Doa merupakan salah satu ibadah dan bentuk komunikasi manusia kepada Penciptanya. Ketika berdoa, kita bebas bermunajat dengan cara bercerita keluh kesah, memohon ataupun meminta terhadap yang Maha Kuasa alam raya. Tentunya dengan tata krama yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad yang mulia kepada seluruh umatnya.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ustadz Ahmad Fathan Hidayatullah, M.Sc dalam acara Kajian Online Penyejuk Iman (KOPI) pada Senin (03/05). Acara yang bertemakan “Waktu Mustajab di Bulan Ramadhan” itu diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan & Pembinaan Agama Islam (DPPAI) via Zoom.

Read more

Continuing Medical Education Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (CME FK UII) mengadakan webinar CORONA 3.0 dengan mengangkat tema “Clinical Update and New Phenomenon of Covid-19”. Webinar ini dilatarbelakangi perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia yang dalam satu tahun terakhir telah memakan korban 45.334 ribu jiwa per 30 April 2021. Salah satu upaya pencegahan adalah dengan vaksinasi. Selain menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity), vaksinasi juga diharapkan dapat menjaga produktivitas dan meminimalisasi dampak sosial dan ekonomi. Namun, saat ini masyarakat Indonesia masih sedikit yang tervaksin, sehingga masih jauh dari herd immunity.

Read more

Menjalankan ibadah puasa selama Ramadan ternyata memberikan dampak bagi kondisi kesehatan kulit. Saat berpuasa proses regenerasi atau pergantian kulit cenderung lebih cepat daripada biasanya. Di samping itu, melalui ibadah puasa, tubuh dapat menyeimbangkan metabolismenya dengan meningkatkan kadar antioksidan. Antioksidan akan menangkal radikal bebas yang menyebabkan peradangan di kulit. Kulit pun nantinya akan terlihat lebih muda dan segar.

Demikian seperti dijelaskan Dr. dr. Rosmelia, M.Kes, Sp.KK, pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) dalam acara Talk Show Good Life Solusi Sehat. Ia membagi tips menjaga kesehatan kulit selama puasa Ramadan.

Read more

Nur Azizah, mahasiswa Program Studi Akuntansi UII angkatan 2018 dinobatkan sebagai Juara I dalam ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (PILMAPRES) UII 2021 yang berlangsung dari tanggal 17 Februari 2021 sampai 16 April 2021.

PILMAPRES merupakan event tahunan yang diadakan Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan UII guna menjaring mahasiswa berprestasi tidak hanya dari segi capaian akademik namun juga non akademik. Pemenang ajang ini berkesempatan mewakili nama UII untuk berkompetisi di tingkat regional dan nasional.

Read more

Resiliensi atau ketahanan merupakan benteng bagi masyarakat untuk menghadapi pandemi. Resiliensi artinya kemampuan kita untuk beradaptasi dan tetap teguh walaupun keadaan semakin sulit. Disampaikan Dr. dr. Sagiran, Sp.B(K)KL., M.Kes. bahwa resiliensi dapat dikenali dari dua sisi yaitu koping dan adaptasi. Koping adalah proses internal dalam mengelola pikiran kognitif dan emosi ketika dalam keadaan yang tertekan. Sedangkan adaptasi adalah proses untuk mengubah perilaku supaya dapat menyesuaikan dengan tekanan.

Hal itu diungkapkannya dalam seminar online bertema “Kesehatan Kolektif: Kunci Membangun Resilient di Masa Pandemi” yang digelar Masjid Ulil Albab sebagai salah satu rangkaian acara Ramadhan Fair. Dr. Sagiran merupakan Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kabupaten Bantul.

Read more

Kewajiban berpuasa selama 13 jam yang membuat tubuh manusia tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman. Hal, tersebut tentunya menimbulkan pertanyaan apakah sebaiknya tetap melakukan aktivitas olahraga seperti biasanya atau tidak. “Pertanyaan mengenai seseorang yang berpuasa sebaiknya olahraga atau tidak. Jawabannya adalah boleh,” tutur dr. Alfan Nur Asyhar, seorang dokter PSSI sekaligus dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) dalam acara Seminar Online Pengabdian Masyarakat FK UII.

Read more

Balya Ibnu Maldan, seorang mahasiswa Istanbul Sabahattin Zaim University, Turki sekaligus alumni Universitas Islam Indonesia 2019 berbagi cerita mengenai pengalamannya melewati bulan Ramadan di negeri ataturk itu.

Kasus virus Covid-19 di Turki saat ini mengalami lonjakan yang sangat tinggi dengan menyentuh angka 30.000 kasus per hari. Presiden Erdogan membuat kebijakan untuk kembali melakukan lockdown. Meskipun roda pariwisata yang merupakan sumber kekayaan terbesar negara masih tetap berjalan.

Read more

Banyak hal tidak masuk akal sehat terjadi di sekitar kita. Tidak hanya sekali, tetapi sering kali berulang. Nurani kita ditantang untuk menjelaskan.

Berikut contohnya. Pertama, pejabat publik yang pendapatannya sangat tinggi masih terlibat korupsi. Tidak jarang, tindakan itu dijalankan secara berjemaah. Kedua, untuk mempercayai bahwa eksploitasi hutan tanpa kendali bisa memicu bencana, tidak memerlukan kecerdasan yang tinggi. Tetapi, banyak perusahaan yang mengabaikan keselamatan orang lain. Banjir di beragam tempat terjadi karena ini.

