namun, apapun faktanya, orang dewasa yang diserupakan dengan anak kecil, tidak akan merasa nyaman.

Yang pasti, dalam menggunakan pisau, kedewasaaan berpikir harus dipastikan tetap hadir. Jika orang dewasa menyalahgunakan pisau, hukum siap memrosesnya, sesuai dengan kadar kenekatannya. Jika ini terjadi, sinyal SOS lain wajib dikirimkan.

Pisau itu bernama medsos.

Tulisan ini telah dimuat dalam Kolom Analisis Harian Kedaulatan Rakyat pada 25 Mei 2019.

Pendidikan di banyak negara sedang mengalami perubahan yang sangat cepat. Hal ini berdampak luas seperti timbulnya disrupsi, dislokasi, dan disorientasi di kalangan pemerintah, masyarakat beserta lembaga-lembaga internasional. Dalam merespon perubahan ini, prodi Pendidikan Agama Islam FIAI UII mengadakan seminar bertemakan “Membaca Kembali Eksistensi Pendidikan Islam dalam Membangun Peradaban”. Acara tersebut diadakan di Ruang Audiovisual Lt. 2 Gd Perpustakaan Kampus Terpadu UII pada Rabu (22/05).

Read more

Takmir Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia mengadakan talkshow dengan tema Nuzulul Quran. Talkshow bertemakan “Mengukir Mahkota Untuk Ayah Ibuku” itu diadakan pada Rabu (22/5) di Masjid Ulil Albab UII selepas tarawih. Kajian tersebut juga mengundang Hilya Qonita, seorang juara I dalam ajang program Hafidz Cilik RCTI 2013 lalu bersama ayahandanya Ust. Muslim Ibnu Mahmud sebagai pembicara. Para peserta yang terdiri dari mahasiswa dan orang tua nampak antusias menyimak setiap pemaparan dua pembicara tersebut.

Read more