Ketiga, kasus pekan ini di Bandara Kualanamu membuat nurani kehabisan kata-kata. Tes usap antigen yang seharusnya mengamankan perjalanan dari penularan Covid-19, berubah menjadi bencana. Pengawal tes justru menggunakan alat pengambil sampel bekas. Perkiraan keuntungan yang diraup karena praktik di luar nalar ini mencapai miliaran.

Motivasi finansial, sebagai eufemisme dari dari keserakahan, seringkali mengemuka sebagai alasan tindakan koruptif. Sederet alasan lain tentu bisa muncul. Namun, ada satu penjelas asasi untuk semua tindakan tuna nurani tersebut, yaitu akhlak mulia (al-akhlaq al-karimah) yang dilupakan.

Akhlak mempunyai akar kata sama dengan khalik (pencipta) dan makhluk (yang diciptakan). Karenanya, akhlak tidak hanya mempunyai dimensi horisontal dengan sesama makhluk (termasuk diri sendiri dan alam), tetapi juga dimensi vertikal dengan Allah. Karena inilah, konsep akhlak menjadi menyeluruh.

Akhlak mulia menjadi penciri kesempurnaan iman. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya.” (HR Tirmidzi, Riyadlu Al-Shalihin:278). Hadis lain menegaskan jika misi utama Rasulullah diutus adalah menyempurnakan akhlak yang mulia.

Menurut Al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang tercermin dalam tindakan tanpa pemikiran dan pertimbangan. Tindakan yang muncul bersifat otomatis karena sudah terbiasakan, baik itu akhlak mulia atau tercela (al-akhlaq al-madzmumah). Pembiasaan inilah yang memerlukan konsistensi.

Tindakan koruptif jelas masuk ke dalam akhlak tercela. Agak sulit membayangkan muncul “keberanian” melakukan korupsi besar, jika belum terbiasa dengan yang tindakan koruptif kecil atau yang berulang. Atau, paling tidak, nilai-nilai yang dianut pun longgar dan cenderung permisif terhadap tindakan koruptif. Nurani pelaku sudah tidak sensitif menangkap sinyal kebaikan.

Puasa Ramadan diharapkan dapat mengasah sensitivitas nurani, menjadikannya lebih peduli dengan sesama makhluk dan makin dekat dengan Sang Pencipta. Puasa oleh Ibnu Arabi dalam Kitab Al-Futuhat Al-Makkiyyah disebut sebagai persaksian (musyahadah) terhadap Allah, karena ditunaikan hanya untukNya dan di dalamnya ada keterpanaan hamba terhadap Tuhannya berupa ketaatan menjalankan perintah yang berlawanan dengan kodratnya. Tujuan ultima dari puasa adalah derajat takwa, yang diibaratkan sebagai kehati-hatian dalam melangkah di jalan yang penuh duri.

Oleh Nabi Muhammad saw., akhlak mulia disandingkan dengan takwa. “Bertakwalah kamu di manapun kamu berada, dan iringilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah orang lain dengan akhlak mulia” (HR Tirmidzi, Al-Arba’un Al-Nawawiyyah:18). Inilah dimensi spasial takwa yang tidak mengenal tempat, alias di mana pun. Takwa juga berdimensi temporal yang hanya dibatasi ketika maut menjemput, alias sepanjang hayat (QS Ali Imran:102).

Dari kacamata manusia, takwa akan terpancarkan menjadi akhlak mulia ketika berinteraksi dengan sesama. Karenanya, sangat sulit memahami ketika seorang muslim yang rajin beribadah, dengan ringan menghinakan orang lain atau tidak peduli dengan keselamatan sesama. Kemuliaan manusia di sisi Allah Swt. ditentukan oleh konsistensinya dalam bertakwa (QS Al-Hujurat:13).

Takwa bukan status setempat atau sesaat, tetapi melintasi ruang dan waktu, karena ada aspek konsistensi di dalamnya. Demikian juga halnya dengan berakhlak mulia sebagai cerminan takwa. Bertakwa dan berakhlak mulia tidak kadang kala atau jika sempat saja.

Semoga Allah selalu memudahkan kita.

Tulisan ini telah dimuat dalam rubrik Hikmah Ramadan SKH Kedaulatan Rakyat, 3 Mai 2021.

Pusat Studi Hukum FH UII mengadakan Diskusi Aktual dalam rangka Refleksi Hari Buruh 2021 dengan bertemakan “Masa Depan Perlindungan Hak Butuh Pasca UU Cipta Kerja dan Turunannya” pada Sabtu (01/05). Narasumber yang dihadirkan Prof. Dr. Ari. Hernawan, S.H., M.Hum. (Guru Besar Hukum Ketenagakerjaan FH UGM) dan Masykur Isnan, S.H. (Labour Law Specialist Advocates & Legal Consultants).

Read more

Eksistensi pemuda atau generasi milenial diyakini akan berkontribusi besar terhadap kemajuan bangsa. Bagaimana potret pemuda muslim milenial ideal menurut Al-Qur’an?. Ustadz Zaky Ahmad Rivai selaku penyaji acara spesial senja menyatakan bahwa salah satu kriteria pemuda yang baik adalah pemuda yang merasa cukup dengan segala sesuatu yang diberikan oleh Allah.

“Pemuda yang baik itu adalah mereka yang mampu mengetahui bahwa segala yang Allah berikan itu cukup. Apapun yang Allah berikan maupun putuskan kepada kita maka kita harus kita syukuri. Karena bisa saja apa yang kita anggap baik ternyata itu buruk bagi kita,” ungkapnya dalam acara yang bertemakan “Pemuda dalam Al-Qur’an” yang diadakan di UII secara daring.

Read more